BAB I
KONSEP UMUM TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN
SEJARAHNYA
Islam telah sejak awal, menempatkan premi yang
tinggi pada pendidikan dan telah menikmati panjang dan tradisi intelektual yang
kaya. Pengetahuan ('ilm) menempati posisi yang signifikan dalam Islam, seperti
yang dibuktikan oleh lebih dari 800 referensi dalam Islam yang paling dihormati
yaitu Al-Quran. Pentingnya pendidikan ini berulang kali ditekankan dalam
Al-Quran dengan sering perintah, seperti "Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki pengetahuan beberapa
derajat yang tinggi" (58:11), "Ya Tuhanku! Peningkatan saya dalam
pengetahuan" (20:114), dan "Seperti Allah telah mengajarkan
kepadanya, maka hendaklah ia menulis" (2:282). Ayat-ayat semacam itu
memberikan rangsangan yang kuat bagi komunitas Islam untuk berjuang untuk
pendidikan dan pembelajaran.
Pendidikan Islam secara unik berbeda dari jenis
teori dan praktek pendidikan secara umum terutama karena mencakup segala
pengaruh dari Al-Quran. Al-Quran berfungsi sebagai cetak biru yang komprehensif
baik bagi individu dan masyarakat dan sebagai sumber utama pengetahuan.
Kedatangan Al-Quran di abad ketujuh cukup revolusioner bagi sebagian besar
masyarakat Arab buta huruf. Masyarakat Arab telah menikmati tradisi lisan yang
kaya, tetapi Al-Quran dianggap firman Allah dan perlu berinteraksi dengan
organik dengan cara membaca dan membaca kata-katanya. Oleh karena itu, membaca
dan menulis untuk tujuan mengakses penuh berkah dari al-Quran adalah sebuah
aspirasi bagi kebanyakan umat Islam. Dengan demikian, pendidikan dalam Islam secara
tegas asal-usulnya berasal dari hubungan simbiosis dengan pelajaran agama.
Dengan cara ini pendidikan Islam dimulai. Pelajar
muslim (mu'allim atau mudarris), yang didedikasikan untuk membuat ajaran-ajaran
Al-Quran lebih mudah diakses oleh masyarakat Islam, diajarkan yang setia dalam
apa yang kemudian dikenal sebagai Kuttab (jamak, katātīb). Kuttab terletak di
berbagai tempat: masjid, rumah-rumah pribadi, toko, tenda, atau bahkan di
tempat terbuka. Sejarawan tidak yakin ketika pertama kali didirikan katātīb,
dengan keinginan luas kaum mu’minin untuk mempelajari Al-quran, katātīb dapat
ditemukan di hampir setiap bagian dari kerajaan Islam pada pertengahan abad
kedelapan. Kuttab melayani fungsi sosial yang sangat penting sebagai
satu-satunya media instruksi publik formal untuk anak-anak usia sekolah dasar
dan terus demikian sampai pendidikan model Barat diperkenalkan pada masa
modern. Bahkan saat ini, telah menunjukkan daya tahan yang luar biasa dan terus
menjadi sarana penting pelajaran agama di banyak negara-negara Islam.
Struktur kurikulum pendidikan Kuttab terutama
ditujukan untuk anak-anak laki-laki muda, dimulai sejak usia empat tahun, dan
berpusat pada studi Al-Quran dan kewajiban agama seperti praktek wudhu, puasa,
dan doa. Fokus pada sejarah awal Islam pada pendidikan kaum muda mencerminkan
keyakinan bahwa membesarkan anak-anak dengan prinsip-prinsip yang benar adalah
kewajiban suci bagi orang tua dan masyarakat. Abdul Tibawi menulis pada tahun
1972, pikiran anak diyakini "seperti kertas putih bersih, begitu apa-apa
yang tertulis di atasnya, benar atau salah, akan sulit untuk menghapus atau
menempatkan di atasnya tertulis baru". Pendekatan untuk mengajar anak-anak
itu ketat, dan kondisi di mana siswa muda dapat belajar sangat keras. Hukuman
fisik sering digunakan untuk mengoreksi kemalasan atau ketidaktepatan.
Menghafal Al-quran adalah pusat kurikulum dari Kuttab, tetapi sedikit atau
tidak ada upaya yang dilakukan untuk menganalisis dan mendiskusikan makna teks.
Begitu siswa sudah hafal sebagian besar dari al-Quran, mereka bisa maju ke
tahap-tahap pendidikan yang lebih tinggi, dengan meningkatnya kompleksitas
instruksi. Analis barat dari sistem Kuttab biasanya mengkritik dua wilayah dari
pedagogi: kisaran terbatas mata pelajaran yang diajarkan dan ketergantungan
ekslusif pada menghafal. Sistem Kuttab kontemporer masih menekankan penghafalan
dan pembacaan sebagai sarana pembelajaran penting. Nilai ditempatkan pada
penghafalan selama siswa 'awal pelatihan agama secara langsung mempengaruhi
pendekatan mereka untuk belajar ketika mereka masuk pendidikan formal yang
ditawarkan oleh negara modern. Frustrasi umum pendidik modern di dunia Islam
adalah bahwa sementara mereka bisa menghafal banyak sekali siswa dari sisi
volume halaman catatan dan buku pelajaran, mereka sering tidak memiliki
kompetensi dalam analisis kritis dan independen berpikir.
Selama masa keemasan kerajaan Islam (biasanya
didefinisikan sebagai periode antara kesepuluh dan abad ketiga belas), ketika
Eropa Barat mengalami kemunduran dan stagnasi intelektual, beasiswa Islam
berkembang dengan keterbukaan yang mengesankan untuk ilmu-ilmu rasional, seni,
dan bahkan sastra. Ia selama periode ini bahwa dunia Islam membuat sebagian
besar kontribusinya ke ilmiah dan dunia seni. Ironisnya, para sarjana Islam
diawetkan banyak pengetahuan dari orang-orang Yunani yang telah dilarang oleh
dunia Kristen. Lain kontribusinya yang dibuat dalam bidang kimia, botani,
fisika, mineralogi, matematika, dan astronomi, karena banyak pemikir Muslim
menganggap kebenaran ilmiah sebagai alat untuk mengakses kebenaran agama.
Perlahan-lahan terbuka dan semangat yang kuat dalam
penyelidikan dan penilaian individual (ijtihad) yang mencirikan zaman keemasan
memberi jalan untuk yang lebih picik, tidak perlu diragukan lagi penerimaan
(taqlid) korpus tradisional tentang pengetahuan otoritatif. Pada abad ketiga
belas, menurut Aziz Talbani, para ulama telah menjadi "penafsir yang
menunjuk dirinya sendiri dan penjaga pengetahuan agama.. .. Pembelajaran
terbatas pada transmisi tradisi dan dogma, serta menolak penelitian ilmiah.
Mentalitas taqlid mempunyai otoritas tertinggi
dalam segala hal, dan ulama mengutuk semua bentuk penyelidikan dan penelitian.
Burhan al-Din al-Zarnüji menulis pada abad ketiga belas, "Tetaplah pada
hal-hal kuno sambil menghindari hal-hal baru" dan "Waspadalah
terhadap orang-orang menjadi asyik dengan perselisihan yang terjadi setelah
seseorang membebaskan diri dari otoritas kuno". Banyak dari apa yang
ditulis setelah abad ketiga belas kekurangan orisinalitas, dan sebagian besar
terdiri atas komentar-komentar pada karya-karya kanonik yang ada tanpa
menambahkan ide-ide baru substantif. Kombinasi yang mematikan taqlid dan invasi
asing mulai pada abad ketiga belas disajikan untuk meredupkan keunggulan Islam
baik dalam artistik maupun dunia ilmiah.
Meskipun terdapat warisan mulia dari periode
sebelumnya, dunia Islam sepertinya tidak mampu merespons baik budaya atau
pendidikan untuk mengantisipasi serangan kemajuan Barat pada abad kedelapan
belas. Salah satu aspek yang paling merusak kolonialisme Eropa adalah
kemerosotan norma-norma budaya pribumi melalui sekularisme. Dengan penghormatan
terhadap akal manusia atas wahyu ilahi dan keteguhan dalam pemisahan agama dan
negara, sekularisme adalah laknat kepada Islam, di mana semua aspek kehidupan,
rohani atau duniawi, saling terkait sebagai suatu kesatuan yang harmonis. Pada
saat yang sama, lembaga-lembaga pendidikan Barat, dengan pengucapan mereka
sekuler / dikotomi religius, yang dimasukkan ke negara-negara Islam untuk
menghasilkan pejabat birokrasi dan administrasi negara.
Para pembaharu Islam tidak sepenuhnya menyadari
sejauh mana pendidikan sekuler secara fundamental bertentangan dengan pemikiran
Islam dan gaya hidup tradisional. Pendidikan agama adalah untuk tetap terpisah
dan tanggung jawab pribadi, tidak mempunyai tempat dalam pendidikan umum. Jika
diinginkan mahasiswa muslim dalam belajar agama, mereka bisa melengkapi dengan
pendidikan yang ada pengajaran moral di sekolah-sekolah keagamaan tradisional
seperti Kuttab. Sebagai konsekuensinya, kedua sistem pendidikan yang berbeda
berkembang secara mandiri tanpa ada titik temunya.
A. Pengertian sejarah Pendidikan Islam
1. Pengertian Sejarah
Kata sejarah secara etimologi dapat diungkapkan
dalam bahasa Arab yaitu Tarikh, sirah atau ilmu tarikh, yang maknanya ketentuan
masa atau waktu, sedang ilmu tarikh berarti ilmu yang mengandung atau yang
membahas penyebutan peristiwa dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
Dalam bahasa inggris sejarah dapat disebut dengan history yang berarti uraian
secara tertib tentang kejadian-kejadian masa lampau (orderly descriphon of past
even)
Adapun secara terminologi berarti sejumlah keadaan
dan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri
individu dan masyarakat sebagaimana benar-benar terjadi pada
kenyataan-kenyataan alam dan manusia. Sedangkan pengertian yang lain sejarah
juga mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari
masa ke masa, karena sejarah mempunyai arti dan bernilai sehingga manusia dapat
membuat sejarah sendiri dan sejarah pun membentuk manusia.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari
pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah
terbentuknya pribadi muslim yang baik. Karena ia sebagai alat yang dapat
difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia
(sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal kemampuannya untuk
memperoleh kesejateraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Dalam
hal ini, maka kedayagunaan pendidik sebagai mediator atau instruktur sangat
bergantung pada pemegang alat kunci yang banyak menentukan keberhasilan proses
pendidikan, yang telah berkembang di berbagai daerah dari sistem yang paling sederhana
menuju sistem pendidikan Islam yang modern. Perkembangan pendidikan Islam
didalam sejarahnya menunjukan perkembangan dalam subsistem yang bersifat
operasional dan teknis terutama tentang metode, alat-alat dan bentuk
kelembagaan adapun hal yang menjadi dasar dan tujuan pendidikan Islam tetap
dapat dipertahankan sesuai dengan ajaran Islam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan
pendidikan yang lebih banyak ditunjukkan kepada perbaikan sikap mental yang
akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain yang bersifat teoritis dan praktis.
Dari berbagai pengertian pendidikan Islam dapat
kita simpulkan bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan dari pendidik
yang mengarahkan anak didiknya kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud
dalam amal perbuatan dan terbentuknya pribadi muslim yang baik.
3. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Dari pengertian sejarah dan pendidikan Islam maka
dapat dirumuskan pengertian tentang sejarah pendidikan Islam atau tarihut
Tarbiyah Islamiyah dalam buku Zuhairini yaitu:
a. keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak zaman lahirnya Islam
sampai dengan masa sekarang.
b. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik dari segi ide dan konsepsi
maupun segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman nabi Muhammad saw sampai
sekarang.
Drs. Hasbullah merumuskan bahwa sejarah pendidikan
Islam yaitu:
1) catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam dari sejak lahirnya sampai sekarang.
2) Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik dari segi gagasan
atau ide-ide, konsep, lembaga maupun opersinalisasi sejak zaman nabi Muhammad
hingga saat ini.
Dari dua sumber yang merumuskan sejarah pendidikan
Islam dapat disimpulkan bahwa kedua penjelasan memiliki maksud yang sama yaitu
peristiwa atau cabang ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam dari segi ide, konsep, lembaga operasionalisasi dari sejak
zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang.
B. Ruang lingkup sejarah pendidikan Islam
1. Obyek
Obyek kajian sejarah pendidikan Islam adalah
fakta-fakta pendidikan Islam berupa informasi tentang pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam baik formal, informal dan non formal. Dengan
demikian akan diproleh apa yang disebut dengan sejarah serba objek hal ini
sejalan dengan peranan agama Islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan,
pencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin secara
material dan spiritual. Namun sebagai cabang dari ilmu pengetahuan, objek
sejarah pendidikan Islam umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam
objek-objek sejarah pendidikan, seperti mengenai sifat-sifat yang dimilikinya.
Dengan kata lain, bersifat menjadi sejarah serba subjek.
2. Metode
Mengenai metode sejarah pendidikan Islam, walaupun
terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam
penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi
suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai
alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan
perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam
kisah yang penuh makna, sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai
sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam mengkaji materi maupun dalam
menggunakan sumber-sumbernya.
Untuk memahami sejarah pendidikan Islam diperlukan
suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara metode
deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.
Dengan metode deskriptif, ajaran-ajaran Islam yang
dibawa oleh Rosulullah saw, yang termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh
As-sunnah, khususnya yang langsung berkaitan dengan pendidikan Islam dapat
dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka
yang terkandung dalam ajaran Islam dapat dipahami.
Metode komparatif mencoba membandingkan antara
tujuan ajaran Islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang
hidup dan berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat
diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat
diajukan pemecahan yang mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan.
Metode analisis sinsesis digunakan untuk memberikan
analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan
ajaran Islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan
pendidikan Islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan
yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan Islam. Metode ini
dapat pula didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan dan pengembangan
budaya umat manusia yang Islami.
Dalam
penggalian dan penulisan sejarah pendidikan Islam ada beberapa metode yang
dapat dipakai antaranya:
1) Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu
obyek sejarah dengan menggunakan interview.
2) Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah
diamati secara langsung.
3) Metode Documenter dimana dengan metode ini
berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen
tertulis.
C. Kegunaan dan kaitan sejarah pendidikan Islam
1. Manfaat Sejarah Pendidikan Islam
Dengan mengkaji sejarah akan bisa memperoleh
informasi tentang pelaksanaan pendidikan Islam dari zaman Rosulullah sampai
sekarang mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan
kebangkitan kembali tentang pendidikan Islam. Dari sejarah dapat diketahui
segala sesuatu yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan Islam dengan
segala ide, konsep, intitusi, sistem, dan operasionalisnya yang terjadi dari
waktu ke waktu, jadi sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan
romantisme tetapi lebih dari itu merupakan refleksi historis. Dengan demikian
belajar sejarah pendidikan Islam dapat memberikan semangat (back projecting
theory) untuk membuka lembaran dan mengukir kejaya dan kemajuan pendidikan
Islam yang baru dan lebih baik. Dengan demikian sejarah pendidikan Islam
sebagai study tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah
pendidikan sudah barang tentu sangat bermanfaat terutama dalam rangka
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan atau perkembangan pendidikan.
Secara umum
sejarah memegang peranan penting bagi kehidupan umat manusia. Hal ini karena
sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan
melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat
manusia. Sumber utama ajaran Islam (Al-Qur’an) mengandung cukup banyak
nilai-nilai kesejarahan yang langsung dan tidak langsung mengandung makna
benar, pelajaran yang sangat tinggi dan pimpinan utama khususnya umat Islam.
Ilmu tarikh (sejarah) dalam Islam menduduki arti penting dan berguna dalam
kajian dalam Islam. Oleh karena itu kegunaan sejarah pendidikan meliputi dua
aspek yaitu kegunaan yang bersifat umum dan yang bersifat akademis.
Sejarah
pendidikan Islam memiliki kegunaan tersendiri diantaranya sebagai faktor
keteladanan, cermin, pembanding, dan perbaikan keadaan. Sebagai faktor
keteladanan dapat dimaklumi karena al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam banyak
mengandung nilai kesejarahan sebagai teladan. Hal ini tersirat dalam Al-Qur’an:
لقد
كان لكم فى
رسول الله أسوة حسنة…..
Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu sekalian …. (Q. S. Al-Ahzab: 21)
قل
إن كنتم تُحِبُّون
اللهَ فأتَّبِعونى يحببكم الله …..
Katakanlah: “jika kamu (benar-benar)mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”……(Q.
S. Ali-Imran:31)
…… واتَّبعوهُ لعلّكم
تهتدون
…. Dan ikutilah dia, supaya
kamu mendapat petunjuk (Q. S Al-A’raaf:158)
Berpedoman pada ayat diatas umat Islam dapat
meneladani proses pendidikan Islam semenjak zaman kerasulan Muhammad saw,
Khulafaur Rasyidin, ulama-ulama besar dan para pemuka gerakan pendidikan Islam.
Sebagai cermin ilmu sejarah berusaha menafsirkan
pengalaman masa lampau manusia dalam berbagai kegiatan. Akan tetapi sejalan
dengan perkembangan bahwa tidak semua kagiatan manusia berjalan mulus terkadang
menemukan rintangan-rintangan tertentu sehingga dalam proses kegiatannya
mendapat sesuatu yang tidak diharapkan, maka kita perlu bercermin atau dengan
kata lain mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian masa lampau sehingga
tarikh itu bagi masa menjadi cermindan dapat diambil manfaatnya khususnya bagi
perkembangan pendidikan Islam.
Sebagai pembanding, suatu peristiwa yang
berlangsung dari masa ke masa tentu memiliki kesamaan dan kekhususan. Dengan
demikian hasil proses pembanding antara masa silam, sekarang, dan yang akan
datang diharapkan dapat memberi andil bagi perkembangan pendidikan Islam karena
sesungguhnya tarikh itu menjadi cermin perbandingan bagi masa yang baru.
Sebagai perbaikan, setelah berusaha menafsirkan pengalaman masa lampau manusia
dalam berbagai kegiatan kita berusaha pula untuk memperbaiki keadaan yang
sebelumnya kurang konstruktif menjadi lebih konstruktif.
Adapun kegunaan sejarah pendidikan Islam yang
bersifat akademis diharapkan dapat:
a. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang.
b. Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam,
guna memecahkan problematika pendidikan Islam pada masa kini.
c. Memiliki sikapn positif terhadap
perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan Islam.
Selain itu sejarah pendidikan Islam akan mempunyai
kegunaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan pendidikan Islam. Dalam hal
ini, sejarah pendidikan Islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah dialami
sehingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan
yang utuh dan mendasar.
2. Pentingnya dalam Mempelajari Sejarah Pendidikan
Islam
Dari mengkaji sejarah kita dapat memperoleh
informasi tentang pelaksaan pendidikan Islam dari zaman Rosulullah sampai
sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran dan
kebangkitan kembali dari pendidikan Islam. Dari sejarah dapat diketahui
bagaimana yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan Islam dengan segala
ide, konsep, institusi, sistem, dan opersionalnya yang terjadi dari waktu ke
waktu.
Dalam ajaran
Islam, pendidikan mendapatkan posisi yang sangat penting dan tinggi karena
pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral (central attention)
masyarakat. Pengalaman pembangunan di negara-negara sudah maju khususnya
negara-negara di dunia Barat membuktikan betapa besar peran pendidikan dalam
proses pembangunan.
Tepatnya dikatakan oleh Ghulam Saqib Education may
be used to help modernize a society, education, therefore is certainly the key
to the modernization of muslim societies. Demikian juga tepat dapat dikatakan
Jhon Dewey, pendidikan diartikan sebagai social continuty of life. Pendidikan
juga diartikan, it mo kowly as transmission from some persons to others of the
skills the arts and the science. Adapun Kant, mengartikan pendidikan sebagai
care, discipline and instruction. Oleh karena itu, peranan pendidik sangat
penting dan pendidikan hendaknya memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Ilmu yang Erat Kaitannya dengan Sejarah
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan warisan dan perkembangan
budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam dalam rangka
terbentuknya kepribadian utama menurut Islam. Munculnya ilmu pendidikan telah
memotivasi umat Islam untuk menelusuri perjalanan sejarah pendidikan Islam.
Teori-teori yang berkaitan dalam dunia pendidikan besar gunanya dalam mengumpulkan
fakta-fakta sejarah yang selanjutnya menempatkan fakta-fakta tersebut dalam
konteks sejarahnya dengan demikian pembahasan sejarah pendidikan tidak sekedar
menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan dan
perjalanan pendidikan Islam sesuai dengan urutan-urutan peristiwa. Lebih dari
itu sejarah pendidikan Islam menuntut pengungkapan realitas sosial muslim untuk
menjawab suatu peristiwa yang terjadi.
Dengan demikian sejarah pendidikan Islam bukanlah
ilmu berdiri sendiri namun merupakan bagian dari sejarah pendidikan secara
umum. Sejarah pendidikan merupakan uraian sistematis dari segala sesuatu yang
telah dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah
lampau. Sejarah pendidikan menguraikan perkembangan pendidikan dari dahulu
hingga sekarang. Oleh karena itu, sejarah pendidikan sangat erat kaitannya
dengan beberapa ilmu antara lain:
a. Sosiologi
Interaksi yang terjadi baik antara individu maupun
antara golongan, dimana dalam hal ini menimbulkan suatu dinamika. Dinamika dan
perubahan tersebut bermuara pada terjadinya mobilitas sosial semua itu
berpengaruh pada sistem pendidikan Islam. Serta kebijaksanaan pendidikan Islam
yang dijalankan pada suatu masa.
b. Ilmu Sejarah
Membahas tentang perkembangan peristiwa-peristiwa
atau kejadian –kejadian penting di masa lampau dan juga dibahas segala ikhwal
“orang-orang besar” dalam struktur kekuasaan dalam politik karena umumnya
orang-orang yang besar cukup dominan pengaruhnya dalam menetukan sistem,
materi, tujuan pendidikan, yang berlaku pada masa itu.
c. Sejarah Kebudayaan
Dalam hubungan ini pendidikan berarti pemindahan
isi kebudayaan untuk menyempurnakan segala dan kecakapan anak didik guna
menghadapi persoalan-persoalan dan harapan-harapan kebudayaannya, pendidikan
Islam adalah usaha mewariskan nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke
generasi selanjutnya. Oleh karenanya mempelajari sejarah kebudayaan dalam
rangka memahami sejarah Islam adalah sangat penting.
D. Periodisasi sejarah pendidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tidak
terlepas dari sejarah Islam. Oleh karenanya, periodesasi pendidikan Islam
berada dalam periode-periode sejarah Islam itu sendiri. Prof. Dr. Harun
Nasution secara garis membagi sejarah Islam kedalam tiga periode yaitu periode
klasik, pertengahan, dan modern.
Kemudian dalam buku Dra. Zuhairini dijelaskan bahwa
periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu:
1. masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M)
2. masa Khalifaur Rasyidin di Madinah (632-661 M)
3. masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M)
4. masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750-1250)
5. masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad
tahun 1250 M s/d sekarang.
No comments:
Post a Comment