Wednesday, 15 March 2017

Sejarah Administrasi dan Kontribusinya terhadap Peradaban Islam 7

BAB VII
ADMINISTRASI MASA KHULAFAUR RASYIDIN
 Dalam sejarah peradaban Islam, perjuangan para sahabat pengganti Rasulullah SAW, tidak semudah apa yang dibayangkan, namun berbagai kemajuan baik dalam perluasan wilayah, maupun penyebaran agama meski berat tetap berjalan.

A.   Administrasi Masa Abu Bakar

Prioritas utama Abu bakar adalah melanjutkan niat Rasulullah SAW, untuk mengirimkan ekspedisi ke wilayah Syiria, keputusan ini diambil oleh Abu Bakar pada saat negara dilanda disintegrasi karena pemberontakan kaum musyrikin dan kaum Yahudi.
Masa pemerintahan Abu bakar yang pendek di sibukkan oleh gangguan dari orang-orang murtad dan orang-orang munafik, dalam hal ini W. Muir menyatakan: Abu Bakar telah berjuang sepenuh jiwa untuk tegaknya Islam dan menyelamatkan Islam dari kehancuran. Keberhasilannya dalam menumpas kelompok penentang dan kelompok pembangkang menimbulkan solidaritas Islam dan juga membuka gerbang kejayaan Islam di masa-masa yang akan datang.
Selanjutnya menurut Becker, masyarakat yang terlibat dalam gerakan anti Islam sebenarnya belum pernah memeluk Islam, karena peperangan tersebut tidak bertentangan dengan masalah riddah. (keluar dari agama Islam).
Sebagai khalifah yang pertama maka Abu Bakar menggaris bawahi bahwa jabatan khalifah merupakan masalah yang sangat rawan dan krusial, keberhasilan kepemimpinan Abu Bakar dalam meredam gejolak dalam negeri, Abu bakar juga melanjutkan administrasi negara dengan proyek selain kegiatan administrasi reguler, Abu Bakar lah orang yang pertama mengumpulkan tulisan-tulisan Al Qur-an.
Perilaku politik lain yang dijalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi wilayah administratifnya. Ada dua ekspansi yang dilakukan pemerintahan Abu Bakar, yaitu: (1). Ekspansi ke wilayah Persia­ di bawah pimpinan Khalid ibn Walid. Dalam ekspansi ini (tahun 634 M), pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan daerah penyebaran bangsa Arab dari selatan, narnun mereka dijadikan benteng terakhir oleh Persia guna membendung laju tentara Romawi. Daerah protektorat Persia ini sangat startegis dan dapat dijadikan pintu masuk penyebaran Islam ke wilayah di belahan timur dan utara. (2). Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr ibn Ash, Yazid ibn Sufyan, dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng pertahanan dari serbuan Persia. Ini sudah pernah dilakukan sebelumnya yang dipimpin oleh Usamah dengan tujuan memberi pelajaran kepada wilayah tersebut karena kekalahan yang telah diderita umat Islam dalam perang Mut'ah, selain keinginan Usamah membalas pembunuhan ayahnya Zaid. Ekspansi yang dilakukan pasukan Islam dengan empat panglima perangnya dan dikuatkan lagi dengan kehadiran Khalid ibn Walid untuk menguasai wilayah tersebut, karena kemenangan atasnya akan sangat besar artinya bagi penguasaan daerah-daerah lain di barat dan utara. Wilayah tersebut merupakan garis terdepan berbatasan dengan kerajaan Romawi. Akhirnya pasukan Islam di bawah panglima Khalid ibn Walid dapat mengalahkan pasukan Romcwi dalam peperangan Ajnadain pada tahun 634 M. Menurut Mahmudunnasir, ekspansi pasukan Islam ke wilayah tersebut (Suriah) karena wilayah tersebut dipandang sebagai bagian dari semenanjung Arab, didiami bangsa Arab yang menggunakan bahasa Arab pula. Dengan demikian dari sudut keamanan umat Islam (Arab) ataupun dari sudut pertalian rasional antara kaum muslim dan orang Suriah sangatlah penting.
Ketika pasukan Islam sedang menghadapi peperangan di front Sirian Damascus, Baalbek, Homs, Hama, Yerussalem, Mesir, Mesopotamia, Abu Bakar meninggal dunia, Senin 23 Agustus 634 M setelah menderita sakit selama beberapa hari. Dalam menjalankan politik pemerintahannya selama 2 tahun, 3 bulan dan 11 hari, Abu Bakar mengedepankan aspek musyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan, sehingga secara internal kondisi pemerintahannya stabil. Pemerintahan Abu Bakar dikenal juga dengan pemerintahan yang sentralistik sebagaimana nabi telah jalankan dalam pemerintahan sebelumnya, yaitu menggabungkan antara otoritas legislatif, eksekutif dan yudikatif yang terpusat pada dirinya. Hal ini tidak mengurangi bobot demokrasi, karena meskipun tersentral pada pundaknya, masyarakat merasa senang dan kagum atas perilaku politik dan keandalan sistim administrasi yang dijalankannya.

B.   Administrasi Masa Umar Bin Khottob

Umar adalah seorang pegulat dan orator yang ulung, sebelum masuk Islam umar sudah mengenal baca tulis, Umar masuk Islam pada tahun keenam masa kenabian, karena logika yang diutamakan oleh Umar maka ketika perjanjian Hudaibiyah di tanda tangani Umarlah orang pertama yang melakukan protes terhadap perjanjian tersebut, namun setelah mendapat penjelasan dari Nabi Muhammad SAW, maka umar langsung sadar dan kejadian tersebut membuat umar lebih dekat dengan Rasulullah SAW, untuk menimba ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang politik dan kenegaraan.
Dalam pemilihan Abu Bakar sebagai kholifah, Umarlah orang pertama yang membaiat Abu Bakar, ketika Umar menjabat sebagai Khalifah, maka Umar menyadari bahwa hanya Dorongan Moral yang mampu membangkitkan umat Islam dalam berbagai aspek khususnya dalam melakukan ekspansi, selain dorongan moral tersebut umar dengan bermodalkan orasi-orasi yang merupakan keahliannya sebelum memasuki Islam, maka semangat patriotisme ditancapkan sedalam-dalamnya, dengan tehnik kepemimpinan militer yang di pelajari dari Nabi Muhammad SAW, dalam melakukan invasi demi invasi pasukan Islam baik yang invanteri maupun pasukan kavaleri unta tidak mengalami kesulitan.
Keberhasilan umar dalam melakukan invasi ke Persia dan Romawi, selain semangat yang dihembuskan Umar diatas, juga karena Dekadensi moral bangsa Persia dan Romawi membuat umat Islam tidak mengalami halangan yang berarti dalam menaklukkan kedua negara adi daya tersebut.
Umar Bin Khattab selain keberhasilannya dalam melakukan perluasan wilayah, Umar juga berhasil merevisi dan kemudian memperkenalkan sistem pemerintahan yang dirintis oleh Nabi Muhammad SAW, Umar berhasil membentuk sistim konstitusi negara dengan berdasarkan semangat demokrasi. Puncak prinsip demokrasi yang dibangun oleh Abu Bakar adalah pembentukan dua badan permusyawaratan, yaitu majelis Syura dan majelis penasihat.
Dalam rangka menjaga integritas nasional bangsa Arab, Umar berhasil menjadikan semenanjung Arabia menjadi negeri Islam, dalam menerapkan impiannya tersebut Umar senantiasa memberikan dua alternatif kepada Musuhnya yaitu tetap tinggal dengan tidak mencampuri segala urusan pemerintahan Islam, atau pindah ke negeri lain dengan uang ganti rugi, kepada musuh yang menginginkan pindah ke negeri lain Umar sebagai pmegang kekuatan tertinggi menyediakan segala fasilitas kepindahannya.
Kebijakan Umar yang lain adalah, demi menjaga kestabilan militer pasukan Islam, Umar melarang para tentara menguasai tanah pertanian karena dihawatirkan jiwa berjuang mereka beralih menjadi jiwa bercocok tanam, serta Umar melarang pasukannya tinggal di perkampungan sipil melainkan tinggal di komplek militer yang disediakan oleh negara.
Dalam hal administrasi seperti yang telah di rintis oleh Nabi Muhammad SAW, Umar membagi propinsi ke dalam berbuat distrik yang dikepalai oleh Amil.
Langkah-langkah dalam memajukan teknologi pertanian, Umar membangun sarana irigasi, Umar memberlakukan sistim tunjangan (pensiun) hari tua bagi para veteran perang dan pegawai sipil negara, serta bagi masyarakat yang cacat dan lemah fisik di beri tunjangan kesejahteraan yang diambilkan dari Baitul Maal.
Al Diwan adalah sebuah dewan keuangan negara yang dibentuk oleh Umar Bin Khottob, pembentukan Al Diwan ini tidak hanya di pemerintah pusat saja, melainkan juga di propinsi dan di setiap distrik yang ada. Al Diwan Bertanggung jawab dalam melakukan sirkulasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Dengan sumber pendapatan negara seperti: Zakat, Jizyah, Kharaj, Ghanimah dan fay’, yang masing-masing melakukan manajemen tersendiri secara rapi.
Selain itu Umar juga menetapkan sejumlah pendapatan dari pajak-pajak yang belum di terapkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, dan Abu Bakar. Seperti Al usyr (1/10) yang dipungut dari pajak perkebunan yang luas, pajak perniagaan, sakat kuda, dan lain lain.
Selain dibelanjakan untuk kepentingan umum serta operasional pemerintahan, sisa keuangan di distribusikan kepada Keluarga Nabi Muhammad SAW, dan setiap kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan sebagai santunan, penyampaian santunan di catat oleh pejabat Al Diwan dengan kriteria-kriteria:
Para janda dan Keluarga Nabi Muhammad SAW, mendapat 10.000 dirham.
Veteran Badr sebesar 5.000 dirham.
Veteran Uhud sebesar 4.000 dirham
Dan 3.000 dirham untuk yang memeluk Islam sebelum Fatkhu Mekkah.
Dana pensiun diatas diberikan setahun sekali. Adapun pasukan militer Islam di beri tunjangan per bulan sebesar 500 untuk pasukan invanteri dan 600 dirham untuk pasukan kavaleri.

C.   Administrasi Masa Usman Bin Affan

Usman Bin Affan masuk Islam ketika berusia 34 tahun, usman dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan, Usman adalah seorang backing finansial proyek irigasi yang di sarankan oleh Rasulullah SAW, dengan menelan dana sebesar 20.000 dirham untuk kepentingan masyarakat Madinah, dalam rangka pembebasan tanah milik dua bersaudara sahl dan suhail untuk masjid nabawi, dana sepenuhnya dari Usman.
Pada perang Tabuk yang sangat membutuhkan pendanaan yang besar, sedangkan kondisi masyarakat saat itu sudah mulai terbentuk, maka Usman menyumbangkan 10.000 dinar dan seribu unta, karena posisinya sebagai pengatur roda keuangan negara hampir setiap perang besar usman tidak diikutkan oleh Rasulullah SAW, ketika masa Kholifah Abu Bakar dan Umar Bin Khottob, Usman adalah ketua tim penasehat ekonomi khalifah.
Usman Bin Affan adalah keturunan bani Umayyah yang jika ditelusuri nenek moyangnya adalah seorang ekonom yang handal, maka dalam menjalankan roda pemerintahan dimata Usman adalah pengutamaan perekonomian negara, hal ini terbukti dengan setiap mengangkat seorang gubernur, selain persyaratan yang di bebankan oleh Nabi Muhammad SAW, Abu bakar dan Umar Bin Khottob, persyaratan menjadi gubernur di masa Usman menjadi lebih sulit, karena mereka juga harus seorang ekonom.
Karena kebanyakan ekonom saat itu secara kebetulan kerabat dekat Usman, maka kebijakan usman tersebut merupakan pemicu protes bahwa Usman Melakukan Nepotisme, kemudian protes yang kedua adalah usman di tuduh sebagai penguasa yang boros dengan membagi-bagikan kekayaan dan kekuasaan negara kepada sejumlah kerabatnya, padahal ketika menjabat sebagai khalifah, usman terkenal dengan Al Ghany (Milyuner).
Tuduhan yang paling besar adalah ketika Usman mendengar kerancuan bacaan Al Qur-an, maka ia bertekad untuk mengumpulkan segala tulisan Al Qur-an dan membuat salinan, sedangkan segala tulisan yang ada sebelumnya yang menjadikan perpecahan diantara kaum muslimin dibakar, pembakaran Al Qur-an yang tidak otentik tersebut menimbulkan ketidak puasan terhadap kebijakan Usman.
Tatkala segala tuduhan dan fitnah menyebar ke seluruh propinsi, maka Usman menyampaikan pengumuman bahwa pada musim haji agar masyarakat datang ke Madinah untuk menyampaikan keluhan-keluhan, ketika masyarakat seluruh propinsi beserta para pejabat negara berkumpul, tidak satu pun diantara mereka yang mengutarakan keluhannya.
Kepemimpinan Usman yang memfokuskan aspek ekonomi ternyata tidak berhasil dan bahkan fokus atau prioritas tersebut justru menjadi kelemahan Usman dan merupakan kegagalannya dalam menjalankan roda pemerintahan. Figur yang dermawan dan lemah lembut, menjadikan Usman tidak mampu mengatasi disintegrasi bangsa yang melanda saat itu.
Meskipun pengembangan wilayah dicapai dengan gemilang, Usman bin Affan tidak merubah pranata yang telah digariskan oleh Umar Bin Khottob, seluruh departemen yang dibentuk oleh Umar Bin Khottob senantiasa di pertahankan dan di tingkatkan kinerjanya oleh Usman bin Affan.
Masa kepemimpinan Usman bin Affan banyak membangun sarana fisik, seperti pelebaran Masjid Nabawi, pembangunan Jalan dan jembatan, serta berbagai perkantoran pemerintah. Keberhasilan Usman bin Affan yang dapat dilihat sampai sekarang adalah meskipun di tengah-tengah protes dan ketidak percayaan yang mengakibatkan disiintegrasi bangsa, Usman bin Affan berhasil membukukan Al Qur-an dan mempatenkan seperti adanya pada zaman Rasulullah SAW, dan juga dapat kita jumpai pada zaman kita yang sekarang ini.
 D.   Administrasi Masa Ali Bin Abi Tholib
Sepanjang sejarahnya, Ali lebih berkonsentrasi pada perjuangan menegakkan Islam, keagamaan dan keilmuan tanpa berorientasi sedikit pun pada aspek duniawi. Masa pemerintahannya berlangsung selama 5 tahun, dari 36 - 41 H (656-661 M), diwarnai oleh timbulnya banyak kekacauan daii pernberontakan-pemberontakan. Pengangkatannya sebagai khalifah tidak dilaksanakan sebagaimana yang pernah dialami oleh khalifah-khalifah sebelumnya seperti dengan musyawarah, penunjukan dan pembentukan dewan formatur. Hal ini disebabkan Usman tidak sempat menunjuk pengganti atau membentuk dewan formatur untuk memilih khalifah, karena terbunuh. Ali diangkat melalui proses pembai'atan langsung yang dilakukan oleh masyarakat Islam di Madinah, secara terbuka di masjid termasuk dihadiri oleh kaum Muhajirin dan Anshar"'.
Pasca pembunuhan Usman, kota Madinah dalam kondisi yang sepi dan kosong karena banyak ditinggal oleh para sahabat ke wilayah yang baru ditaklukkan. Kondisi ini diperparah oleh tidak amannya kota, sehingga keamanan dikendalikan oleh Ghafiqy ibn Harb selama 5 hari. Hanya sedikit para sahabat yang masih tinggal di kota Madinah dan tidak semuanya mendukung Ali, seperti Sa'ad ibn Abi Waqqash dan Abdullah ibn Umar. Hanya Talhah ibn Ubaidillah dan Zubair ibn Awwam yang setia mendukung Ali dari kalangan sahabat dekat nabi. Ali pada saat keadaan genting tersebut menanyakan keberadaan para sahabat, karena merekalah yang berhak menentukan siapa yang bakal menjadi khalifah, disebabkan Keseniorannya dan mengikuti Perang Badar. Maka muncullah Talhah, Zubair dan Sa'ad membai'at Ali, kemudian diikuti oleh Muhajirin dan Anshar dan yang paling awal membai'at Ali adalah Talhah. 
Perilaku politik yang dijalankan oleh Khalifah Ali tidak bisa lepas dari suasana saat itu akibat dari kebijaksanaan Usman dan tantangan dari oposisi atas kekhilafannya. Mengenai soal kebijaksanaan Usman, khalifah mencoba menyelesaikannya dengan menarik semua tanah dan hibah yang telah dibagikan kepada kerabat Usman, kembali ke pemilikan negara. Mengenai soal gubernur yang diangkat oleh Usman dan tidak disenangi rakyat, segera diganti. Usman ibn Hanif diangkat menggantikan Ibnu Amir menjadi penguasa Basrah, Qais diangkat menggantikan Abdullah sebagai gubernur di Mesir, Mu'awiyah yang menjabat gubernur di Suriah diminta meletakkan jabatannya, namun ditolaknya dan bahkan tidak mengakui kekhalifahan Ali. Pada masa ini nyaris tidak ada kegiatan administrasi yang signifikan.

No comments:

Post a Comment