BAB II
MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendidikan masa Rasulullah
Menelusuri sejarah pendidikan Islam tentu saja
harus dimulai dari awal munculnya agama Islam pada masa Rosulullah SAW karena
disitulah pondasi seluruh nilai-nilai peradaban Islam. Pada masa kenabian
Muhammad SAW akan kita jumpai bagaimana perjuangan Rosulullah dalam menyebarkan
agama Islam dan bagaimana pula rintangan yang harus beliau lalui hingga saat
ini kita bisa merasakan nikmatnya Islam.
Dari sinilah kita dapat mengetahui betapa beratnya
nabi Muhammad SAW melakukan dakwah guna meluruskan nilai-nilai moral yang telah
hilang pada masa itu yang akibat perjuangan nabi SAW tersebut dapat kita
rasakan sekarang ini.
Penyampaian Rosulullah untuk membina ummat manusia
kearah yang lebih baik yang dibedakan ke dalam dua tahap yaitu tahap pertama
sebelum nabi hijrah ke Madinah yaitu di Mekkah dan tahap kedua yaitu ketika
beliau hijrah dan tinggal di Madinah. Materi pendidikan yang beliau sampaikan
pun berbeda. Pada saat di Mekkah beliau menyampaikan tentang pendidikan
ketauhidan. Dan pada saat di Madinah beliau lebih menitik beratkan pada
pembentukkan dan pembinaan masyarakat baru.
1. Sekilas tentang bangsa arab
Pada masa Pra Islam atau biasa disebut zaman
Jahiliyah moralitas bangsa Arab yang negatif bisa disebutkan seperti suka minum
arak, berjudi, melakukan pelacuran, pencurian, perampokkan dan lain-lain.
Pelacuran juga menjadi kebisaan yang dilakukan tetapi dengan cara tertutup.
Para perempuan pelacur dengan terang-terangan membuka kedai pelacuran dan
tandanya mereka memasang bendera dimuka masing-masing. Kalau pelacur itu hamil
maka ia memanggil semua laki-laki yang pernah mencampurinya. Setelah bayinya
lahir maka diundilah siapa laki-laki yang menjadi ayahnya. Hasil undian ini
yang menentukan ayah si bayi.
Kekejaman bangsa arab pada masa itu dapat dikatakan
melampaui batas prikemanusian. Kejam dan ganas baik kepada sesama manusia
manapun kepada binatang. Terkenal dalam riwayat bahwa mereka sangat kejam dan
buas kepada anak-anak perempuan mereka sendiri. Anak-anak perempuan dikubur
hidup-hidup didalam tanah dan adakalanya ditaruh didalam satu tempat seperti
tong lalu diluncurkan dari tempat yang tinggi.
2. Pendidikan Islam pada Masa di Mekkah
Pada saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang
pertama dari Allah sebagi petunjuk atau intruksi kepada beliau untuk melaksanakan
tugasnya pada saat beliau berusia 40 tahun yaitu pada tanggal 17 Ramadhan tahun
13 sebelum hijriyah (6 Agustus 610 M) wahyu yang diturunkan tersebut artinya :
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan Dia (Allah) telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Qalam. Dia (Allah)
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui.
Kemudian disusul dengan wahyu berikutnya yang
artinya: hai orang-orang yang berselimut bangunlah, lalu berilah peringatan!
Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah dan perbuatan dosa
tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah
diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada
seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan Islam.
kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu
disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan
teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi
menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan Islam
pertama dalam sejarah pendidian Islam. disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar
atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima
tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat)
bersama sahabat-sahabatnya.
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi,
supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan
terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak
tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap
melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan
Islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di
Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti
sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan
tauhid kepada umatnya.
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan
Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan
kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan
‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan
Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi:
a. Pendidikan Keagamaan yaitu hendaklah menyembah
semata-mata kepada Allah jangan mempersekutukan Nya dengan berhala, karena Dia
Tuhan yang maha besar dan maha pemurah.
b. Pendidikan Aqliyah dan Ilmiyah yaitu mempelajari
kejadian penciptaan manusia yang diciptakan darah dan mempelajari penciptaan
alam semesta. Alam sendiri yang akan mengajarkan kepada orang-orang yang mau
mempelajarinya.
c. Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti yaitu si
pendidik mengajarkan tanpa mengaharpkan imbalan melainkan semata-mata kerna
Allah dan mengejarkan bagaimana berakhlak dan berbudi pekerti yang baik.
d. Pendidikan Jasmani (kesehatan) mementingkan atau
menjaga kebersihanbadan pakaian dan tempat dan melakukan hal-hal yang dapat
menyebutkan jasmani.
Masyarakat bangsa Arab pada umumnya dkenal sebagai
masyarakat yang pada umumnya tidak dapat membaca dan menulis. Pada masa
permulaan nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam di Mekkah telah ada beberapa
orang dikalangan masyarakat yang pandai tulis dan baca. Namun, Allah telah
menyampaikan atau menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad secara
berangsur-angsur sehingga memudahkan bagi nabi Muhammad untuk mengjarkan
Al-Qur’an kepada umatnya. Setiap wahyu yang turun dan biasanya terdiri dari
beberapa ayat Al-Qur’an, nabi SAW langsung menyampaikan ayat-ayat tersebut
kepada para sahabatnya dan memerintahkan kepada para sahabat untuk membaca dan
menghafal dengan benar. Kemudian nabi Muhammad SAW menyuruh menuliskan
ayat-ayat tersebut kepada sahabat yang pandai menulis untuk menetapkan
Al-Qur’an dalam hafalan mereka, nabi Muhammad SAW sering mengadakan ulangan
terhadap hafalan para sahabat lalu membetulkan hafalan dan bacaan mereka.
Pengajaran Al-Qur’an tersebut berlangsung terus
menerus sampai dengan nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya hijrah ke madinah.
Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an berjalan terus menerus sampai dengan masa
akhir turunnya Al-Qur’an menjadi bagian dari kehidupan merekabaik dalam bentuk
hafalan maupun tulisan. Perintah dan petunjuk yang dituju kepada nabi Muhammad
SAW tentang apa yang harus ia lakukan baik terhadap dirinya maupun umatnya.
Petunjuk awal yaitu agar nabi memberikan peringatan kepada umatnya seperti yang
tercantum dalam wahyu kedua yang beliau terima yaitupada surat AL-Mudastir
yaitu untuk mengacungkan Allah SWT dan meninggalkan perbuatan dosa atau
menyembah berhala yaitu peninggalan pada zaman nabi Ibrahim. Nabi Muhammad SAW
mendidik umatnya secara bertahap yang dimulai dari keluarga dekatnya cara
sembunyi-sembunyi. Antara lain yaitu Khadijah lalu diikuti Ali bin Abi Thalib
bin Zaid bin Haritsah (pembantu rumah tangganya. Kemudian ia mulai menyeru
kepada sahabat karibnya yaitu Abu Bakar. Secara berangsur-angsur ajakan
disampaikan secara meluas, tetapi hanya dari kalangan keluarga dekat dari suku
Quraisy saja. Berimanlah antara lainUtsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad
bin Waqqash, Abdurahman Bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah Bin
Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah bin Khattab bersama suaminya Said Bin Zaid.
Keadaan yang sembunyi-sembunyi itu berlangsung sampai lebih dari 3 tahun sampai
akhirnya turun petunjuk dan perintah dari Allah, agar nabi memberikan
pendidikan dan seruan secara terbuka, ditegaskan dalam firman Allah artinya:
maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin Quraisy
mulai berusaha menghalangi dakwah Rosul. Semakin bertambah pengikut nabi
semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Banyak cara yang
ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah nabi. Pertama mereka
mengira bahwa kekuatan nabi terletak pada perlndungan Abu Thalib yang amat
disegani itu karena itu mereka menyusun siasat bagaimana memutus hubungan nabi
dengan Abu Thalib dan mengancam dengan mengatakan kami meminta anda memilih
satu diantara dua memrintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau anda
menyerahkan kepada kami. Dengan demikian anda akan terhindar dari kesulitan yang
diinginkan. Tampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh sehingga ia mengharapkan
Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan “demi
Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah iniwalaupun seluruh
anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya” Abu Thalib sangat
terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian ia berkata “teruskanlah
demi Allah aku akan membelamu.
Kemudian nabi menyebarluaskan ajakannya keseluruh
penduduk Mekkah dan nab menghadapi tantangan yang berat. Namun nabi
menghadapinya dengan penuh kesabaran dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan
selalu memberikan petunjuk dan pertolongan dalam menghadapi tantangan tersebut.
Ajaran-ajaran yang beliau berikan antara lain:
a) Pendidikan Tauhid Kepada Allah
Dalam melaksanakan tugas kerasulannya nabi Muhammad
SAW benyak berhadapan dengan nilai-nilai warisan Ibrahim yang telah menyimpang
dari ajaran sebenarnya. Seperti menyembah berhala, penyembahan terhadap barhala
dan perbuatan syirik lainnya, menyelimuti ajaran tauhid dan yang menjadi tugas
nabi Muhammad SAW yaitu untuk memncarkan kembali sinar tauhid dalam kehidupan
bangsa Arab.
Nabi Muhammad memperoleh penghayatan yang mantap
tentang ajaran tauhid yang intisarinya tercermin dalam surat AL-Fatihah.
Pokoknya antara lain:
1) Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan
dialah satu-satunya yang menguasai dan mengatur alam ini sedemikian rupa yang
merupakan tempat kehidupan makhluknya. Dalam memuji Allah harus dilaksanakan
secara langsung kepadaNya. Bukan seperti menyembah berhala.
2) Bahwa Allah memberikan nikmat dan memberikan
keperluan bagi semua makhluk-makhluknya terutama manusia. Pengertian bahwa
Allah bersifat Rahman dan Rahim memberikan pengertian bahwa Allah memiliki sifat
kasih sayang terhadap makhluk-makhluknya.
3) Bahwa Allah yang merajai hari kemudian dan bahwa
segala amal perbuatan manusia selama di dunia akan di perhitungkan diakhirat
nanti.
4) Bahwa Allah adalah tuhan yang wajib disembah dan
hanya kepada-Nya lah segala bentuk pengabdian ditujukan.
5) Bahwa Allah adalah tempat manusia pertolongan
dan tempat bergantung.
6) Bahwa Allah yang membimbing dan memberi petunjuk
kepada manusia dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan
godaan. Allah yang memberikan petunjuk kearah jalan yang lurus yaitu
orang-orang yang shaleh terdahulu (jalan hidup warisan Ibrahim yang sebenarnya)
Pendidikan tauhid tersebut diberikan oleh nabi
Muhammad SAW pada umatnya dengan cara yang bijaksana dan sekaligus beliau
memberikan teladan dan contoh ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b) Pendidikan Amal Ibadah
Nabi Muhammad SAW melakukan sembahyang (shalat)
sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dengan ikhlas hati menyembahNya. Awalnya
nabi sembahyang bersama sahabat-sahabatnya dengan sembunyi-sembunyi dirumah
Al-Arqam. Namun setelah Umar bin Khattab masuk Islam beliau melakukannya dengan
terang-terangan dimuka umum. Bahkan ia bersembahyang bersama sahabat-sahabatnya
yang lain disisi Ka’bah dan ditonton oleh kaum Quraisy.
Pada mulanya sembahyang itu belum dilakukan
sebanyak lima kali sehari semalam kemudian setelah nabi Isra dan Mi’raj berulah
diwajibkan untuk shalat lima waktu. Adapun zakat semasa di Mekkah diberikan
kepada fakir miskin dan anak-anak yatim dan membelanjakan harta untuk jalan
kebaikan.
c) Pendidikan Ahlak
Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada Umatnya untuk
berakhlak yang baik sesuai dengan ayat-ayatnya Al-Qur’an yang telah diturunkan
kepadanya. Diantara ahlak-akhlak tersebut ialah:
1) Adil yang mutlak terhadap keluarga atau diri
sendiri
2) Berbuat kebaikan kepada orang lain.
3) Menepati janji
4) Memberi maaf pada orang yang bersalah
5) Takut semata-mata haya kepada Allah
6) Bersyukur atas nikmat yang Allah berikan
7) Bersatu padu menegakkan agama Allah
8) Berbuat baik kepada orang tua
9) Hidup sederhana
10) Berhati sabar dan tabah atas cobaan.
d) Kuttab dan Metode Umum Pendidikan Al-Qur’an
Bagi kalangan anak-anak terdapat Kuttab - Kuttab
atau maktab (tempat belajar) khusus untuk Qiraah Al-Qur’an. Keberadaan Kuttab -
Kuttab ini ditunjukkan di dalam Shahih Bukhori bab dam (denda) bahwa Ummu
Salamah mengirimkan utusan kepada pengajar Akl-Qur’an untuk menyampaikan pesan
“kirimkanlah untukku anak-anak kecil” juga ditunjukkan di dalam abadul Mufrod
karya Al- Bukhori pada bab salam kepada anak-anak dengan sanad kepada IbnuUmar,
“sesungguhnya dia mengucapkan salam penghormatan kepada anak-anak kecil di
Kuttab.
3. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Madinah
Kedatangan nabi Muhammad SAW bersama kaum Muslimin
disambut oleh penduduk Madinah dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan.
Islam mendapat lingkungan baru yang bebas dari ancaman para Quraisy Mekkah.
Lingkungan yang memungkinkan bagi nabi Muhammad SAW untuk melanjutkan
dakwahnya. Menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Di Madinah nabi Muhammad SAW menghadapi kenyataan
bahwa umatnya terdiri dari dua kelompok yang saling berbeda latar belakang
kehidupannya. Dan kenyataan lain yang dihadapi nabi Muhammad SAW adalah bahwa
masyarakat kaum muslimin yang baru di Madinah yang belum masuk Islam dan
masyarakat kaum Yahudi yang memang sudah menjadi penduduk Mdinah dan mereka
tersebut tidak merasa senang dengan terbentuknya masyarakat baru yaitu kaum
muslimin.
Pendidikan pertama yang dilakukan oleh nabi
Muhammad SAW ialah memperkuat persekutuan kaum muslimin dan mengikis habiskan
sisa-sisa permusuhan dan persukuan. Mula-mula di antara kaum muhajirin kemudian
antarkaum Muhajirin dan Anshar. Dengan demikian bertambah kokohlah persatuan
umat Islam.
a. Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat Baru Menuju
kesatuan Sosial dan Politik.
Bersama kaum muslimin nabi membangun masjid dalam
membangun masjid itu nabi nabi Muhammad SAW turut bekerja dengan tenaganya
sendiri. Kaum muslimin dari kalangan Muhajirin dan Anshar ikut pula
bersama-sama membangun. Selesai masjid dibangun, maka disekitarnya pula
disekitarnya tempat-tempat tinggal yang sederhana dan disesuaikan dengan
petunjuk-petunjuk nabi Muhammad SAW. Masjid itulah pusat kegiatan nabi Muhammad
SAW bersama kaum muslimin untuk membina masyarakat baru. Di masjid itulah
beliau bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaah,
membaca al-Qur’an baik dalam mengulang ayat-ayat yang sudah diturunkan
terdahulu maupun yang baru diturunkan. Jadi, masjid ini merupakan pusat
pengajaran Nabi Muhammad SAW pun mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya
masyarakat yang bersatu padu.
Dasar-dasar tersebut diantaranya:
1) Nabi SAW mengikis habis sia-sia permusuhan atau
pertenyangan antar suku dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara
mereka.
2) Nabi SAW menganjurkan kepada kaum Muhajirin
untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3) Adanya syariat zakat dan puasa yang merupakan
pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial baik secara
material maupun moral.
4) Dalam pembinaan di Madinah disyariatkan pula
media komunikasi berdasarkan wahyu yaitu shalat jum’at berjamaah. Dengan shalat
jum’at berjamaah warga berkumpul langsung dan mendengarkan khutbah Nabi SAW dan
shalat jum’at telah memupuk rasa solidaritas sosial yang sangat tinggi dalam
menangani masalah bersama.
b. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam
pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi
Madinah yang prakteknya disempuranakan dengan ayat-ayat yang turun selama
periode Madinah. Pelaksanaan atau praktek pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Pendidikan Ukhuwah Antar Kaum Muslimin
Nabi Muhammad SAW berusaha menghubungkan antara
hati mereka dengan iman kepada Allah dan Rasulnya, mereka dipersaudarakan
karena Allah artinya diikat oleh hubungan hanya karena Allah.
2) Pendidikan kesejahteraan sosial
nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum
muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan kaum Anshor agar mereka saling
bekerjasama dalam masalah-masalah sosial.
3) Pendidikan kesejahteraan keluarga
Keluarga yang dimaksud adalah suami, istri, dan
anak-anaknya yang meruoakan inti dari terbentuknya umat yang luas dan yang
saling megingatkan agar terpeliharanya keluarga seperti yang dicantumkan dalam
al-Qur’an.
c. Pendidikan anak dalam Islam
Nabi SAW memperingatkan agar anak diberikan
bimbigan dan pendidikan agar ia tumbuh dan berkembang dalam rangka
mempersiapkan anak-anak agar mampu menerima warisan Islam dan bertanggungjawab
untuk mengemban tugas-tugasnya, . Maka sejak diperintahkan oleh nabi Muhammad
SAW itulah anak-anak membaca dan menulis al-Qur’an serta menghafalnya.
Dalam Islam, anak merupakan pewaris ajaran Islam
yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan
melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya
banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara
peringatan-peringatan tersebut antara lain:
• Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan
agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari
kehancuran (api neraka)
• Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan
meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya
menghadapi tantangan hidup.
• Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT
memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah
orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga
dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak
dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Allah SWT dalam suratLuqman ayat 13-19 adalah sebagai
berikut:
1) Pendidikan Tauhid
2) Pendidikan Shalat
3) Pendidikan adab sopan dan santun dalam
bermasyarakat
4) Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
5) Pendidikan kepribadian
6) Pendidikan kesehatan
7) Pendidikan akhlak.
d. Pendidikan Hankam Dakwah Islam
Usaha nabi SAW berikutnya adalah memperluas
pengakuan kedaulatan dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah
untuk mengakui konstitusi Madinah. Pertama-tama diajaknya untuk masuk Islam
dengan penjelasan yang meyakinkan tentang kebaikan ajaran Islam dan
kebenarannya. Kalau dengan dakwah itu mereka masuk Islam, maka secara otomatis
mereka termasuk dalam masyarakat kaum muslimin yang berada dalam naungan
konstitusi.
4. Sistem Pendidikan Muhammad SAW
Adapun metode pendidikan yang diharapkan oleh nabi
antara lain melalui keteladanan, pembiasaan, nasihat dan cerita, displin
partisipasi dan melalui pemeliharaan. Tujuannya membentuk pribadi insan kamil,
pensucian diri dengan ibadah, pembntukan keluarga, masyarakat dan bangsa serta
pemeliharaan alam dan lingkungan yang mana petunjuknya bersumber pada al-Qur’an
dan as-Sunnah beliau. Disamping itu pada masa nabi masjid memiliki fungsi bukan
saja sebagai tempat berkomunikasi dengan tuhan, tetapi sebagai lembaga
pendidikan dan pusat komunikasi sesama kaum muslimin.
5. Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan Islam
periode kota Makkah dan kota Madinah:
a. Periode kota Makkah:
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kotaMakkah
adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid
ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid
dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
b. Periode kota Madinah:
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah
dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan
kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang
pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran, merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut.
6. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
SAW
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada
zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang
luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan
yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya
dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat
lainnya.
Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi,
sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan
materi-materi pendidikan Islam. Dapat dibedakan menjadi dua periode:
a. Makkah
Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat
Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan
sunnah dan hadits.
Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian
keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
b. Madinah
upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama
membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan Islam.
Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar
pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan
kemasyarakatan
7. Metode yang dikembangkan oleh Nabi :
a. Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab
dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational
dan ilmiah.
b. Materi ibadah : disampaikan dengan metode
demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode
peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan
dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.
8. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai
pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis
serta sesuai dengan situasi dan kondisi.
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di
Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di
mungkinkan, kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin
atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam
baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah
pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi.
Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan
Nabi Muhammad SAW pada tahap awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya
untuk menampakkan keIslamannya dalam berbagai hak. tidak menemui mereka kecuali
dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah
barulah, barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka
secara umum. dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di
Madinah adalah:
1) Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang
selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
2) Mempersatukan berbagai potensi yang semula
saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam
dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut
terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.
B. Pendidikan masa khulafa al Rasyidin
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin
merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan
kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin
seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan Islam
masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di
Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang Islam.
Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada
masa Khulafa al- Rasyidin:
1. Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti
pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi
materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak,
ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk
belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga
pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi
mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan
pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak
sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan
sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan
Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.
2. Masa Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar
bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di
kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan
pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam
lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid
sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin
Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan
stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai
pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di
berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa,
menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur
yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti
jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para
pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
3. Masa Khalifah Usman bin Affan.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa
ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan
yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar,
diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di
daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman
ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang
ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih
banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan
untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Tugas
mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri,
artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik
sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan
pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam
mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu ali tidak sempat lagi memikirkan
masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.
Adapun
pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:
a. Makkah
b. Madinah
c. Basrah
d. Kuffah
e. Damsyik (Syam)
f. Mesir.
5. Kurikulum Pendidikan Islam Masa khulafa al
Rasyidin (632-661M. / 12-41H)
Sistem pendidikan Islam pada masa khulafa
al-Rasyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali
pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan
materi kurikulum pada lembaga kuttab. Materi pendidikan Islam yang diajarkan
pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan
dasar:
a. Membaca dan menulis
b. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
c. Pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudlu,
shalat, shaum dan sebagainya
Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah,
ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:
a. Berenang
b. Mengendarai unta
c. Memanah
d. Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan
peribahasa.
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah
dan tinggi terdiri dari:
a. Al-qur’an dan tafsirnya
b. Hadits dan pengumpulannya
c. Fiqh (tasyri’)
C. Pendidikan masa dinasti Bani Umayyah
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi
Thalib, maka lahirlah kekuasan bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah
sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah
dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi
kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui
musyawarah dengan para pembesar yang lainnya,
Hal ini berbeda dengan masa khulafaur rasyidin atau
masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti
bani Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan,
kekuasaan bersifat feodal (penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun menurun.
Untuk mempertahankan kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya
unsure kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya
musyawarah dalam pemilihan khilafah.
Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun.
Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan
pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata
melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama
ketika Rasul dan khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat
di masjid.
1. Latar Belakang Sosial Politik pada Masa Bani
Umayyah
Setelah pada tanggal 20 Ramadhan 40 H Ali ditikam
oleh Ibnu Muljam, salah satu pengikut Khawarij, kedudukan Ali sebagai khalifah
kemudian dijabat oleh anaknya (Hasan bin Ali) selama beberapa bulan. Namun,
karena Hasan ternyata sangat lemah, sementara pengaruh Muawiyah semakin kuat,
maka Hasan membuat perjannjian damai. Perjanjian itu dapat mempersatukan umat
Islam kembali dalam suatu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah bin Abi
Sufiyan. Di sisi lain perjanjian itu menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut
dalam Islam. Tahun 41 H, tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai
tahun Jama’ah (‘am al jama’ah). Dengan demikian telah berakhirlah masa
Khulafa’ur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayah dalam sejarah politik
Islam.
Muawiyyah adalah pendiri dinasti Umayyah, ia
merupakan putra dari Abu Sufyan ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abd Manaf. Ibunya
adalah Hidun binti Utbah ibn Rabiah ibn Abd Syan ibn Abd Manaf. Sebagai
keturunan Abd Manaf, Muawiyah mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad.
Ia masuk Islam pada hari penaklukkan kota Mekkah (Fathul Mekkah) bersama
penduduk Mekkah lainnya. Ketika itu Muawiyyah berusia 23 tahun.
Mu’awiyah (memerintah 661-680) adalah orang yang
bertanggung jawab atas perubahan sistem. sukses kepemimpinannya dari yang
bersifat demokratis dengan cara pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Bani
Umayyah berhasil mengokohkan kekhilafahan di Damascus selama 90 tahun
(661-750). Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damascus menandai era
baru.
Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam
perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial. hal ini didukung
oleh pengalaman politik Mu`awiyah sebagai Bapak pendiri daulah tersebut yang
telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai anggapan miring tentang
pemerintahannya. [5]M. Muawiyah bin Abu sufyan adalah seorang politisi handal
di mana pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman
bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari genggaman
keluarga Ali bin Abi Thalib.
Pada masa dinasti Umayyah politik telah mengalami
kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa
sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah
(Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan, Organisasi
Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.
2. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa
Bani Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan
bersifatdesentrasi, . Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di
Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya,
seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat
(Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat,
astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan,
seni rupa, amuoun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah
sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang.
Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca,
menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat
Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu
terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya
belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama yang dalam
ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid
seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjidpada tingkat menengah. Pada
tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri
oleh pelajar bersama-sama.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada
mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a. Belajar membaca dan menulis
b. Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
c. Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara
wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan
tinggi terdiri dari:
a. Al-Qur’an dan tafsirannya.
b. Hadis dan mengumpulkannya.
c. Fiqh (tasri’).
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam
bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan
dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan,
para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang
dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan
yang berkembang pada masa ini adalah:
1) Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh.
Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak
saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2) Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu
yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah
Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3) Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala
ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
4) Budang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada
umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu
hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Ada dinamika tersendiri yang menjadi karakteristik
pendidikan Islam pada waktu itu, yakni dibukanya wacana kalam (baca: disiplin
teologi) yang berkembang ditengah-tengah masyarakat. Sebagaimana dipahami dari
konstitusi sejarah Bani Umayyah yang bersamaan dengan kelahirannya hadir pula
tentang orang yang berbuat dosa besar, wacana kalam tidak dapat dihindari dari
perbincangan kesehariannya, meskipun wacana ini dilatarbelakangi oleh
faktor-faktor politis. Perbincangan ini kemudian telah melahirkan sejumlah
kelompok yang memiliki paradigmas berpikir secara mandiri.
Pola
pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari aspek
pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan
khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional
yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian
besar Asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa
resmi Negara.
3. Madrasah/universitas pada masa bani umayyah
Perluasan negara Islam bukanlah perluasan dengan
merobohkan dan menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh
ulama-ulama dan guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat
pendidikan telah tersebar di kota-kota besar sebagai berikut:Di kota Mekkah dan
Madinah (HIjaz). Di kota Basrah dan Kufah (Irak). Di kota Damsyik dan Palestina
(Syam). Di kota Fistat (Mesir).
Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah
adalah sebagai berikut:
1) Madrasah Mekkah: Guru pertama yang mengajar di
Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang
mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa
khalifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu
mengajar disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra.
Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah, yang termasyur seluruh
negeri Islam.
2) Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih
termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal
sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
3) Madrasah Basrah: Ulama sahabat yang termasyur di
Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah
ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik
termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato
dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu
agama kepada pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang banyak dengan
mengadakan kisah-kisah di masjid Basrah.
4) Madrasah Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah
melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah,
Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan
Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar
kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja
belajar kepada Abdullah bin Mas’ud. Bahkan mereka pergi ke Madinah.
5) Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam
(Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama
Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan
imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan
Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke Magrib dan
Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab
Syafi’I dan Maliki.
6) Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi
negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah
madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir
lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja
menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S. A. W. , melainkan juga
dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf
meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat
dan tabi’in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.
Karena pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar
pada seorang ulama di negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat kekota
yang lain untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar
Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam, pelajar Syam melawat kian
kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia ilmu pengetahuan
tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam.
4. Tokoh-Tokoh Pendidikan pada Masa Bani Umayyah
Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah
terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam
bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli bahasa/sastra.
Ulama-ulama tabi’in ahli tafsir, yaitu: Mujahid,
‘Athak bin Abu Rabah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Masruq bin Al-Ajda’, Qatadah.
Pada masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas
dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang yahudi
dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama
Islam. Di antara mereka yang termasyhur: Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih,
Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij
Ulama-ulama Hadist: Kitab bacaan satu-satunya
ialah al-Qur’an. Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan. Hadis-hadis hanya
diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke mulut muridnya, yaitu dari
hafalan uru diberikannya kepada murid, sehingga menjdi hafalan murid pula dan
begitulah seterusnya. Setengah sahabat dan pelajar-pelajar ada yang mencatat
hadist-hadist itu dalam buku catatannya, tetapi belumlah berupa buku menurut
istillah kita sekarang.
Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan
hadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist), ‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah
bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin
Abdullah (±1500 hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist)
Ulama-ulama ahli Fiqh: Ulama-ulama tabi’in Fiqih
pada masa bani Umayyah diantaranya adalah:, Syuriah bin Al-Harits, ‘alqamah bin
Qais, Masuruq Al-Ajda’, Al-Aswad bin Yazid
Kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu:
Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H) dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat
tahun 104 H). sesudah itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn
120 H), guru dari Abu Hanafiah.
Ahli bahasa/sastra: Seorang ahli bahasa seperti
Sibawaih yang karya tulisnya Al-Kitab, menjadi pegangan dalam soal berbahasa
arab. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliahpun muncul kembali
sehingga bidang sastra arab mengalami kemajuan. Di zaman ini muncul penyair-penyair
seperti Umar bin Abu Rabiah (w. 719), Jamil al-uzri (w. 701), Qys bin Mulawwah
(w. 699) yang dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w. 732), Jarir (w.
792), dan Al akhtal (w. 710). sebegitu jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai
Bani Umayyah terpusat pada bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab,
serta pembangunan fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah
berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Dalam
bidang yang pertama umpamanya dijumpai ulama-ulama seperti Hasan al-Basri, Ibnu
Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Ata. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan
Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 79\04/709) adalah seorang
orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia adalah orang pertama yang
menerjemahkan buku-buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia.
No comments:
Post a Comment