Wednesday, 15 March 2017

Sejarah Administrasi dan Kontribusinya terhadap Peradaban Islam 2

BAB II
SEJARAH ADMINISTRASI PRA MODERN
Tanda-tanda awal peradaban, dengan segala gejala klasiknya berupa terlacaknya kota-kota pertanian, penggunaan kalender, kecanggihan senjata, rekrutmen kemiliteran dan digunakannya sistem operasional dan administrasi perpajakan, mulai muncul sekitar tahun 4500 sebelum Masehi. Sejarah melahirkan dua peradaban pada saat pertama, keduanya peradaban Semit, satu di Timur Laut Palestina, yang lainnya di Barat Laut yaitu mesir. Diperlukan waktu 2500 tahun untuk membuat kedua peradaban ini – (Mesopotamia dan Mesir) saling bertemu. Setelah itu, pergolakan dan perang pun terjadi, yang menyebabkan Palestina menerima risiko menjadi buffer state (negara kecil yang terjepit dua negara besar yang bermusuhan) (Dimont, pengantar).
Eksplorasi terhadap sejarah peradaban manusia serta asal-usulnya berikut sistim dan tata keadministrasian yang digunakannya, sebenarnya tidak lepas dari kehidupan kita sekarang ini. Keberadaan peradaban itu sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu adalah Mesir. Zaman sebelum enam ribu tahun dikategorikan kedalam zaman pra-sejarah. Oleh karena itu secara ilmiah kebenaran sejarah masih simpang siur. Para arkeolog mengadakan penggalian-penggalian kembali serta melakukan rekonstruksi keterpautan sejarah-sejarah di Irak dan Suriah untuk mempelajari peradaban serta menentukan batas dari peradaban sejarah dan peradaban pra-sejarah.
Hasil temuan dari para arkeolog tersebut meskipun masih dalam tahap simpang siur, mereka melakukan konsensus bersama bahwa munculnya peradaban pertama ada hubungannya dengan laut merah dan laut tengah.
Mesir adalah yang paling menonjol membawa peradaban pertama ke Yunani, Romawi dan peradaban dunia sekarang ini masih erat sekali hubungannya dengan peradaban pertama itu. Asyria dan Yunani sejak ribuan tahun yang lalu dikenal perkembangan peradabannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian, perdagangan, kemiliteran dan dalam segala bidang kegiatan manusia termasuk kegiatan administrasinya.
500 SM Serat Papyrus digunakan sebagai kertas.
Kertas yang terbuat dari serat pohon papyrus yang tumbuh disekitar sungai nil ini menjadi media menulis/media informasi yang lebih kuat dan fleksibel dibandingkan dengan lempengan tanah liat yang sebelumnya digunakan sebagai media informasi.
105 M Bangsa Cina menemukan kertas. Kertas yang ditemukan oleh bangsa Cina pada masa ini adalah kertas yang kita kenal sekarang, kertas ini dibuat dari serat bambu yang dihaluskan, disaring, dicuci kemudian diratakan dan dikeringkan, penemuan ini juga memungkinkan sistem pencetakan yang dilakukan dengan menggunakan blok kayu yang ditoreh dan dilumuri dengan tinta atau yang kita kenal sekarang dengan sistem Cap. (www.apjii.or.id/Sejarah Teknologi Informasi)
A.   Sejarah dan Peradaban Bangsa Semit (Sumeria) dan sistim administrasinya
Bangsa semit yang lebih kental dikenal dengan bangsa Sumeria adalah bangsa yang dikenal melahirkan keturunan-keturunan pembawa pesan Tuhan (agama samawi). Amorites, pemimpin bangsa (kaum) Ubaidian keturunan Kan’an (Putera nabi Nuh) meninggalkan negerinya dan mendiami sebelah barat sungai Jordan, pada abad ke 13 SM Amorites menyeberangi sungai Jordania, Amorites dikenal dengan Amurru, sebuah masyarakat yang ditaklukan oleh negeri Babylonia pada abad ke 12 SM hingga dua abad kemudian menjelmakan keberadaan negeri Babylonia.
Semenjak abad ke 5 SM terbentuklah suatu masyarakat berbahasa semit mendirikan sebuah negara yang akhirnya dikenal dengan negeri Sumeria, Negara ini secara bertahap menjadi negara kesatuan utuh yang terdiri dari negara kota kecil seperti Adab, Eridu, Isin, Kish, Kullab, Lagash, Larsa, Nippur, and Ur (“Tell al Muqayyar”). Beberapa abad kemudian, seperti negara Ubaidian (kaum yang datang dari Mesopotamia utara) menjadi negara makmur, oleh karena kemakmuran bangsa Semit tersebut penduduk dari Syria dan Arab mulai mendatangi kota Sumeria, imigran tesebut berkembang menjadi satu kesatuan serta berbaur dengan bangsa Semeria. Setelah kira-kira 3250 SM, masyarakat dari berbagai penjuru dunia seperti dari arah timur laut Mesopotamia mulai melakukan akulturasi dan asimilasi dengan populasi setempat. Pendatang baru yang menjadi terkenal di Sumeria sehingga mampu mewarnai bahasa dan peradaban bangsa Sumeria.
Pada abad berikutnya negeri Sumeria yang asalnya pendatang dari berbagai penjuru tersebut tumbuh dan berkembang menjadi negara yang kaya dan kuat dalam segala bidang seperti kesenian dan arsitektur, kerajinan tangan, agama dan etika, dan saat itulah mulai dikenal penulisan dan pengadministrasian. Bahasa Semit menjadi bahasa nasional Sumeria, dan rakyatnya mengembangkan naskah kuno, sistem penulisan pada tanah liat yang disebut sussa’, naskah ini menjadi dasar penulisan (pengadministrasian) dan komunikasi di semenanjung timur tengah hingga abad 2000 SM.
Penguasa pertama kerajaan Sumeria dalam catatan sejarah adalah Etana, Raja Kis (+ 2800 SM), yang akhirnya terkenal dengan “man who stabilized all the lands.”(Orang yang menyatukan seluruh daratan). Yang tertulis dalam sebuah dokumen pada abad selanjutnya setelah kekuasaannya berakhir.
Seorang raja yang bernama Meskiaggasher mendirikan dinasti di uruk sebelah utara Kish yang menguasai sekitar sepanjag laut Mediterania hingga gunung Zagros, suksesi dari kerajaan ini dilanjutkan oleh putra mereka Enmerkar dan Lugalbanda (+ 2750 SM). Yang akhirnya jatuh dalam expedisi melawan Aratta, sebuah Negara kota sebelah timur laut Mesopotamia. Kemajuan Enmerkar dan Lugalbanda pada seputar epic (Syair-syair kepahlawanan) yang menjadi pedoman paling penting dalam sejarah keturunan bangsa Sumeria selanjutnya.
Kehebatan kekuasaan mereka terungkap saat sekop para arkeolog mengenai sebuah tanggul sepanjang 50 kaki di sebelah selatan kuil dan mengungkap deretan panjang pekuburan yang tertimbun. Kuburan-kuburan batu yang ditemukan benar-benar merupakan tempat penyimpanan harta, karena dipenuhi piala-piala mahal, beraneka kendi dan vas yang indah, barang pecah belah dari perunggu, kepingan-kepingan mutiara, lapis lazuli, dan perak yang mengelilingi jasad-jasad yang telah menjadi debu. Harpa dan lira tersandar di dinding-dinding. “Hampir seketika” dia kemudian menulis dalam buku hariannya, “Penemuan-penemuan menegaskan kecurigaan- kecurigaan kami. Tepat di bawah lantai dari salah satu lubang kubur para raja, di bawah lapisan abu kayu, kami menemukan tablet-tablet tanah liat, yang dipenuhi huruf yang jauh lebih tua daripada tulisan pada kuburan. Melihat sifat dari tulisan, susa’-susa’ (tablet-tablet) tersebut kemungkinan dibuat sekitar tahun 3.000 SM. Berarti, mereka dua atau tiga abad lebih awal dari makam tersebut.”(Harun Yahya, 1980: 23)
Dari sisi agama mereka sudah mengenal satu tuhan sebagaimana Sjøberg dan Hall membuktikan bahwa bangsa Sumeria menyembah satu Tuhan-Bulan yang namanya bermacam-macam. Nama yang paling populer adalah Nanna, Suen dan Asimbabbar. Lambangnya adalah bintang sabit. Dari artifak-artifak yang banyak ditemukan itu, maka terbukti bahwa agama penyembah tuhan-Bulan ini adalah yang paling dominan di Sumeria. (Dr. Robert Morey, 1992, p.212)
 B.    Sejarah Negeri Babylonia (Mesopotamia Selatan) dan Kemajuan Peradabannya.
Proses assimilasi dan akulturasi yang terjadi di suatu lembah anthrax Sungai Tigris dan Euphrat antara bangsa Sumeria, dengan keturunan bangsa Semit asli yaitu Suku Akadia yang nomad meninggalkan negeri kelahirannya tersebut dan melahirkan suatu peradaban baru yang dikenal dengan nama Babylonia dan mereka mengembangkan peradabannya di lembah tersebut yang di kenal dengan nama Mesopotamia, yaitu nama wilayah lembah di antara sungai Tigris dan Euphrat bagian selatan, sedangkan bagian utara didiami oleh Bangsa Assyria, Bagian selatan (Mesopotamia) terkenal sangat subur dan menghasilkan bermacam-macam produk pertanian.
Jauh sebelum kelahiran Nabi Isa masyarakat pada wilayah ini telah mempunyai peradaban yang maju. Dengan kemajuan tersebut bangsa Babylonia membagi negerinya menjadi wilayah-wilayah administratif kepada beberapa negara yang ber-otonomi penuh, masing-masing mempunyai Tuhan sendiri dan mempunyai pembesar yang bergelar raja. Akhirnya lambat laun negeri-negri kecil tersebut senantiasa terlibat konflik akibat mempertahankan supremasi politik dan otoritas bangsa mereka masing-masing.
Keturunan bangsa Semit yang pertama kali mendatangi Mesopotamia adalah Suku Akkadia yang didirikan oleh Sargon I (2800 SM). Kedatangan Suku Akkadia adalah merupakan suatu berkah bagi bangsa-bangsa yang ada di lembah tersebut, Sargon I. berhasil meredam konflik yang timbul diantara raja-raja (Negara kota) dan mampu menyatukan mereka kedalam satu wilayah di bawah kekuasaannya. Sargon I juga berhasil menaklukkan Syria.
Kepiawaian raja Sargon I dalam mengakomodir serta mengadministrasi dan mengorganisasi kekuasaannya kedalam sistem pemerintahan sentralisasi, sistem inilah yang pada akhirnya dijadikan model pemerintahan masa modern.
Sedangkan suku kedua dari bangsa Semit yang bernama Amoriah di bawah kepemimpinan Hammurabi (2123 – 2081 SM) berhasil merebut supremasi politik di wilayah lembah Mesopotamia. Hammurabi dikenal sebagai penguasa Babylonia dan penguasa dunia terbesar sepanjang sejarah peradaban pra modern melalui sejumlah ekspansi wilayah kekuasaannya. Setelah menaklukkan Akadia dan Sumeru, Hammurabi menamakan negerinya dengan nama negeri Babylonia.
Hammurabi adalah seorang administrator dan dan sekaligus legislator yang handal sepanjang sejarah pra modern, ia berhasil merumuskan dan mengkodifikasikan hukum-hukum tata negara yang diberlakukan di negerinya (Babylonia). Pada Tahun 1901-1902, seorang ahli arkeologi berkebangsaan Perancis yang bernama M. de Morgan menemukan Susa’. Susa’ adalah lempengan batu bata yang diatasnya dituliskan hukum-hukum yang dirumuskan oleh Hammurabi, dan akhirnya temuan ini disebut dan dikukuhkan sebagai kitab hukum tertua di dunia. Kitab hukum ini berisi ketentuan mengenai hak dan kewajiban seluruh warga masyarakat kerajaan Babylonia. Dimana prinsip hukum yang ada didalamnya adalah “Hukuman mata untuk mata, dan gigi untuk gigi”. Kitab hukum ini sangat besar pengaruhnya terhadap penyusunan hukum bangsa Romawi yang notabene hukum bangsa Romawi adalah prototype dari dasar penyusunan hukum bangsa Eropa modern. (Prof. K. Ali, 2000: 3).
Setelah kematian Hammurabi, sejarah politik Babylonia tidak dikenal lagi, dan suku-suku kecil menguasainya silih berganti hingga sampai pada akhirnya seluruh wilayah ini ditaklukkan oleh bangsa Assyria pada abad VIII SM.
Setelah kekuasaan Assyria mengalami kehancuran, bangsa Babylonia bangkit kembali dibawah kekuasaan Dinasti Chaldea atau yang dikenal The New Babylonia (625 – 538 SM). Pendiri dinasti ini adalah Nabopolossar. dibawah kepemimpinan Nabopolossar bangsa Babylonia mencapai kembali kejayaan yang pernah diraih oleh nenek moyangnya yaitu raja Hammurabi. Nabopolossar mengadakan penaklukan sampai ke Wilayah perbatasan Mesir, mengalahkan Raja Yahudi, Hebrew, dan menguasai kota Yerussalem pada tahun 586 SM. Pada pertengahan abad VI SM Babylonia Chaldean ini dikalahkan oleh bangsa Persia.
Sejarah peradaban berhasil mencatat bahwa bangsa Babylonia ini mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa ini banyak melahirkan pakar dan tenaga ahli dalam bidang pertanian. Mereka sudah menggunakan sistim irigasi untuk pengairan pertanian pada saat musim kemarau tiba, membuat bendungan untuk mengantisipasi terjadinya banjir dan mengadministrasikan hasil panen dalam sistim akuntansi, juga dalam bidang Industri dan perdagangan, bangsa ini telah menciptakan timbangan dan takaran. Selama ± 2000 tahun negeri Babylonia dengan pusat kekuasaannya di lembah Sungan Tigris dan Euphrat atau yang di kenal dengan Mesopotamia menjadi pusat perniagaan dunia saat itu.
Karena kemajuan pertanian tersebut bangsa Babylonia Chaldean banyak menelorkan ahli-ahli Astronomi, mereka sudah membagi Zodiak kedalam dua belas simbol serta menyebutkan kedudukannya masing-masing, mereka mampu meramalkan terjadinya gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan. Demikian pula mereka sudah menggunakan sistim kalender yang lebih maju di banding dengan sistim kalender yang dipakai oleh bangsa Mesir, mereka juga sudah bisa membagi tahun ke dalam bilangan 12 bulan, membagi malam dan siang menjadi bilangan jam dan membagi tujuh bilangan hari ke dalam satu minggu.
Bangsa Babylonia Chaldean juga banyak menelorkan ahli-ahli administrasi baik administrasi publik (pemerintahan) maupun administrasi Bisnis, hal ini terbukti segala kemajuannya terdokumentasikan dan sudah mengenal matematika yang didalamnya sudah termasuk ilmu hitung yang digunakan dalam administrasi bisnis hingga detail sampai hitungan desimal. Akhirnya hitungan inilah yang dijadikan rujukan sistim akuntansi modern.
Dalam sistem pendidikan bangsa Babylonia sudah sangat maju, karena bangsa Babylonia sudah mengenal font (bentuk huruf) yang dinamakan Cuneinform dengan menggunakan 400 sampai 500 simbol suku kata, yang konon Symbol font ini mampu mengungguli font yang di ciptakan oleh Bangsa Mesir.
C.   Bangsa Assyria (Mesopotamia Utara) dan Kemajuan Peradabannya.
Masih dalam keturunan bangsa Semit yang mendiami bagian utara Mesopotamia. Menurut Myers sejarah Assyria pada dasarnya merupakan kisah raja-raja, melalui pertumpahan darah mereka menaklukkan negara-negara disekitarnya dengan sangat kejam. Karena penjarahan dan pembantaian terhadap setiap kehidupan yang ada menjadikan bangsa Assyria dijuluki The Evil Goose (hantu Biadab).
Sargon II (730 – 705 SM) adalah seorang Tiran. Pada tahun 722 SM Sargon II berhasil menaklukkan bangsa Samaria, ibukota kerajaan Israel dan berhasil menahan para pembesar dari sepuluh suku bangsa Israel. Peristiwa penahanan suku bangsa Israel ini pada akhirnya dikenal dengan “The lost tenth of clan” (Sepuluh Suku yang hilang). Karena keberadaan sepuluh pembesar suku pasca penahanan tersebut tidak pernah diketahui nasibnya lagi.
Raja Sargon II (abad ke-8 SM) yang mengalahkan kaum ini dalam sebuah pertempuran di Arabia Selatan. Bangsa Yunani juga menyebut kaum ini sebagai bangsa “Tamudaei”, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan, “Kaum Tsamud” dalam tulisan Aristoteles, Ptolemeus, dan Pliny Sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, sekitar tahun 400-600 SM (Harun Yahya, 1980: 62).
Sennacherib putra Sargon II, adalah raja penakluk yang ulung, ia berhasil menaklukkan Babylonia, menguasai Mesir dan Syria, dan pada puncak kejayaannya Assyria dipimpin oleh Ashurbanibal (668 – 626 SM), hampir seluruh wilayah Asia barat tunduk pada kekuasaannya, hingga kematian Ashurbanibal 626 SM. Kerajaan Assyria menurun secara drastis dan pada tahun 612 SM. Niveah sebagai ibukota kerajaan Assyria ditaklukkan oleh Aryan Medes dari Persia. Dengan penyerbuan ini berakhirlah tirani Assyria.
Peradaban bangsa Assyria banyak terpengaruh oleh peradaban bangsa Babylonia, namun bangsa Assyria mempunyai kebudayaan asli yang senantiasa dikembangkan yaitu bidang seni pahat, arsitektur dan seni lukis. Bangsa Assyria mampu mengakulturasikan beberapa kebudayaan negeri taklukannya dengan budaya bangsa Assyria sendiri serta dengan didukung dominasi kemajuan peradaban Babylonia yang sangat terkenal itu, sehingga bangsa Assyria membawa semua unsur budaya tersebut ke ibukota Niveneh. karena keindahan dan sumber referensi kebudayaan saat itu, kota Niveneh menjadikan kota ini dijuluki “ Niveneh The Sun City”.
Sebagian besar raja-raja Assyria adalah seorang intelektual yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, disamping mereka merampas harta kekajaan negeri-negeri taklukannya, mengadopsi kebudayaannya mereka juga merampas segala kepustakaan yang ada dan diboyong ke Niveneh The Sun City. Hal ini terbukti ketika Ashurbanibal berkuasa, ia membangun perpustakaan secara kolosal sehingga lengkap dan layaklah ibukotanya disebut Niveneh The Sun City. Perpustakaan inilah yang pada akhirnya dipandang sebagai satu-satunya peninggalan bangsa Assyria yang terpenting (Prof. K. Ali, 2000:6).
Bangsa Assyria sering kali di pandang sebagai “The Rome of Asia” (Romawinya negara-negara Asia). Layaknya kerajaan Romawi yang merampas peradaban Yunani, kerajaan Assyria juga merampas dengan mengambil alih peradaban yang dimiliki negeri Babylonia dan mengembangkannya menjadi peradaban baru, dan kemudian menyebarkannya ke seluruh penjuru negeri taklukannya, kerajaan Assyria juga memperkenalkan serta mengaplikasikan sistem sentralisasi Administrasi Pemerintahan (Public Administration), dimana wilayah Propinsi di kuasakan oleh kepala wilayah yang bergelar Gubernur yang bertanggung jawab secara langsung kepada raja di ibukota Niveneh The Sun City. Disamping itu untuk mempermudah distribusi baik barang maupun memperlancar jalannya sistem administrasi pemerintahan yang di terapkan tersebut termasuk sistim distribusi pajak yang dipungut, bangsa Assyria juga membangun segala fasilitas infrasrtuktur yang ada sebagai sarana pendukung.
D.   Bangsa Mesir dan Peradabannya
Peradaban yang berkembang dengan pesat sepanjang sungai Nil sebelah timur laut benua Afrika selama kurun waktu 3000 tahun, dari sekitar 3300 SM sampai 30 SM. Suatu peradaban yang bertahan cukup lama dalam sejarah peradaban dunia pra-modern. Secara geografis, istilah Mesir Kuno menunjukkan bahwa mereka hidup pada lembah dan delta sungai Nil. Secara kultur, menunjukkan cara berbicara, hubungan, pengorganisasian negara, membuat pola hidup dan trend mereka menjadi contoh sampai ke luar Mesir.
Sungai Nil yang merupakan pusat peradaban Mesir kuno asli pada Afrika Timur dan meyebar ke utara melalui wilayah yang sekarang disebut Sudan dan Mesir (sebelah barat daya dari Kairo sekarang), yang menyusuri ujung delta sampai laut Mediterania, daerah ini terkenal dengan kesuburannya sehingga memunculkan fenomena efek-efek peradaban sebagai unsur penunjang kemajuan Mesir kuno dalam menggapai kemajuan dalam bidang ekonomi dan pertanian.
Menjadi sebuah falsafah hidup dan kreatifitas masyarakat yang hanya satu-satunya yang mempunyai kemajuan peradaban di wilayah ini sampai ribuan tahun, dan banyak musuh yang menyerang karena terpesona akan fenomenal tersebut. seperti Piramida di wilayah Giza dan keagungan raja Alexander yang legendaris. Sepanjang sejarah Mesir Kuno tercatat beberapa hasil karya masyarakatnya, termasuk penegakan etika dan moral, buku petunjuk, agama dan mantra-mantra, pengembangan puisi-puisi pemujaan dan cinta, cerita-cerita rakyat, dan cerita ritual. Mereka juga memproses ilmu matematika dan prinsip-prinsip arsitektur, seperti kemampuan dalam pembuatan bangunan batu sampai tahun 2500 SM.
Mesir Kuno mampu membuat lembaran tipis (sejenis kertas) dari papyrus, semacam tanaman yang tumbuh disepanjang Sungai Nil, dan pada lembaran kertas tersebut mereka melakukan kegiatan administrasi dan tulisan paling awal mereka dikenal dengan Hieroglyphs, yang dimulai dengan bentuk tulisan bergambar dengan simbol-simbol yang ditempatkan pada papyrus dan dinding-dinding bangunan, mereka banyak memunculkan konsep-konsep dasar bidang matematika seperti hal arithmetika dan geometri, kedokteran umum dan kedokteran spesialis perawantan gigi. Mereka juga memnciptakan kalender dasar untuk keperluan mereka dalam observasi penghitungan rotasi matahari dan ilmu perbintangan.
Meskipun Mesir kuno menyembah banyak tuhan, mereka juga mempunyai catatan sejarah sebagai bangsa yang monotheisme (menyembah satu tuhan), seperti yang dilakukan oleh raja Akhenatoin. Mesir juga memegang satu agama utama sehingga mempunyai konsep adanya kehidupan setelah kematian. Tidak ada budaya sebelum atau sejak yang mempunyai perhatian besar terhadap persepsi untuk apa hidup setelah mati. Oleh karenanya pahala dan kepribadian dibangun, didekorasi dan mereka mempercayai adanya eksistensi eksternal di alam maya.
Keberadaan peradaban dan kekuasaan di Mesopotamia, Mesir, dan pada lembah sungai Indus, merefleksikan adanya penjabaran ilmu pengetahuan tentang sejarah. Catatan ini dirumuskan dan dijadikan acuan sejarah dunia. Sebagaiana dicatat Maghan Keita dari Villanova University yang menjelaskan keberadaan masyarakat, kebaikan-kebaikan, dan kontribusi inovasi bangsa-bangsa tersebut sampai terbentuknya tiga kunci Peradaban yang dikenal hingga sekarang.
E.    Bangsa Yahudi dan Kemajuan Peradabannya
Keturunan bangsa Semit yang mempunyai supremasi politik hingga abad terakhir sebelum masehi adalah mereka yang menguasai negeri Syiria dan Palestina, bangsa-bangsa tersebut adalah bangsa Aramaea. bangsa Phoenisia, dan bangsa Yahudi, diantara ketiganya yang paling menonjol keberadaannya adalah Bangsa Yahudi.
Bangsa Yahudi yang selama ini mengklaim bahwa merekalah pewaris kebesaran Ibrahim, asal usul mereka adalah kaum nomad dari padang pasir Arabia yang mencari wilayah subur, dan akhirnya Bangsa Yahudi menetap di Cannan (yang di kemudian wilayah ini disebut Palestina).
Bangsa Yahudi berhasil mendirikan kerajaannnya secara mandiri pada masa kepemimpinan Judas Clan, David the son of Jesse. Kerajaan Yahudi mengalami puncak keemasannya pada saat kepemimpinan Solomon (961-922 SM). Solomon berhasil menghiasi Yerussalem sebagai ibukota dengan bangunan-bangunan yang megah. Solomon adalah pakar seni aliran liberal, piawai dalam segi perniagaan (bisnis), serta seorang yang sangat menghargai ilmu pengetahuan khususnya tentang bahasa dan perilaku binatang.
Sepeninggal Solomon bangsa Yahudi terpecah menjadi dua yaitu kekuatan Israel di wilayah utara dan Yudah di wilayah selatan. Pada tahun 722 SM Israel ditaklukkan oleh Bangsa Assyria dan setelahnya pada tahun 586 SM Yudah ditaklukkan oleh Pasukan Chaldean yang dipimpin oleh Nebukadnezar.
Sumbangsih dalam bidang seni serta ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlalu menonjol, tetapi mereka mempunyai andil yang cukup besar dalam bidang agama. Ketika bangsa-bangsa lain masih menyembah banyak Dewa, Bangsa Yahudi sudah meyakini adanya causa prima yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Mereka juga mengembangkan kitab tentang moral yang terkenal dengan “Sepuluh Perintah Tuhan” yang disampaiakan oleh Tuhan Jehovah kepada Moses yang sedang berkontemplasi di Bukit Sinai. Dari sinilah ajaran monoteisme Yahudi yang mendahului ajaran monoteisme Kristen yang dibawa oleh Nabi Isa (Jesus of Nazaret) dan Islam yang dibawa oleh Muhammad Ibn Abdullah.
Sumbangsih kemajuan administrasi bangsa Yahudi adalah dibukukannya Kitab perjanjian lama dan perjanjian baru dan pembukuan inilah yang merupakan literatur khas peninggalan bangsa Yahudi.
F.    Imperium Bizantine dan Kemajuan Peradabannya
Menjelang kelahiran Islam beberapa abad sebelumnya, terdapat dua negara adikuasa di dunia timur. Yaitu: pertama Imperium Bizantine yang merupakan imperium Romawi Timur dengan wilayah yang membentang dari Syria, Palestina, Mesir dan sebagaian kecil Eropa dan kedua Imperium Persia.
Byzantine diambil dari nama sebuah kota Yunani di Bosporus. Kota Bizantine dijadikan sebagai Ibukota Romawi Timur oleh The Great Constantine tahun 327 M. namun pada akhirnya kota ini lebih dikenal dengan sebutan Konstantinopel yang diambil dari nama The Great Constantine itu sendiri.
Sejarah mulai mengenal nama imperium tersebut sejak di pimpin oleh The Great Constantine dan sepeninggalnya jabatan ketahtaan di pegang oleh lebih dari 70 orang raja sebelum masa kehancurannya tahun 1204 M.
Ada sejumlah nama kaisar yang mempunyai kelebihan dalam memimpin imperiumnya. Yaitu:
1.   Theodorus I (397 – 395) berhasil menjadikan kristen sebagai agama resmi negara. Theodorus II (408 – 450) merupakan penguasa terbesar kedua setelah pendirinya yaitu The Great Constantine. Dimana ia berhasil membangun Benteng Pertahanan Constantine.
2.   Justinian I (527 – 565) merupakan kaisar Imperium Romawi Timur yang paling jenius, dimana disamping penaklukan-penaklukan dalam rangka ekspansi wilayahnya untuk memenuhi ambisi pribadi, ia juga berhasil merumuskan dan menyusun kitab hukum Romawi yang dia ambil dari berbagai referensi yang ada serta disesuaikan dengan kondisi negaranya. Selain itu Justinian berhasil mendirikan sebuah universitas dan merehab gereja St. Sophia yang dulu didirikan oleh The Great Constantine.
3.      Heraclius (610-641) merupakan kaisar Romawi yang dipandang sebagai penggerak roda peralihan Bizantine. Ia menggunakan Bahasa Yunani sebagai bahasa resmi negara, kondisi politik mulai kacau, meskipun ia telah berhasil mengalahkan Iran dan membebaskan Syiria dan Mesir dari ekspansi Sasania, kekacauan semakin membabi-buta tatkala sistim perbudakan merajalela dan keadaan ekonomi yang menurun akibat perang yang berkepanjangan. Kebobrokan inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh kaum muslim yang mempunyai semangat juang sangat tinggi.
Sebagian besar kaisar-kaisar yang memerintah Romawi adalah jenius dan cakap. Sistim kekuasaan sebagaimana diterapkan oleh August, secara teoritis dimaksudkan untuk melindungi pemerintahan Republik Romawi yang tua ini, namun pada kenyataanya merupakan sistim monarki yang absolut yang berkedok Republik.
Dalam hal pemerintahan dan kewenangan peradilan, kekusaan bersifat absolut monarki, ia membagi wilayahnya menjadi dua propinsi yaitu propinsi Imperial dan propinsi senatorial. Propinsi Imperial di pimpinan oleh gubernur yang langsung bertanggung jawab kepada kaisar. Sedangkan propinsi senatorial di pimpin oleh gubernur yang diangkat oleh Dewan Senat, adanya lembaga peradilan, konsulat dan bahkan lembaga senat telah kehilangan fungsi dan peranan politiknya, kaisar sang penguasa, pada saat itu benar-benar mempunyai kekuasaan yang mutlak.
G.   Imperium Sasania (Persi Baru) dan Kemajuan Administrasinya
Sebagaimana dikemukakan penulis diatas, bahwa imperium Sasania adalah termasuk rumpun bangsa Semit, dengan kekalahan bangsa Babylonia atas bangsa Aryan, hal ini menandakan berakhirnya kekuatan keturunan bangsa semit.
Pada tahun 266 M terjadilah revolusi nasional yang dipimpin oleh Ardesir melawan Kerajaan Yunani yang menguasai bangsa Sasania. Pertempuran demi pertempuran dilakukan melawan bangsa Persia, suatu ketika terjadilah pertempuran di dataran tinggi Hormuz yang dimenangkan oleh pasukan Ardesir.
Ardesir merupakan penguasa dan penakluk yang besar, ia bercita-cita menegakkan sistem sentralisasi pemerintahan. Ia membangun kemiliteran yang kuat dan menyerahkan kepada pejabat komandan militer tertinggi.
Sepeninggal Ardesir, tampuk kerajaan di lanjutkan oleh anaknya yang bernama Shapur I. ia adalah seorang administrator militer yang piawai. Kemajuan arsitektur dan seni pahat di kota suster dan kota-kota propinsi yang lainnya menandakan bahwa Shapur I menyukai perdamaian dan seni. Namun sepeninggal Shapur I imperium Sasania cenderung monarkis.
Shapur I yang dikenal dengan Shapur yang agung (309 – 379) merupakan kaisar terbesar imperium ini. Dalam menegakkan dinastinya, Shapur I membuktikan bahwa ia bukan hanya sekedar administrator militer yang handal, namun ia juga cakap sebagai panglima perang yang memang betul-betul dapat diungulkan.
“Ketangguhannya dalam peperangan yang panjang melawan kekuatan Romawi untuk merebut kembali lima wilayah propinsi yang lepas dan untuk mempertahankan propinsi Nisibis, membuktikan bahwa Shapur I tidak hanya penguasa yang memiliki kecapakan militer yang handal, namun Shapur I juga mempunyai semangan dan tujuan yang kokoh.” (Sir, Percy Sykes,) penguasa monarkis Sasania yang termashur adalah Nowshirwan yang mulai menjabat tahun 531 M. namun ia sangat masyhur dalam bidang:
§  Kebijakan pengaturan ketertiban umum
§  Menindak para administrator yang korup dengan keras;
§  Pengaturan perpajakan;
§  Perbaikan sistem irigasi;
§  Pembangunan sistem perhubungan;
Penguasa terakhir Imperium ini adalah Kusraw Parwiz anak Hormides dan cucu Nowshirwan, bersamaan dengan kepemimpinan Kusraw Parwiz, Bizantine menggalang kekuatan yang ketika itu dipimpin oleh Heraclius. Pada masa Yazdigard III (634 – 652) kekusaan imperium sasania dihancurkan oleh kaum Muslimin, dan sampai sekarang Imperium sasania tersebut tidak pernah lahir kembali.

No comments:

Post a Comment