BAB IV
KONSEP
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEMUNDURAN DAN PROBLEM KEMUNDURAN ISLAM
A. Latar
belakang sosial politik kemunduran pendidikan Islam
Pendidikan dalam Islam merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan. Karena dengan ilmu pengetahuan, Islam dapat membawa umatnya
kepada sesuatu yang lebih baik. Dengan perhatian yang baik terhadap bidang
pendidikan maka Islam tidak akan mengalami pasang dan surut. Agar pendidikan
dalam Islam mengalami kemajuan yang pesat, harus mengadakan inovasi dan
perubahan dan sanggup mempertahankannya. Sehingga seberapa kuatnya pihak lain
ingin merusaknya maka mereka tidak akan sanggup. Namun, sekuat apapun kejayaan
dan kemajuan itu dipertahankan, suatu saat juga tidak akan terlepas dari
kemunduran. Demikian juga dalam pendidikan Islam, ada mengalami kemajuan dan
kemunduran. Islam yang pernah menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki banyak
para ahli ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, akhirnya terpuruk juga
dikarenakan berbagai hal yang terjadi di dalam tubuh Islam itu sendiri. Berikut
akan dibahas pendidikan Islam pada era kemunduran.
Setelah mengalami masa kejayaan, umat Islam
mengalami masa kemunduran dalam berbagai bidang. Hal ini dimulai dengan
runtuhnya kekuasaan Islam di Bagdad dan di Cordova. Bagdad yang merupakan pusat
kedaulatan Abbasiyah yang pertama kali dipimpin oleh Abu Abbas As Saffah, telah
menguasai berbagai daerah yang ada dan memimpin daerah tersebut. Di bawah
kekuasaan daulah Abbasiyah Islam mengalami kemajuan dalam berbagai bidang
terutama dalam bidang pendidikan. Para pemimpin daulah Abbasiyah lebih
memikirkan bidang pendidikan daripada daulah umayyah sebelumnya yang lebih
focus pada bidang kemiliteran.
Daulah Abbasiyah sangat menonjol dalam bidang
pendidikan pada masa kekhalifahan Al Makmun. Khalifah Al Makmun adalah seorang
yang sangat mencintai ilmu pengetahuan diatas segalanya dan dia juga selalu
memikirkan agama Islam dengan ilmu pengetahuan tersebut. Dia berusaha
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menerjemahkan buku-buku dari Yunani serta
mengembangkan ilmu-ilmu dengan mendapatkan temuan baru. Filsafat Yunani yang
bersifat rasional menjadikan Khalifah Al Makmun terpengaruh dan mengambil
teologi Mu’tazilah menjadi teologi negara. Dalam masa itu, Islam menjadi Negara
yang tak tertandingi dalam bidang pendidikan serta banyak memberikan sumbangan
ilmu pengertahuan terhadap dunia.
Namun setelah silih bergantinya Khalifah, Islam
mulai mengalami kemunduran terhadap bidang pendidikan. Hal ini juga berhubungan
dengan keruntuhan daulah Abbasiyah sebagai suatu kedaulatan yang besar.
Terjadinya jurang pemisah antara kekhalifahan dan komunitas keagamaan terutama
dalam hal “ kemakhlukan Al Qur’an “ yang membuat terjadinya perselisihan antara
beberapa kelompok. Kelompok yang satu mengatakan bahwa Al Qur’an itu adalah
amkhluk yang diciptakan oleh Allah dan kelompok yang satu lagi menyatakan bahwa
Al Qur’an merupakan Kalam Allah, bukan makhluk.
Hancurnya Islam pada masa daulah Abbasiyah dapat
dikelompokkan menjadi factor interen dan factor eksteren. Dalam bidang interen
yaitu:
1. Adanya persaingan tidak sehat antara beberapa
bangsa yang terhimpun dalam daulah Abbasiyah terutama Arab, Prsia dan Turki
2. Adanya konflik aliran pemikiran dalam Islam yang
sering menyebabkan timbulnya konflik berdarah
3. Munculnya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri dari kekuasaan pusat di Bagdad. Dikarenakan lemahnya penerus
khalifah selanjutnya maka banyak kerajaan-kerajaan kecil yang memberontak
terhadap daulah Abbasiyah dan ingin membentuk dinasti sendiri.
4. Kemerosotan ekonomi akibat kemunduran politik.
Pada awalnya daulah Abbasiyah adalah suatu kerajaan yang kaya akan harta,
tetapi dikarenakan penerus khalifah berikutnya terbiasa bermewah-mewah sehingga
keuangan menjadi terbuang sia-sia tanpa digunakan untuk hal yang berguna.
5. luasnya wilayah kekuasaan. Untuk mengatur daerah
kekuasaan yang luas ini, diperlukan rasa saling percaya antar penguasa dan
bawahannya. Tapi pada masa-masa akhir daulah Abbasiyah, kepercayaan inilah yang
hilang diantara mereka.
6. dominasi militer. Pada masa khalifah al
Mu’tasim, banyak direkrut jajaran militer dari budak-budak Turki. Dan ada
sebagian dari mereka yang diangkat menjadi gubernur untuk memimpin suatu
daerah. Namun, pada kelanjutannya mereka secara perlahan mengendalikan
pemerintahan. Ini juga disebabkan pengauasa daulah yang lemahdan tidak mampu
melawan mereka, sehingga memberi mereka kesempatan untuk mengatur pemerintahan.
Adapun dari bidang eksterennya adalah:
1. Perang salib yang terjadi dalam beberapa
gelombang
2. Hadirnya tentara mongaol dibawah pimpinan Hulagu
Khan, yang menghancurkan daulah Abbasiyah dan membakar seluruh buku-buku ilmu
pengetahuan yanga ada di Bagdad
Sebab yang terakhir inilah yang menjadi puncak
runtuhnya daulah Abbasiyah di Bagdad serta mundurnya bidang pendidikan lebih
tampak nyata.
Sedangkan kemunduran di Cordova pada masa daulah
Umayyah II. Daulah Umayyah II yang dipimpin pertama kali oleh Abdurrahman Ad
Dakhil yang merupakan pelarian dari penguasa Abbasiyah. Puncak kekuasaan daulah
Umayyah II terjadi pada masa pemerintahan Abdurrahman III dan Al Hkam. Kemajuan
pada masa itu terlihat dalam berbagai bidang antara lain bidang pendidikan,
ilmu pengetahuan dan intelektual. Di Cordova yang merupakan pusat daulah
Umayyah II telah berdiri suatu universitas yang terpercaya dan mampu menandingi
dua universitas besar lainnya, yaitu universitas Al Azhar di Kairo dan
Nizamiyah di Bagdad. Universitas ini menarik banyak mahasiswa, baik mahasiswa
kristen maupun mahasiswa dari negara Eropa lainya.
Pertemuan antara peradaban Arab Islam dengan
peradaban masyarakat setempat menjadikan daerah itu pada masanya mempunyai
kebudayaan Islam yang tinggi. Sehingga Spanyol menjadi pusat pengembangan ilmu
pengetahuan Islam di daerah barat. Tetapi kemajuan tersebut ditentukan oleh
penguasa yang memiliki sikap kuat dan berwibawa yang mampu mempersatuka Islam.
Setelah mencapai kemajuan da kesuksesan dalam
berbagai bidang dan selama beberapa abad menjadi kiblat ilmu engetahuan,
akhirnya mencapai kemunduaran yang disebabkan oleh berbagai hal. Diantaranya
yaitu:
1. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang
menyebabkan munculnya munculnya perebutan kekuasaan diantara ahli waris
2. Lemahnya figur dan kharismatik yang dimiliki
khalifah khususnya sesudah khalifah Al Hakam II. Khalifah hanyalah sebagai
simbol saja, sedang pelaksanaan pemerintahannya dijalankan oleh Wazir
3. Perselisihan diantara umat Islam itu sendiri
yang disebabkan perbedaan kepentingan atau karena perbedaan suku dan kelompok
yang merupakan peluang bagi pihak kristen untuk memecah belah Islam
4. Konflik umat Islam dan kristen, kebijakan para
penguasa Muslim yang tidak melakukan Islamisasi secara sempurna dan hanya
diwajibkan membayar upeti pada penguasa Islam di Spanyol
5. Munculnya Muluk At Tawaif (kerajaan-kerajaan
kecil) yang masing-masing saling berebut kekuasaan.
Hal ini diperburuk dengan serangan pihak kristen
yang sudah menyatu dan letak Spanyol yang terpencil dari daerah Islam lainnya
sehingga Spanyol harus berjuang sendri tanpa adanya bantuan.
Dengan runtuhnya kekuaan Islam di Bagdad dan di
Cordova maka mulailah kemunduran pendidikan dan kebudayaan Islam. Dan
kehancuran total yang dihadapi kota-kota pendidikan dan kebudayaan Islam yang
mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi pendidikan Islam dan melemahnya pemikiran
yang disebabkan antara lain:
1. Telah berlebihnya filsafat Islam (yang bersifat
Sufistik)
Kehidupan sufi berkembang dengan cepat. Keadaan
umat yang frustasi menyebabkan kembali pada Tuhan dalam arti bersatu dengan
tuhan, sebagaimana duiajarkan oleh para sufi. Di setiap Madrasah diajarkan
tentang ajaran-ajaran sufisme, sehingga di dalam Madrasah hanya ada ilmu-ilmu
agama sedangkan ilmu-ilmu lainnya tidak termasuk dalam pengajaran.
2. Sedikitnya kurikulum Islam
Pada Madrasah-madrasah, pengajaran umumnya terbatas
pada ilmu-ilmu keagamaan, seperti ilmu-ilmu yang murni yaitu: Tafsir, Hadis,
Fikih dan Ushul Fikih, Ilmu Kalam, dan Teologi Islam sudah mulai tertinggal
karena penyempitan kurikulum pada masa itu. Pada beberapa Madrasah tertentu, Ilmu
Klam dicurigai, yang lebih di fokuskan kepada ilmu yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan juga materi yang ada banyak sedangkan waktu
yang diberikan untuk mempelajarinya hanya sedikit sehingga para pelajar tidak
terlalu memahami suatu ilmu.
3. Tertutupnya pintu ijtihad
Dengan dikuranginya kebebasan berpendapat dan
memikirkan sesuatu dengan akal, maka banyak para ahli tersebut hanya mengutip
ijtihad para ahli sebelumnya tanpa menemukan pemecahan terbaru tentang hal-hal
permasalahan yang sedang berkembang dari hasil pemikiran mereka. Sehingga
timbul pernyataan yang mengatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup.
Melihat hal-hal tersebut, maka jelaslah Islam
mengalami masa kemunduran terutama dalam bidang pendidikan.
B. Sistem
Pendidikan Islam Periode Kemunduran Pendidikan Islam
Kemunduran pendidikan Islam terletak pada
merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Materi pelajarannya seperti dijelaskan Zuhairini yang dikutip oleh Syamsul
Nizar, sangat sederhana. Materi yang diajarkan hanyalah materi-materi dan
ilmu-ilmu keagamaan. Lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi mengajarkan
ilmu-ilmu filosofis, termasuk ilmu pengetahuan. Rasionalismepun kehilangan
peranannya, dalam arti semakin dijauhi. Kedudukan akal semakin surut. Dengan
dicurigainya pemikiran rasional, daya penalaran umat Islam mengalami kebekuan
sehingga pemikiran kritis, penelitian dan ijtihad tidak lagi dikembangkan.
Akibatnya, tidak ada lagi ulama-ulama yang
menghasilkan karya-karya intelektualisme yang mengagumkan. Mereka lebih senang
mengikuti pemikiran-pemikiran ulama terdahulu daripada berusaha melakukan
temuan-temuan baru. Keterpesonaan terhadap buah fikiran masa lampau membuat
umat Islam merasa cukup dengan pa yang sudah ada. Mereka tidak mau berusaha
lebih keras lagi untuk memunculkan gagasan keagamaan yang cemerlang. Usaha yang
mereka tempuh hanyalah sebatas pemberian syarah atau ta’liqah pada
kritik-kritik ulama terdahulu yang bertujuan memudahkan pembaca untuk memahami
kitab-kitab rujukan dengan menjelaskan kalimat-kalimatnya secara semantik atau
menambah penjelasan dengan mengutip ucapan-ucapan para ulama lain.
Diantara sebab-sebab kemacetan pemikiran dan
kemunduran umat Islam adalah lenyapnya metode berfikir rasional, yang pernah
dikembangkan olehmu’tazilah. Pemikiran rasional mu’tazilah yang telah
menimbulkan peristiwa ” mihnah”, telah mengundang antipati umat Islam bukan
saja terhadap aliran mu’tazilah tetapi juga terhadap metode berfikir rasional.
Sejak saat itu, masyarakat tidak mau mendalami ilmu-ilmu sains dan filosofis.
Pemikiran logis dan ilmiah tidak lagi menjadi budaya fikir masyarakat Muslim
sampai akhirnya pola berfikir mereka didominasi oleh supertisi, tahayul dan
kejumudan.
Antipati terhadap mu’tazilah menyebabkan pengawasan
yang ketat terhadap kurikulum. Jatuhnya paham mu’tazilah mengangkat posisi kaum
konservatif menjadi kuat. Untuk mengembalikan paham Ahlussunnah sekaligus
memperkokohkannya, ulama-ulama melakukan kontrol terhadap kurikulum di
lembaga-lembaga pendikan. Karena ulama dianggap sebagai kaum terpelajar dan
memiliki otoritas keagamaan dan masalah hukum Islam. Ulama-ulama ini menganut
paham konservatif dan fundamental bahwa wahyu merupakan inti segala macam
pengetahuan. Oleh karena itu mereka hanya mengedepankan ilmu-ilmu keagamaan di
lembaga pendidikan Islam.
Ketauhidan yang diajarkan Muhammad SAW telah
diselubungi khurafat dan paham kesufian. Mesjid-mesjid ditinggalkan khurafat
oleh golongan besar dan awam. Mereka menghias diri dengan azimat penangkal
penyakit dan tasbih. Mereka belajar pada fakir dan darwis serta menziarahi
kuburan orang-orang keramat. mereka memuja orang-orang itu sebagai orang suci
dan perantara dengan Allah, karena menganggap Dia begitu jauh bagi manusia
biasa untuk pengabdian langsung.
Sebagaimana yang dikatakan oleh M. Natsir yang
dikutip oleh Chadijah Ismail, kemurnian tauhid terancam, guru-guru,
pemimpin-pemimpin kerohanian dikultus, dijadikan perantara menziarahi kuburan
dan barang-barang peninggalan orang tua-tua dikeramatkan. Dengan rusaknya
kemurnian tauhid, hubungan antara hamba dengan Tuhannya menjadi kabur, hubungan
hamba dengan sesama manusia dan alam sekitarnya jadi tidak karuan. Amal Ibadah
yang tadinya murni, kemasukan berbagai macam bid’ah dan khurafat. Esencial
demokrasi dalam tata negara digantikan oleh feodalisme dalam bermacam-macam
bentuk dan intensitasnya. Ruh ijtihad, kemerdekaan berfikir, semangat untuk
menjajah, mencari kebenaran merosot, yang tumbuh malah jiwa serba turut
(taqlid). Daya cipta lumpuh, yang timbul adalah daya imitasi dan kesenian
berakomodasi dengan situasi kondisi.
Umat Islam banyak terpecah-pecah dalam
kelompok-kelompok politik, aliran-aliran ilmu kalam dan filsafat Islam,
golongan dan mazhab hukum fikih, jamaah-jamaah sufi dan tarikat. Ditambah dengan
banyaknya hadits-hadits palsu dibuat orang dan tidak diperiksa dengan teliti
sanad dan rawinya. Israiliyat dan nasraniyat dalam penafsiran sangat merusak
citra Al Qur’an. Pintu ijtihad tertutup rapat.
Universitas Al Azhar yang didirikan abad X M jauh ditinggalkan
oleh universitas Paris, Oxford dan Cambrige yang baru berdiri abad XIII M.
universitas Islam Deobamd di India dan universitas Zaitunah di Tunisia tadak
lagi dapat disebut universitas-universitas yang diharapkan oleh Al Qur’an.
Mata pelajaran seperti: Astronomi, fĂsica, nimia,
kedokteran, biologi, sosiologi, ekonomi, politik sudah ditinggalkan karena
dianggap bukan pelajaran agama, tapi itu ilmu umum. Padahal Al Qur’an tidak
pernah membedakan bahwa kelompok pertama adalah ilmu agama dan kelompok kedua
adalah ilmu umum.
Disamping itu, di zaman kemunduran banyak
berkembang ajaran-ajaran tarekat yang tidak ada sandarannya Al Qur’an dan
Hadits yang dapat dipegangi. Jabarti yang dikutip oleh Chadijah Ismail
mengatakan: “ Orang Islam yang dulu pernah pertama kali mendirikan rumah sakit
dan telah maju dalam bidang kedokteran, yang telah memberikan inspirasi bagi
pendirian rumah sakit di seluruh Eropa, Semarang jatuh ke dalam keadaan yang
menyangka percobaan nimia Francis semacam sihir.
Di dalam bidang fikih, yang terjadi adalah
berkembangnya taqlid buta dikalangan umat. Dengan sikap hidup fatalistas
tersebut, kehidupan mereka Sangay status, tidak ada problem-problem baru dalam
bidang fikih. Apa yang sudah ada dalam kitab-kitab fikih lama dianggap sesuatu
yang sudah baku, mantap dan benar, dan harus diikuti serta dilaksanakan
sebagaimana adanya.
Kehidupan sufi berkembang dengan pesat.
Madrasah-madrasah yang ada dan yang berkembang diwarnai dengan kegiatan sufi.
Madrasah-madrasah berkembang menjadi zawiat-zawiat untuk mengadakan riyadah
dibawah bimbingan an otoritas guru-guru sufi, yang selanjutya dikembangkan
untuk menuntun para murid, yang dikenal berikutnya dengan istilah tarekat.
Keadaan yang demikian, sebagaimana yang dilukiskan
oleh Fazlur Rahman yang dikutip oleh Syamsul Nizar: ” Di madrasah-madrasah yang
bergabung dalam halaqah-halaqah dan zawiat-zawiat sufi, karya-karya sufi
dimasukkan kedalam kurikulum formal, kurikulum akademis yang terdiri dari
hampir seluruh buku-buku tentang sufi”.
Seseorang yang frustasi dan fatalis, tidak lagi
percaya kepada kemampuannya untuk maju atau mengatasi problem kagamaan dan
kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan hanya mendekatkna diri kepada
Tuhan. Untuk itu mereka masuk ke tarekat-tarekat sehingga tarekat sangat
berpengaruh dalam hidup umat Islam.
Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali.
Kurangnya perhatian penguasa terhadap kehidupan intelektualisme, menambah umat
Islam semakin tidak bergairah untuk melahirkan karya-karya intelektual sehingga
ilmu pengetahuan Islam mengalami stagnasi.
C. Penyebab
kemunduran Islam
1. Terjadinya serangan bangsa Mongol di Bagdad yang
menghancurkan khasanah ilmu.
2. Dalam internal khilafahan terjadi perselisihan,
masing-masing ingin menjadi raja.
3. Pada masa itu kekhilafahan dipimpin oleh
raja-raja yang lemah.
4. Tertutupnya pintu ijtihad.
5. Adanya disintegrasi.
6. Faham sufistik mulai menyebar dan berbagai
aliran spiritual marak.
D. Profil
pendidikan Islam pada masa kemunduran.
Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi
sekitar tahun 1250M. Pada masa Ustmaniyah(Turki), Kemunduran itu terjadi pada
semua bidang terutama dalam bidang pendidikan Islam. Ada tiga profil pendidikan
Islam pada masa kemunduran Islam saat itu, diantaranya adalah:
1. Menurunnya semangat keilmuan.
2. Dikotomi keilmuan (pembagian diantara 2 kelompok
yang bertentangan).
Sampai abad XVI, sistem madrasah menjadi model
utama pendidikan dalam Islam. Sejak Islam bersentuhan dengan tradisi Eropa,
yang saat itu mulai menerapkan model pengajaran klasikal di berbagai
universitas, madrasah juga banyak terpengaruh. Hal ini banyak terjadi ketika
kekuasaan Turki Usmani berkembang. Medrese dan mekteb di wilayah-wilayah Turki
sampai Asia Tengah mendapat pengayaan dengan model klasikal yang tidak ada
ketika masih mengacu pada konsep awal. Meskipun secara materi ilmu tetap
meneruskan apa yang telah diajarkan pada era sebelumnya, namun secara metode
lebih banyak pengayaan. Beberapa madrasah juga mulai terpisah dengan bangunan
utama masjid. Di samping ada universitas (jami’ah) sebagai fase tertinggi dari
sistem madrasah, konsep madrasah awal sebagaimana disebutkan di atas juga
diselenggarakan untuk tingkat lebih rendah.
Dengan adanya pengaruh langsung dari model
pendidikan Eropa, ketika era kolonialisasi Eropa ke wilayah Asia dan Afrika,
madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan yang terpisah dari masjid. Hal
ini terjadi karena model pendidikan Eropa yang klasikal dan memisahkan antara
ilmu agama (teologi gereja) yang diselenggarakan oleh seminari atau gereja
sendiri, dan ilmu umum yang diselenggarakan oleh lembaga resmi (pemerintah atau
swasta) dengan model sekolah sampai universitas. Madrasah dipandang sebagai
model pengajaran formal dari ilmu-ilmu agama saja (Qur’an, Hadits, akidah,
akhlak, dan fiqih), sementara sekolah mengajarkan ilmu-ilmu umum di luar ilmu
agama.
E. Ulama
terkenal pada masa kemunduran.
Pada masa kemunduran Islam ada beberapa orang ulama
yang masyhur yakni: Muhammad bin abdul Wahhab(1115- 1206H) Syah Waliullah (1113
H-1176 H) Mereka berusaha untuk membangun kembali aqidah yang telah lama jumud.
No comments:
Post a Comment