BAB II
SEJARAH ADMINISTRASI PRA
MODERN
Tanda-tanda awal
peradaban, dengan segala gejala klasiknya berupa terlacaknya kota-kota
pertanian, penggunaan kalender, kecanggihan senjata, rekrutmen kemiliteran dan
digunakannya sistem operasional dan administrasi perpajakan, mulai muncul
sekitar tahun 4500 sebelum Masehi. Sejarah melahirkan dua peradaban pada saat
pertama, keduanya peradaban Semit, satu di Timur Laut Palestina, yang lainnya
di Barat Laut yaitu mesir. Diperlukan waktu 2500 tahun untuk membuat kedua
peradaban ini – (Mesopotamia dan Mesir) saling
bertemu. Setelah itu, pergolakan dan perang pun terjadi, yang menyebabkan
Palestina menerima risiko menjadi buffer
state (negara kecil yang terjepit dua negara besar yang bermusuhan)
(Dimont, pengantar).
Eksplorasi terhadap
sejarah peradaban manusia serta asal-usulnya berikut sistim dan tata
keadministrasian yang digunakannya, sebenarnya tidak lepas dari kehidupan kita
sekarang ini. Keberadaan peradaban itu sejak lebih dari enam ribu tahun yang
lalu adalah Mesir. Zaman sebelum enam ribu tahun dikategorikan kedalam zaman
pra-sejarah. Oleh karena itu secara ilmiah kebenaran sejarah masih simpang
siur. Para arkeolog mengadakan
penggalian-penggalian kembali serta melakukan rekonstruksi keterpautan
sejarah-sejarah di Irak dan Suriah untuk mempelajari peradaban serta menentukan
batas dari peradaban sejarah dan peradaban pra-sejarah.
Hasil temuan dari para
arkeolog tersebut meskipun masih dalam tahap simpang siur, mereka melakukan
konsensus bersama bahwa munculnya peradaban pertama ada hubungannya dengan laut
merah dan laut tengah.
Mesir adalah yang paling
menonjol membawa peradaban pertama ke Yunani, Romawi dan peradaban dunia sekarang
ini masih erat sekali hubungannya dengan peradaban pertama itu. Asyria dan
Yunani sejak ribuan tahun yang lalu dikenal perkembangan peradabannya dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian, perdagangan, kemiliteran dan dalam
segala bidang kegiatan manusia termasuk kegiatan administrasinya.
500 SM Serat Papyrus
digunakan sebagai kertas.
Kertas yang terbuat dari serat pohon papyrus yang tumbuh disekitar sungai nil ini menjadi media menulis/media informasi yang lebih kuat dan fleksibel dibandingkan dengan lempengan tanah liat yang sebelumnya digunakan sebagai media informasi.
Kertas yang terbuat dari serat pohon papyrus yang tumbuh disekitar sungai nil ini menjadi media menulis/media informasi yang lebih kuat dan fleksibel dibandingkan dengan lempengan tanah liat yang sebelumnya digunakan sebagai media informasi.
105 M Bangsa Cina
menemukan kertas. Kertas yang ditemukan oleh bangsa Cina pada masa ini adalah
kertas yang kita kenal sekarang, kertas ini dibuat dari serat bambu yang
dihaluskan, disaring, dicuci kemudian diratakan dan dikeringkan, penemuan ini
juga memungkinkan sistem pencetakan yang dilakukan dengan menggunakan blok kayu
yang ditoreh dan dilumuri dengan tinta atau yang kita kenal sekarang dengan
sistem Cap. (www.apjii.or.id/Sejarah
Teknologi Informasi)
A. Sejarah dan Peradaban Bangsa Semit (Sumeria) dan sistim
administrasinya
Bangsa semit yang lebih
kental dikenal dengan bangsa Sumeria adalah bangsa yang dikenal melahirkan
keturunan-keturunan pembawa pesan Tuhan (agama samawi). Amorites,
pemimpin bangsa (kaum) Ubaidian keturunan Kan’an
(Putera nabi Nuh) meninggalkan negerinya dan mendiami sebelah barat sungai
Jordan, pada abad ke 13 SM Amorites menyeberangi sungai Jordania, Amorites
dikenal dengan Amurru, sebuah masyarakat yang ditaklukan oleh negeri Babylonia
pada abad ke 12 SM hingga dua abad kemudian menjelmakan keberadaan negeri
Babylonia.
Semenjak abad ke 5 SM terbentuklah suatu masyarakat berbahasa semit
mendirikan sebuah negara yang akhirnya dikenal dengan negeri Sumeria, Negara ini secara
bertahap menjadi negara kesatuan utuh yang terdiri dari negara kota
kecil seperti Adab, Eridu, Isin, Kish, Kullab, Lagash, Larsa, Nippur, and Ur (“Tell al Muqayyar”). Beberapa abad
kemudian, seperti negara Ubaidian (kaum
yang datang dari Mesopotamia utara) menjadi
negara makmur, oleh karena kemakmuran bangsa Semit tersebut penduduk dari Syria dan Arab mulai mendatangi kota Sumeria, imigran
tesebut berkembang menjadi satu kesatuan serta berbaur dengan bangsa Semeria.
Setelah kira-kira 3250 SM, masyarakat dari berbagai penjuru dunia
seperti dari arah timur laut Mesopotamia mulai
melakukan akulturasi dan asimilasi
dengan populasi setempat. Pendatang baru yang menjadi terkenal di
Sumeria sehingga mampu mewarnai bahasa dan peradaban bangsa Sumeria.
Pada abad berikutnya
negeri Sumeria yang asalnya pendatang dari berbagai penjuru tersebut tumbuh dan
berkembang menjadi negara yang kaya dan kuat dalam segala bidang seperti
kesenian dan arsitektur, kerajinan tangan, agama dan etika, dan saat itulah
mulai dikenal penulisan dan pengadministrasian. Bahasa Semit menjadi bahasa
nasional Sumeria, dan rakyatnya mengembangkan naskah kuno, sistem penulisan
pada tanah liat yang disebut sussa’, naskah ini menjadi dasar penulisan
(pengadministrasian) dan komunikasi di semenanjung timur tengah hingga abad
2000 SM.
Penguasa pertama
kerajaan Sumeria dalam catatan sejarah adalah Etana, Raja Kis (+ 2800
SM), yang akhirnya terkenal dengan “man who stabilized all the lands.”(Orang
yang menyatukan seluruh daratan). Yang tertulis dalam sebuah dokumen pada abad
selanjutnya setelah kekuasaannya berakhir.
Seorang raja yang
bernama Meskiaggasher mendirikan dinasti di uruk sebelah utara Kish yang menguasai sekitar sepanjag laut
Mediterania hingga gunung Zagros, suksesi dari kerajaan ini dilanjutkan oleh putra mereka Enmerkar dan
Lugalbanda (+ 2750 SM). Yang akhirnya jatuh dalam expedisi melawan
Aratta, sebuah Negara kota
sebelah timur laut Mesopotamia. Kemajuan
Enmerkar dan Lugalbanda pada seputar epic
(Syair-syair kepahlawanan) yang menjadi pedoman paling penting dalam
sejarah keturunan bangsa Sumeria selanjutnya.
Kehebatan kekuasaan mereka terungkap saat sekop para arkeolog mengenai
sebuah tanggul sepanjang 50 kaki di sebelah selatan kuil dan mengungkap deretan
panjang pekuburan yang tertimbun. Kuburan-kuburan batu yang ditemukan
benar-benar merupakan tempat penyimpanan harta, karena dipenuhi piala-piala
mahal, beraneka kendi dan vas yang indah, barang pecah belah dari perunggu,
kepingan-kepingan mutiara, lapis lazuli, dan perak yang mengelilingi jasad-jasad yang telah menjadi debu. Harpa
dan lira tersandar di dinding-dinding. “Hampir seketika” dia kemudian menulis
dalam buku hariannya, “Penemuan-penemuan
menegaskan kecurigaan- kecurigaan kami. Tepat di bawah lantai dari salah satu
lubang kubur para raja, di bawah lapisan abu kayu, kami menemukan tablet-tablet
tanah liat, yang dipenuhi huruf yang jauh lebih tua daripada tulisan pada
kuburan. Melihat sifat dari tulisan, susa’-susa’ (tablet-tablet)
tersebut kemungkinan dibuat sekitar tahun 3.000 SM. Berarti, mereka dua atau
tiga abad lebih awal dari makam tersebut.”(Harun Yahya, 1980: 23)
Dari
sisi agama mereka sudah mengenal satu tuhan sebagaimana Sjøberg dan Hall
membuktikan bahwa bangsa Sumeria menyembah satu Tuhan-Bulan yang namanya
bermacam-macam. Nama yang paling populer adalah Nanna, Suen dan Asimbabbar.
Lambangnya adalah bintang sabit. Dari artifak-artifak yang banyak ditemukan
itu, maka terbukti bahwa agama penyembah tuhan-Bulan ini adalah yang paling
dominan di Sumeria. (Dr. Robert Morey, 1992, p.212)
B.
Sejarah Negeri Babylonia
(Mesopotamia Selatan) dan Kemajuan Peradabannya.
Proses assimilasi dan
akulturasi yang terjadi di suatu lembah anthrax Sungai Tigris dan Euphrat
antara bangsa Sumeria, dengan keturunan bangsa Semit asli yaitu Suku Akadia
yang nomad meninggalkan negeri kelahirannya tersebut dan melahirkan suatu
peradaban baru yang dikenal dengan nama Babylonia dan mereka mengembangkan
peradabannya di lembah tersebut yang di kenal dengan nama Mesopotamia, yaitu
nama wilayah lembah di antara sungai Tigris dan Euphrat bagian selatan,
sedangkan bagian utara didiami oleh Bangsa Assyria, Bagian selatan
(Mesopotamia) terkenal sangat subur dan menghasilkan bermacam-macam produk
pertanian.
Jauh sebelum kelahiran
Nabi Isa masyarakat pada wilayah ini telah mempunyai peradaban yang maju.
Dengan kemajuan tersebut bangsa Babylonia
membagi negerinya menjadi wilayah-wilayah administratif kepada beberapa negara
yang ber-otonomi penuh, masing-masing mempunyai Tuhan sendiri dan mempunyai
pembesar yang bergelar raja. Akhirnya lambat laun negeri-negri kecil tersebut
senantiasa terlibat konflik akibat mempertahankan supremasi politik dan
otoritas bangsa mereka masing-masing.
Keturunan bangsa Semit
yang pertama kali mendatangi Mesopotamia
adalah Suku Akkadia yang didirikan oleh Sargon I (2800 SM). Kedatangan Suku
Akkadia adalah merupakan suatu berkah bagi bangsa-bangsa yang ada di lembah
tersebut, Sargon I.
berhasil meredam konflik yang timbul diantara raja-raja (Negara kota) dan mampu
menyatukan mereka kedalam satu wilayah di bawah kekuasaannya. Sargon I juga
berhasil menaklukkan Syria.
Kepiawaian raja Sargon I
dalam mengakomodir serta mengadministrasi dan mengorganisasi kekuasaannya
kedalam sistem pemerintahan sentralisasi, sistem inilah yang pada akhirnya
dijadikan model pemerintahan masa modern.
Sedangkan suku kedua
dari bangsa Semit yang bernama Amoriah di bawah kepemimpinan Hammurabi (2123 –
2081 SM) berhasil merebut supremasi politik di wilayah lembah Mesopotamia.
Hammurabi dikenal sebagai penguasa Babylonia
dan penguasa dunia terbesar sepanjang sejarah peradaban pra modern melalui
sejumlah ekspansi wilayah kekuasaannya. Setelah menaklukkan Akadia dan Sumeru,
Hammurabi menamakan negerinya dengan nama negeri Babylonia.
Hammurabi adalah seorang
administrator dan dan sekaligus legislator yang handal sepanjang sejarah pra
modern, ia berhasil merumuskan dan mengkodifikasikan hukum-hukum tata negara
yang diberlakukan di negerinya (Babylonia).
Pada Tahun 1901-1902, seorang ahli arkeologi berkebangsaan Perancis yang
bernama M. de Morgan menemukan Susa’.
Susa’ adalah
lempengan batu bata yang diatasnya dituliskan hukum-hukum yang dirumuskan oleh
Hammurabi, dan akhirnya temuan ini disebut dan dikukuhkan sebagai kitab hukum
tertua di dunia. Kitab hukum ini berisi ketentuan mengenai hak dan kewajiban
seluruh warga masyarakat kerajaan Babylonia.
Dimana prinsip hukum yang ada didalamnya adalah “Hukuman mata untuk mata, dan
gigi untuk gigi”. Kitab hukum ini sangat besar pengaruhnya terhadap penyusunan
hukum bangsa Romawi yang notabene hukum bangsa Romawi adalah prototype dari
dasar penyusunan hukum bangsa Eropa modern. (Prof. K. Ali, 2000: 3).
Setelah kematian
Hammurabi, sejarah politik Babylonia tidak
dikenal lagi, dan suku-suku kecil menguasainya silih berganti hingga sampai
pada akhirnya seluruh wilayah ini ditaklukkan oleh bangsa Assyria
pada abad VIII SM.
Setelah kekuasaan Assyria
mengalami kehancuran, bangsa Babylonia bangkit
kembali dibawah kekuasaan Dinasti Chaldea atau
yang dikenal The New Babylonia (625 – 538 SM). Pendiri dinasti ini adalah
Nabopolossar. dibawah kepemimpinan Nabopolossar bangsa Babylonia
mencapai kembali kejayaan yang pernah diraih oleh nenek moyangnya yaitu raja
Hammurabi. Nabopolossar mengadakan penaklukan sampai ke Wilayah perbatasan
Mesir, mengalahkan Raja Yahudi, Hebrew, dan menguasai kota Yerussalem pada tahun 586 SM. Pada
pertengahan abad VI SM Babylonia Chaldean ini dikalahkan oleh bangsa Persia.
Sejarah peradaban
berhasil mencatat bahwa bangsa Babylonia ini
mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Bangsa ini banyak melahirkan pakar dan tenaga ahli dalam bidang
pertanian. Mereka sudah menggunakan sistim irigasi untuk pengairan pertanian
pada saat musim kemarau tiba, membuat bendungan untuk mengantisipasi terjadinya
banjir dan mengadministrasikan hasil panen dalam sistim akuntansi, juga dalam
bidang Industri dan perdagangan, bangsa ini telah menciptakan timbangan dan
takaran. Selama ± 2000 tahun negeri Babylonia
dengan pusat kekuasaannya di lembah Sungan Tigris dan Euphrat atau yang di
kenal dengan Mesopotamia menjadi pusat
perniagaan dunia saat itu.
Karena kemajuan
pertanian tersebut bangsa Babylonia Chaldean banyak menelorkan ahli-ahli Astronomi,
mereka sudah membagi Zodiak kedalam dua belas simbol serta menyebutkan
kedudukannya masing-masing, mereka mampu meramalkan terjadinya gerhana, baik
gerhana matahari maupun gerhana bulan. Demikian pula mereka sudah menggunakan
sistim kalender yang lebih maju di banding dengan sistim kalender yang dipakai
oleh bangsa Mesir, mereka juga sudah bisa membagi tahun ke dalam bilangan 12
bulan, membagi malam dan siang menjadi bilangan jam dan membagi tujuh bilangan
hari ke dalam satu minggu.
Bangsa Babylonia Chaldean juga banyak menelorkan
ahli-ahli administrasi baik administrasi publik (pemerintahan) maupun
administrasi Bisnis, hal ini terbukti segala kemajuannya terdokumentasikan dan
sudah mengenal matematika yang didalamnya sudah termasuk ilmu hitung yang digunakan
dalam administrasi bisnis hingga detail sampai hitungan desimal. Akhirnya
hitungan inilah yang dijadikan rujukan sistim akuntansi modern.
Dalam sistem pendidikan
bangsa Babylonia sudah sangat maju, karena bangsa Babylonia sudah mengenal font (bentuk huruf) yang dinamakan Cuneinform dengan menggunakan 400 sampai
500 simbol suku kata, yang konon Symbol font ini mampu mengungguli font yang di
ciptakan oleh Bangsa Mesir.
C.
Bangsa Assyria (Mesopotamia Utara) dan Kemajuan
Peradabannya.
Masih dalam keturunan
bangsa Semit yang mendiami bagian utara Mesopotamia.
Menurut Myers sejarah Assyria pada dasarnya
merupakan kisah raja-raja, melalui pertumpahan darah mereka menaklukkan
negara-negara disekitarnya dengan sangat kejam. Karena penjarahan dan
pembantaian terhadap setiap kehidupan yang ada menjadikan bangsa Assyria dijuluki The Evil Goose (hantu Biadab).
Sargon II (730 – 705 SM)
adalah seorang Tiran. Pada tahun 722 SM Sargon
II berhasil menaklukkan bangsa Samaria,
ibukota kerajaan Israel
dan berhasil menahan para pembesar dari sepuluh suku bangsa Israel.
Peristiwa penahanan suku bangsa Israel
ini pada akhirnya dikenal dengan “The lost tenth of clan” (Sepuluh Suku
yang hilang). Karena keberadaan sepuluh pembesar suku pasca penahanan tersebut
tidak pernah diketahui nasibnya lagi.
Raja
Sargon II (abad ke-8 SM) yang mengalahkan kaum ini dalam sebuah pertempuran di
Arabia Selatan. Bangsa Yunani juga menyebut kaum ini sebagai bangsa “Tamudaei”,
yang dalam sejarah Islam dikenal dengan, “Kaum
Tsamud” dalam tulisan Aristoteles, Ptolemeus, dan Pliny Sebelum zaman Nabi
Muhammad SAW, sekitar tahun 400-600 SM (Harun Yahya, 1980: 62).
Sennacherib putra Sargon
II, adalah raja penakluk yang ulung, ia berhasil menaklukkan Babylonia,
menguasai Mesir dan Syria, dan pada puncak kejayaannya Assyria dipimpin oleh
Ashurbanibal (668 – 626 SM), hampir seluruh wilayah Asia barat tunduk pada
kekuasaannya, hingga kematian Ashurbanibal 626 SM. Kerajaan Assyria menurun
secara drastis dan pada tahun 612 SM. Niveah sebagai ibukota kerajaan Assyria
ditaklukkan oleh Aryan Medes dari Persia. Dengan penyerbuan ini berakhirlah
tirani Assyria.
Peradaban bangsa Assyria banyak terpengaruh oleh peradaban bangsa Babylonia, namun bangsa Assyria
mempunyai kebudayaan asli yang senantiasa dikembangkan yaitu bidang seni pahat,
arsitektur dan seni lukis. Bangsa Assyria mampu mengakulturasikan beberapa
kebudayaan negeri taklukannya dengan budaya bangsa Assyria
sendiri serta dengan didukung dominasi kemajuan peradaban Babylonia
yang sangat terkenal itu, sehingga bangsa Assyria
membawa semua unsur budaya tersebut ke ibukota Niveneh. karena keindahan dan
sumber referensi kebudayaan saat itu, kota
Niveneh menjadikan kota
ini dijuluki “ Niveneh The Sun City”.
Sebagian besar raja-raja
Assyria adalah seorang intelektual yang sangat
mencintai ilmu pengetahuan, disamping mereka merampas harta kekajaan
negeri-negeri taklukannya, mengadopsi kebudayaannya mereka juga merampas segala
kepustakaan yang ada dan diboyong ke Niveneh
The Sun City. Hal ini terbukti ketika Ashurbanibal berkuasa, ia membangun
perpustakaan secara kolosal sehingga lengkap dan layaklah ibukotanya disebut Niveneh The Sun City. Perpustakaan
inilah yang pada akhirnya dipandang sebagai satu-satunya peninggalan bangsa Assyria yang terpenting (Prof. K. Ali, 2000:6).
Bangsa Assyria sering
kali di pandang sebagai “The Rome
of Asia” (Romawinya negara-negara Asia). Layaknya kerajaan Romawi yang merampas peradaban
Yunani, kerajaan Assyria juga merampas dengan mengambil alih peradaban yang
dimiliki negeri Babylonia dan mengembangkannya menjadi peradaban baru, dan
kemudian menyebarkannya ke seluruh penjuru negeri taklukannya, kerajaan Assyria
juga memperkenalkan serta mengaplikasikan sistem sentralisasi Administrasi
Pemerintahan (Public Administration),
dimana wilayah Propinsi di kuasakan oleh kepala wilayah yang bergelar Gubernur
yang bertanggung jawab secara langsung kepada raja di ibukota Niveneh The Sun City. Disamping itu
untuk mempermudah distribusi baik barang maupun memperlancar jalannya sistem
administrasi pemerintahan yang di terapkan tersebut termasuk sistim distribusi
pajak yang dipungut, bangsa Assyria juga
membangun segala fasilitas infrasrtuktur yang ada sebagai sarana pendukung.
D. Bangsa Mesir dan Peradabannya
Peradaban yang
berkembang dengan pesat sepanjang sungai Nil sebelah timur laut benua Afrika
selama kurun waktu 3000 tahun, dari sekitar 3300 SM sampai 30 SM. Suatu
peradaban yang bertahan cukup lama dalam sejarah peradaban dunia pra-modern.
Secara geografis, istilah Mesir Kuno menunjukkan bahwa mereka hidup pada lembah
dan delta sungai Nil. Secara kultur, menunjukkan cara berbicara, hubungan,
pengorganisasian negara, membuat pola hidup dan trend mereka menjadi contoh sampai
ke luar Mesir.
Sungai Nil yang
merupakan pusat peradaban Mesir kuno asli pada Afrika Timur dan meyebar ke
utara melalui wilayah yang sekarang disebut Sudan dan Mesir (sebelah barat daya
dari Kairo sekarang), yang menyusuri ujung delta sampai laut Mediterania,
daerah ini terkenal dengan kesuburannya sehingga memunculkan fenomena efek-efek
peradaban sebagai unsur penunjang kemajuan Mesir kuno dalam menggapai kemajuan
dalam bidang ekonomi dan pertanian.
Menjadi sebuah falsafah
hidup dan kreatifitas masyarakat yang hanya satu-satunya yang mempunyai
kemajuan peradaban di wilayah ini sampai ribuan tahun, dan banyak musuh yang
menyerang karena terpesona akan fenomenal tersebut. seperti Piramida di wilayah
Giza dan
keagungan raja Alexander yang legendaris. Sepanjang sejarah Mesir Kuno tercatat
beberapa hasil karya masyarakatnya, termasuk penegakan etika dan moral, buku
petunjuk, agama dan mantra-mantra, pengembangan puisi-puisi pemujaan dan cinta,
cerita-cerita rakyat, dan cerita ritual. Mereka juga memproses ilmu matematika
dan prinsip-prinsip arsitektur, seperti kemampuan dalam pembuatan bangunan batu
sampai tahun 2500 SM.
Mesir Kuno mampu membuat lembaran tipis
(sejenis kertas) dari papyrus, semacam tanaman yang tumbuh disepanjang Sungai
Nil, dan pada lembaran kertas tersebut mereka melakukan kegiatan administrasi
dan tulisan paling awal mereka dikenal dengan Hieroglyphs, yang dimulai dengan
bentuk tulisan bergambar dengan simbol-simbol yang ditempatkan pada papyrus dan
dinding-dinding bangunan, mereka banyak memunculkan konsep-konsep dasar bidang
matematika seperti hal arithmetika dan geometri, kedokteran umum dan kedokteran
spesialis perawantan gigi. Mereka juga memnciptakan kalender dasar untuk
keperluan mereka dalam observasi penghitungan rotasi matahari dan ilmu
perbintangan.
Meskipun Mesir kuno
menyembah banyak tuhan, mereka juga mempunyai catatan sejarah sebagai bangsa
yang monotheisme (menyembah satu
tuhan), seperti yang dilakukan oleh raja Akhenatoin. Mesir juga memegang satu
agama utama sehingga mempunyai konsep adanya kehidupan setelah kematian. Tidak
ada budaya sebelum atau sejak yang mempunyai perhatian besar terhadap persepsi
untuk apa hidup setelah mati. Oleh karenanya pahala dan kepribadian dibangun,
didekorasi dan mereka mempercayai adanya eksistensi eksternal di alam maya.
Keberadaan peradaban dan kekuasaan di Mesopotamia,
Mesir, dan pada lembah sungai Indus,
merefleksikan adanya penjabaran ilmu pengetahuan tentang sejarah. Catatan ini
dirumuskan dan dijadikan acuan sejarah dunia. Sebagaiana dicatat Maghan Keita
dari Villanova University yang menjelaskan keberadaan
masyarakat, kebaikan-kebaikan, dan kontribusi inovasi bangsa-bangsa tersebut
sampai terbentuknya tiga kunci Peradaban yang dikenal hingga sekarang.
E.
Bangsa Yahudi dan Kemajuan Peradabannya
Keturunan bangsa Semit
yang mempunyai supremasi politik hingga abad terakhir sebelum masehi adalah
mereka yang menguasai negeri Syiria dan Palestina, bangsa-bangsa tersebut
adalah bangsa Aramaea. bangsa Phoenisia, dan bangsa Yahudi, diantara ketiganya
yang paling menonjol keberadaannya adalah Bangsa Yahudi.
Bangsa Yahudi yang selama
ini mengklaim bahwa merekalah pewaris kebesaran Ibrahim, asal usul mereka
adalah kaum nomad dari padang
pasir Arabia yang mencari wilayah subur, dan
akhirnya Bangsa Yahudi menetap di Cannan (yang
di kemudian wilayah ini disebut Palestina).
Bangsa Yahudi berhasil
mendirikan kerajaannnya secara mandiri pada masa kepemimpinan Judas Clan, David the son of Jesse. Kerajaan Yahudi
mengalami puncak keemasannya pada saat kepemimpinan Solomon (961-922 SM).
Solomon berhasil menghiasi Yerussalem sebagai ibukota dengan bangunan-bangunan
yang megah. Solomon adalah pakar seni aliran liberal, piawai dalam segi
perniagaan (bisnis), serta seorang yang sangat menghargai ilmu pengetahuan
khususnya tentang bahasa dan perilaku binatang.
Sepeninggal Solomon
bangsa Yahudi terpecah menjadi dua yaitu kekuatan Israel di wilayah utara dan Yudah
di wilayah selatan. Pada tahun 722 SM Israel ditaklukkan oleh Bangsa Assyria
dan setelahnya pada tahun 586 SM Yudah ditaklukkan oleh Pasukan Chaldean yang
dipimpin oleh Nebukadnezar.
Sumbangsih dalam bidang
seni serta ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlalu menonjol, tetapi mereka
mempunyai andil yang cukup besar dalam bidang agama. Ketika bangsa-bangsa lain
masih menyembah banyak Dewa, Bangsa Yahudi sudah meyakini adanya causa prima
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Mereka juga mengembangkan kitab tentang moral yang
terkenal dengan “Sepuluh Perintah Tuhan” yang
disampaiakan oleh Tuhan Jehovah kepada Moses yang sedang berkontemplasi di
Bukit Sinai. Dari sinilah ajaran monoteisme Yahudi yang mendahului ajaran
monoteisme Kristen yang dibawa oleh Nabi Isa (Jesus of Nazaret) dan
Islam yang dibawa oleh Muhammad Ibn Abdullah.
Sumbangsih kemajuan
administrasi bangsa Yahudi adalah dibukukannya Kitab perjanjian lama dan
perjanjian baru dan pembukuan inilah yang merupakan literatur khas peninggalan
bangsa Yahudi.
F.
Imperium Bizantine dan Kemajuan Peradabannya
Menjelang kelahiran
Islam beberapa abad sebelumnya, terdapat dua negara adikuasa di dunia timur.
Yaitu: pertama Imperium Bizantine
yang merupakan imperium Romawi Timur dengan wilayah yang membentang dari Syria,
Palestina, Mesir dan sebagaian kecil Eropa dan kedua Imperium Persia.
Byzantine diambil dari
nama sebuah kota
Yunani di Bosporus. Kota Bizantine dijadikan sebagai Ibukota Romawi Timur oleh The Great Constantine tahun 327 M. namun
pada akhirnya kota
ini lebih dikenal dengan sebutan Konstantinopel yang diambil dari nama The Great Constantine itu sendiri.
Sejarah mulai mengenal
nama imperium tersebut sejak di pimpin oleh The Great Constantine dan sepeninggalnya jabatan ketahtaan di pegang
oleh lebih dari 70 orang raja sebelum masa kehancurannya tahun 1204 M.
Ada sejumlah nama kaisar
yang mempunyai kelebihan dalam memimpin imperiumnya. Yaitu:
1. Theodorus I (397 – 395) berhasil menjadikan kristen
sebagai agama resmi negara. Theodorus II (408 – 450) merupakan penguasa
terbesar kedua setelah pendirinya yaitu The
Great Constantine.
Dimana ia berhasil membangun Benteng Pertahanan Constantine.
2. Justinian I (527 – 565) merupakan kaisar Imperium Romawi
Timur yang paling jenius, dimana disamping penaklukan-penaklukan dalam rangka
ekspansi wilayahnya untuk memenuhi ambisi pribadi, ia juga berhasil merumuskan
dan menyusun kitab hukum Romawi yang dia ambil dari berbagai referensi yang ada
serta disesuaikan dengan kondisi negaranya. Selain itu Justinian berhasil
mendirikan sebuah universitas dan merehab gereja St. Sophia yang dulu didirikan oleh The Great Constantine.
3.
Heraclius (610-641) merupakan kaisar Romawi yang
dipandang sebagai penggerak roda peralihan Bizantine. Ia menggunakan Bahasa
Yunani sebagai bahasa resmi negara, kondisi politik mulai kacau, meskipun ia
telah berhasil mengalahkan Iran dan membebaskan Syiria dan Mesir dari ekspansi
Sasania, kekacauan semakin membabi-buta tatkala sistim perbudakan merajalela dan
keadaan ekonomi yang menurun akibat perang yang berkepanjangan. Kebobrokan
inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh kaum muslim yang mempunyai semangat
juang sangat tinggi.
Sebagian besar
kaisar-kaisar yang memerintah Romawi adalah jenius dan cakap. Sistim kekuasaan
sebagaimana diterapkan oleh August, secara teoritis dimaksudkan untuk
melindungi pemerintahan Republik Romawi yang tua ini, namun pada kenyataanya
merupakan sistim monarki yang absolut yang berkedok Republik.
Dalam hal pemerintahan
dan kewenangan peradilan, kekusaan bersifat absolut monarki, ia membagi
wilayahnya menjadi dua propinsi yaitu propinsi Imperial dan propinsi
senatorial. Propinsi Imperial di pimpinan oleh gubernur yang langsung
bertanggung jawab kepada kaisar. Sedangkan propinsi senatorial di pimpin oleh
gubernur yang diangkat oleh Dewan Senat, adanya lembaga peradilan, konsulat dan
bahkan lembaga senat telah kehilangan fungsi dan peranan politiknya, kaisar
sang penguasa, pada saat itu benar-benar mempunyai kekuasaan yang mutlak.
G. Imperium Sasania (Persi
Baru) dan Kemajuan Administrasinya
Sebagaimana dikemukakan
penulis diatas, bahwa imperium Sasania adalah termasuk rumpun bangsa Semit,
dengan kekalahan bangsa Babylonia atas bangsa
Aryan, hal ini menandakan berakhirnya kekuatan keturunan bangsa semit.
Pada tahun 266 M
terjadilah revolusi nasional yang dipimpin oleh Ardesir melawan Kerajaan Yunani
yang menguasai bangsa Sasania. Pertempuran demi pertempuran dilakukan melawan
bangsa Persia,
suatu ketika terjadilah pertempuran di dataran tinggi Hormuz yang dimenangkan
oleh pasukan Ardesir.
Ardesir merupakan
penguasa dan penakluk yang besar, ia bercita-cita menegakkan sistem
sentralisasi pemerintahan. Ia membangun kemiliteran yang kuat dan menyerahkan
kepada pejabat komandan militer tertinggi.
Sepeninggal Ardesir,
tampuk kerajaan di lanjutkan oleh anaknya yang bernama Shapur I. ia adalah
seorang administrator militer yang piawai. Kemajuan arsitektur dan seni pahat
di kota suster
dan kota-kota propinsi yang lainnya menandakan bahwa Shapur I menyukai
perdamaian dan seni. Namun sepeninggal Shapur I imperium Sasania cenderung
monarkis.
Shapur I yang dikenal
dengan Shapur yang agung (309 – 379) merupakan kaisar terbesar imperium ini.
Dalam menegakkan dinastinya, Shapur I membuktikan bahwa ia bukan hanya sekedar
administrator militer yang handal, namun ia juga cakap sebagai panglima perang
yang memang betul-betul dapat diungulkan.
“Ketangguhannya dalam peperangan yang panjang melawan
kekuatan Romawi untuk merebut kembali lima wilayah propinsi yang lepas dan
untuk mempertahankan propinsi Nisibis, membuktikan bahwa Shapur I tidak hanya
penguasa yang memiliki kecapakan militer yang handal, namun Shapur I juga
mempunyai semangan dan tujuan yang kokoh.” (Sir, Percy Sykes,) penguasa
monarkis Sasania yang termashur adalah Nowshirwan
yang mulai menjabat tahun 531 M. namun ia sangat masyhur dalam bidang:
§ Kebijakan pengaturan
ketertiban umum
§ Menindak para
administrator yang korup dengan keras;
§ Pengaturan perpajakan;
§ Perbaikan sistem
irigasi;
§ Pembangunan sistem
perhubungan;
Penguasa terakhir Imperium ini adalah Kusraw
Parwiz anak Hormides dan cucu Nowshirwan, bersamaan dengan kepemimpinan Kusraw
Parwiz, Bizantine menggalang kekuatan yang ketika itu dipimpin oleh Heraclius.
Pada masa Yazdigard III (634 – 652) kekusaan imperium sasania dihancurkan oleh
kaum Muslimin, dan sampai sekarang Imperium sasania tersebut tidak pernah lahir
kembali.
No comments:
Post a Comment