Umum Mix 1

Hawadi, Reni Akbar. Akselerasi: AZ Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo, 2004.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman (Matlin, 1999; Myers, 1998 dalam Hawadi, 2004:168). Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yangdilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam intcraksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang me- nyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa (Lanawati,1999 dalam Hawadi, 2004:168).
Jihad, Asep. menjadi guru profesional: strategi meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru di era global. penerbit erlangga,Jakarta. 2013.
Dari kedelapan pendekatan tersebut, yang akan mengoptimalisasikan pengelolaan kelas adalah pendekatan modifikasi perilaku, iklim sosio-emosional, dan sistem proses kelompok/dinamika kelompok. Pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru karena dengan motivasi kerja guru akan terlihat sejauh mana motif dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas. Gaya kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan mcmaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut. (Asep, 2013:103)
Cannon, J. P., Perreault, W. D., & McCarthy, E. J. (2008). Pemasaran Dasar (edisi 16). Jakarta: Salemba Empat.
Sebagaimana pernyataan McCarthy & Perreault, (2008) Dorongan (drive) merupakan suatu rangsangan kuat yang memacu tindakan untuk mengurangi suatu kebutuhan. Dorongan bersifat internal merupakan alasan di balik pola-pola perilaku tertentu. Dalam pemasaran, pembelian suatu produk dihasilkan dari dorongan untuk memuaskan suatu kebutuhan.
Nuraisyah, Siti (2015) Sekali Baca Langsung Inget Kamus Detail Bahasa Indonesia Untuk SD/MI, Jakarta: Kunci Aksara
Ekspresi adalah pengungkapan diri. Ekspresi bisa bermacam-macam, bisa ekspresi menangis saat sedih, ekspresi tertawa saat senang, dan ekspresi bingung saat bingung (Nuraisyah, 2015:117).
Hakim, T. Belajar Secara Efektif. Jakarta. Niaga Swadaya. 2005.
1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar
Sebagaimana telah dikatakan dalam salah satu prinsip belajar bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar kita dapat mencapai keberhasilan belajar yang maksimal, tentu saja kita harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Pemahaman itu juga penting agar selanjutnya kita dapat menentukan latar belakang dan penyebab kesulitan belajar yang mungkin kita alami.
Seperti sudah disebutkan, secara garis besar faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor ekstemal.
a. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis.
1) Faktor Biologis (Jasmaniah)
Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut.
Pertama, kondisi fisik yang normal. Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi fisik yang normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca-indra, anggota tubuh seperti tangan dan kaki, dan organ-organ tubuh bagian dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan seseorang.
Di sekolah-sekolah umum biasanya keadaan fisik yang tidak normal jarang sekali menjadi masalah atau hambatan utama dalam belajar. Hal ini karena penerimaan murid di sekolah umum itu telah diseleksi sedemikian rupa, sehingga murid yang diterima umumnya adalah mereka yang memiliki kondisi mental dan fisik yang normal.
Kedua, kondisi kesehatan fisik. Bagaimana kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, tentu - nya telah kita ketahui dengan mudah dan tidak perlu lagi kita bicarakan secara panjang lebar. Namun demikian, di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang sangat diperlukan. Hal-hal tersebut di antaranya adalah makan dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga secukupnya, dan istirahat yang cukup. Selain itu, jika terjadi gangguan kesehatan, segeralah berobat dan jangan membiasakan diri untuk membiarkan teijadinya gangguan kesehatan secara berlarut-larut. (Hakim,2005:15)
2) Faktor Psikologis (Rohaniah)
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belaiar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi mental yang man tap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap mental yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses belajar.
Sikap mental yang positif dalam proses belajar itu misalnya saja adalah kerajinan dan ketekunan dalam belajar, tidak mudah putus asa atau frustrasi dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan, tidak mudah terpengaruh untuk lebih mementingkan kesenangan daripada belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya, dan selalu percaya pada diri sendiri. Selain berkaitan erat dengan sikap mental yang positif, faktor psikologis ini meliputi pula hal-hal berikut.
Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdas- an dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan sal ah satu faktor dari sekian banyak faktor.
Di sekolah-sekolah umum, masalah kegagalan belajar yang disebabkan intelegensi yang rendah, tidak banyak teijadi kecuali jika seleksi penerimaan siswa di sekolah tersebut tidak dilakukan dengan baik. Masalah belajar yang lebih sering teijadi di sekolah-sekolah umum justru sebaliknya, yaitu tidak sedikit siswa atau mahasiswa yang intelegensinya normal atau bahkan di atas rata- rata, tetapi prestasi belajarnya rendah. Jelas hal ini membuktikan bahwa seseorang yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang faktor-faktor lain yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan, kerajinan, waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar.
Sebaliknya, seseorang yang intelegensinya tidak seberapa tinggi atau sedang, mungkin saja mencapai prestasi belajar yang tinggi jika proses belajarnya ditunjang dengan berbagai faktor lain yang memungkin- kannya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya.
Bagaimanapun baiknya proses belajar yang dilakukan seseorang, hasilnya akan kurang memuaskan jika orang tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras. Hal ini disebabkan kemauan itu berpengaruh langsung terhadap berbagai faktor lain, seperti daya konsentrasi, perhatian, kerajinan, penemuan suatu metode belajar yang tepat, dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan belajar.
Ketiga, bakat. Bakat memang merupakan sal ah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa biasanya bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
Kegagalan dalam belajar yang sering terjadi sehu- bungan dengan bakat justru disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam suatu bidang. Untuk dapat menentukan bakat dengan usaha sendiri, Anda dapat melakukannya dengan jalan mencoba mempelajari berbagai bidang ilmu, baik di sekolah maupun di lembaga-lembaga kursus, atau di tempat lainnya. Jika seluruh faktor yang mempengaruhi proses belajar telah Anda peroleh, tapi temyata tidak berhasil juga dalam mempelajari suatu bidang ilmu, boleh dikatakan Anda kurang berbakat dalam ilmu tersebut. Sebaliknya, jika Anda berhasil mencapai prestasi dalam bidang ilmu tersebut, berarti Anda berbakat.
Keempat, daya ingat. Bagaimana daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, kiranya sangat mudah dimengerti. Untuk memperluas pengertian tersebut marilah kita memperdalam pengetahuan kita tentang proses mengingat yang melalui tahap-tahap berikut:
a) mencamkan (memasukkan) kesan,
b) menyimpan kesan,
c) mereproduksi (mengeluarkan kembali) kesan. Karena itu, daya ingat dapat didefinrsikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Pengertian kesan di sini adalah gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah kita melakukan pengamatan.
Sesuai dengan tahap-tahapnya, daya ingat mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. Sifat cepat atau lambat. Sifat ini dimiliki oleh daya mencamkan kesan. Sifat ini menunjukkan lamanya waktu untuk memasukkan kesan ke dalam pikiran. Hal irii tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan serta kondisi mental dan fisik kita.
b. Sifat setia. Sifat ini dimiliki oleh daya menyimpan, yang berarti kesan-kesan yang masuk dapat disimpan sama persis dengan objek yang sebenamya. Misainya, apa yang dibaca oleh seseorang dapat disimpan di dalam pikirannya sama persis dengan apa yang tertulis di dalam buku.
c. Sifat tahan lama. Sifat ini juga dimiliki oleh daya menyimpan, yang berarti kesan yang telah masuk di dalam pikiran dapat disimpan dalam waktu yang lama, atau tidak mudah lupa.
d. Sifat luas. Sifat ini pun dimiliki oleh daya menyimpan, yang berarti dapat menyimpan kesan dalam jumlah yang banyak.
e. Sifat siap. Sifat ini dimiliki oleh daya reproduksi, yang berarti dapat mengeluarkan kembali kesan-kesan yang telah tersimpan di dalam pikiran, baik secara lisan maupun secara tertulis. (Hakim, 2005:17)
Perlu juga diketahui, kemampuan mengingat ini dipengaruhi pula oleh daya jiwa yang lain, di antaranya adalah kemauan dan daya konsentrasi. Agar lebih mudah dimengerti, proses mengingat dengan tahap-tahap dan sifatnya kami gambarkan sebagai berikut.
Kelima, daya konsentrasi. Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra ke satu objek di dalam satu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu.
Sangat perlu diketahui bahwa kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu memerlukan kemampuan dalam menguasai diri (daya penguasaan diri).
Dengan daya penguasaan diri inilah seseorang akan dapat menguasai pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indranya untuk dikonsentrasikan (difokuskan) kepada satu objek yang dikehendakinya. Seseorang yang tidak mempunyai pendirian, mudah terpengaruh, tidak mempunyai kestabilan mental, dan mempunyai daya penguasaan diri yang lemah, biasanya akan mengalami kesulitan dalam mengonsentrasikan pikirannya.
Demikianlah kiranya beberapa faktor internal yang sangat perlu kita perhatikan mengingat faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan belajar seseorang. Perlu juga diketahui bahwa kesulitan belajar yang bersumber pada faktor- faktor internal ini (terutama yang bersifat psikologis), seringkali lebih sulit diatasi daripada kesulitan belajar yang bersumber pada faktor-faktor ekstemal. (Hakim, 2005:18)
b. Faktor Eksternal
Faktor ekstemal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor ekstemal meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor waktu.
1) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang di antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis di antara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan rurriah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya. (Hakim, 2005:19)
2) Faktor Lingkungan Sekolah
Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, para siswa, sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara seperti inilah proses belajar akan dapat beijalan dengan baik. Setiap personil sekolah terutama para siswa harus memiliki kepatuhan terhadap disiplin dan tata tertib sekolah. Jadi mereka tidak hanya patuh dan senang kepada guru- guru tertentu.
Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adalah adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di antara semua personil sekolah.
Semua hal yang disebut belakangan ini tidak akan berarti banyak tanpa tegaknya disiplin sekolah. Siswa yang belajar di sekolah dengan fasilitas kurang memadai tapi mempunyai disiplin yang baik seringkali lebih berprestasi daripada siswa yang belajar di sekolah dengan fasilitas serba lengkap tapi mempunyai disiplin yang rendah. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah adalah adanya tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
Untuk menegakkan tata tertib dan disiplin yang konsekuen dan konsisten ini tentu saja diperlukan seorang kepala sekolah yang baik. Di sekolah-sekolah yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang tidak mempunyai leadership (kepemimpinan) yang baik, biasanya akan sering terjadi masalah-masalah yang menghambat jalannya proses belajar. Biasanya masalah- masalah tersebut tidak hanya menghambat atau merugi- kan siswa, tetapi juga merugikan guru dan personil sekolah lainnya. (Hakim, 2005:20)
3) Faktor Lingkungan Masyarakat
Jika kita perhatikan dengan saksama lingkungan masyarakat di sekitar kita, kita akan dapat melihat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar, ada pula lingkungan atau tempat tertentu yang menghambat keberhasilan belajar.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksana- kan kursus-kursus tertentu, seperti kursus bahasa asing, keterampilan tertentu, bimbingan tes, kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah, sanggar majelis taklim, sanggar organisasi keagamaan seperti remaja masjid dan gereja, sanggar karang taruna.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang lebih men gut am akan kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan yang merangsang kecenderungan konsumerisme, dan tempat- tempat hiburan lainnya yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat seperti judi, mabuk- mabukan, penyalahgunaan zat atau obat..
Meskipun begitu, tidak semua tempat hiburan selalu menghambat keberhasilan belajar. Hiburan itu sebenar- nya juga diperlukan untuk menyegarkan pikiran atau menghilangkan kelelahan pikiran. Selain itu, ada jenis hiburan yang bersifat positif yaitu dapat melatih ketang kasan dan daya pikir. Jelaslah jenis hiburan seperti ini secara langsung atau tidak langsung justru dapat menunjang kebehasilan belajar.
Karena itu, seorang siswa atau mahasiswa yang baik harus mampu memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar dan lingkungan masyarakat yang dapat menghambat keberhasilan belajar. Hal ini memang tidak mudah sebab, sebagai contoh, banyak siswa yang membolos sekolah hanya untuk melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan hiburan yang bersifat negatif.
Untuk mengatasi hal ini, kiranya peranan pendidikan di rumah dan di sekolah harus lebih ditingkatkan untuk mengimbangi pesatnya perkembangan lingkungan masyarakat itu sendiri. (Hakim, 2005:20)
4) Faktor Waktu
Bahwa waktu (kesempatan) memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang, tentunya telah kita ketahui bersama. Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa atau mahasiswa bukan ada atau tidak adanya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar. Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mencari dan menggunakan waktu dengan sebaik-baik- nya agar di satu sisi siswa atau mahasiswa dapat menggunakan waktunya untuk belajar dengan baik dan di sisi lain mereka juga dapat melakukan kegiatan- kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi yang sangat bermanfaat pula untuk menyegarkan pikiran (refreshing).
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa dan mahasiswa pun tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan.
Demikian kiranya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor-faktor tersebut sangat perlu untuk diketahui atau dipahami agar bila pada suatu waktu mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses belajar, Anda akan lebih mudah mengetahui sumber kesulitan atau hambatan dalam proses belajar tersebut. (Hakim, 2005:21)
Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC © 2003
Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian anak. Esensi pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sedangkan sekolah hanya berpartisipasi. Keluaga adalah unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak, juga memberikan pengaruh yang menentukan bagi pembentukan watak dan kepribadian anak yaitu memberikan stempel, yang tidak bisa dihapuskan bagi kepribadian anak. Maka baik buruknya keluarga ini memberikan dampak yang positif atau negatif pada pertumbuhan anak menuju kepada kedewasaannya.
Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau scorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. (Suprajitno,2004:1)
Pembentukan perkembangan kepribadian anak dalam keluarga yang paling berpengaruh adalah orang tua. Orang tua merupakan pendidik utama, dan pertama bagi sang anak. Maka dari itu orang tua haruslah dapat mendidik, membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka agar dapat menjadi anak yang baik, baik bagi dirinya, orang lain dan masyarakat. Sebagaimana dalam hadist nabi telah disebutkan:
(أدبوا أولادكم على ثلاث خصال: حب نبيكم، وحب أهل بيته، وقراءة القرآن)
Artinya:

Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara; Mencintai Nabi kalian(Muhammad SAW), mencintai Ahlulbaitnya dan membaca Al-Qur'an (Salih, tt:6)
Sujiono, B., & Sujiono, Y. N. (2004). Persiapan dan saat kehamilan. Elex Media Komputindo
Anak manusia, dari manapun asalnya dan dari status sosial apapun, dilahirkan ke dunia dengan membawa potensi. Potensi bawaan ini, yang menurut para ahli, merupakan faktor turunan (heredity factor), sebenarnya merupakan suatu kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap individu yang baru lahir untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Agar dapat berkembang secara optimal, potensi bawaan perlu ditumbuh-kembangkan (Sujiono dan Sujiono, 2004:2). Potensi bawaan seorang anak tidak saja berisi kemampuan yang berhubungan dengan fisik (postur tubuh dan pertumbuhan organ-organ fisik), tetapi juga berhubungan dengan psikis (mental, emosional, sosial, dan intelektual). Secara umum, potensi bawaan melukiskan gambaran yang utuh tentang anak dan hanya akan terwujud secara nyata jika mendapat rangsangan, terutama di tahun-tahun pertama kehidupannya. Artinya, keterlambatan memberikan rangsangan memungkinkan potensi bawaan tidak berkembang secara optimal (Sujiono dan Sujiono, 2004:2).
Semiun, Yustinus, Kesehatan Mental 3, Yogyakarta, Kanisius, 2006
New Collegiate Dictionary karangan Webster (1973) mendefinisikan kepribadian sebagai ’’keseluruhan kecenderungan behavioral dan emosional dari seorang individu.” Menurut definisi ini kepribadian kita terdiri dari emosi- emosi dan tingkah laku-tingkah laku kita. Dengan menerima definisi tersebut, kita akan menarik kesimpulan bahwa self-talk kitalah yang pertama-tama mengendalikan kepribadian kita seperti kita telah lihat sebelumnya bahwa selftalk kita menentukan emosi-emosi dan tingkah laku-tingkah laku kita. (Semiun, 2006:494)
Kebanyakan ahli teori kepribadian memusatkan perhatian pada peristiwa- peristiwa ekstemal dalam menggambarkan bagaimana kepribadian kita ber- kembang. Sigmund Freud, misalnya, memusatkan perhatiannya pada peng- alaman-pengalaman awal masa kanak-kanak yang traumatik dan pada sifat hubungan antara orang tua dan anak. Hanya sedikit saja ahli teori kepribadian memusatkan perhatian pada perkembangan dari proses-proses pikiran kita yang menjadi penyebab utama emosi-emosi dan tingkah laku-tingkah laku kita. (Semiun, 2006:494)
Perasaan akan identitas (perasaan mengenai apa dan siapa kita) mengacu pada sekumpulan self-talk yang umum dan berlangsung terus-menerus yang berhubungan dengan tipe orang macam apakah kita ini (Penulis-penulis lain menyebut perasaan akan identitas sebagai self-concept atau gambaran diri kita). (Semiun, 2006:494)

bersambung

No comments:

Post a Comment