Thursday, 8 February 2018

Implementasi pengembangan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah

Implementasi pengembangan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah pada Siswa Kelas V di MI Nurul Huda 1 Miji dan MI Nurul Huda 2 Surodinawan Kota Mojokerto
 (klik downoad versi pdf dari jurnal aslinya)
Syu'aib Nawawia*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden penulis: nawawi_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id
Abstract
Constructivist Islamic Education Learning Learning with advanced organizers takes the story into an interesting learning model and helps teachers to improve the effectiveness of learning, an innovative learning model is needed. The purpose of this research development is: Creating learning model of Constructivist Islamic Education with advance organizer with story in class V students in MI Nurul Huda 1 Miji and MI Nurul Huda 2 Surodinawan Mojokerto. Product Learning Model of Constructivist Islamic Education with advance organizer with storytelling in Class V Students at MI Nurul Huda 1 Miji and MI Nurul Huda 2 Surodinawan Kota Mojokerto has been refined based on analysis of trial data. Based on the steps that have been implemented can be concluded as follows. 1). The revised products based on theoretical and empirical test results are: (1) improving the use of resources in applying the model (2) Changing the mode of evaluation in the use of the model (3) Improving the model's appearance or changing its learning strategy. 2) The developed product is attractive for classroom learning in a classical and independent manner. 3) This product product can ease the burden of teachers in teaching. 4) The results of expert validation and trials, Constructivistic Learning Model with advanced organizers coded this story worthy of use for Science subjects. 5) The developed product can improve students' learning motivation, and motivation is one of the requirements of the implementation of productive learning model.
Keywords: Constructivistic, Advance Organizer, story method




A.    Latar Belakang
Pendidikan modern, sistem pengajarannya tidak lagi pada guru yang aktif, namun siswa dijadikan objek dan subjek pendidikan. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang komunikasinya dua arah sekaligus guru dan siswa ikut andil dalam proses pembelajaran di kelas maupun di Laboratorium. Semua itu dilakukan agar tujuan pembelajaran sesuai dengan waktu dan menimbulkan belajar Pendidikan Agama Islam terpusat pada siswa.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak seluruh siswa mempunyai cara pandang dan cara berfikir yang sama ketika belajar Pendidikan Agama Islam. Misalnya siswa A selalu berusaha menyelesaikan soal Pendidikan Agama Islam dengan cara yang berbeda dengan temannya. Dia sangat menikmati belajar Pendidikan Agama Islam, apabila mampu menemukan penyelesaian dengan cara yang tidak biasa. Siswa B merasa nyaman belajar Pendidikan Agama Islam jika berhasil mengerjakan soal Pendidikan Agama Islam dengan cara yang sama dengan contoh yang diberikan oleh gurunya. Dirumah, ia berlatih dengan prosedur yang sama sampai ketika diadakan ulangan cara tersebutlah yang digunakan, Ia tidak suka dengan sesuatu yang tidak biasa. Sekali ia memiliki satu cara penyelesaian, maka ia tidak tertarik dengan cara lain walaupun sama-sama menghasilkan penyelesaian yang benar. Siswa C tidak bisa berbuat apa-apa jika guru tidak menjelaskan secara eksplisit langkah demi langkah cara menyelesaikan suatu masalah Pendidikan Agama Islam. Masalah nyata yang sering dihadapi dalam pembelajaran di kelas selama ini adalah banyaknya siswa dengan karakter seperti siswa A, B, C dan D, sehingga kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal tidak rutin sangat rendah. Yang dimaksud dengan soal-soal tidak rutin adalah soal-soal yang memiliki penyelesaian baku dan sedikit makna. Siswa dapat menghitung dan menyelesaikan tetapi tidak paham maksudnya. Kebanyakan siswa hanya mengulang prosedur yang contohnya sudah diberikan guru. Ketika dihadapkan dengan masalah lain dengan konsep yang sama tetapi berbeda konteks, mereka kesulitan dan gagal memanfaatkan pengetahuannya untuk menyelesaikan soal-soal Pendidikan Agama Islam.
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”. Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu (Suparno, 1997:24).
Di dalam kelas konstruktivis, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan lainnya, berfikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah. Beberapa prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis diantaranya bahwa observasi dan mendengar aktivitas dan pembicaraan Pendidikan Agama Islam siswa adalah sumber yang kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk kurikulum, untuk cara-cara dimana pertumbuhan pengetahuan siswa dapat dievaluasi.
Model pembelajaran advance organizer (Pengorganisasian awal) adalah sejumlah pengetahuan dari pengalaman seseorang selama hidupnya dan pengetahuan apa yang mereka miliki untuk mempelajari pengetahuan baru. Hasil penelitian melaporkan bahwa pengetahuan awal seorang siswa akan mengendalikan kemungkinan-kemungkinan belajar yang baru (Arends, 1997: 246). Dahar (2006: 100), menggunakan istilah pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari, dan menolong siswa untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.
Suatu pengatur awal dapat dianggap semacam pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru. Ausubel menjelaskan, dalam (Joyce dan Weil, 2009: 285), bahwa informasi baru dapat dipelajari secara bermakna dan tidak mudah dilupakan asalkan informasi baru tersebut dapat dihubungkan dan dikaitkan dengan konsep yang sudah ada. Jika materi yang baru sangat bertentangan dengan struktur kognitif yang ada atau tidak dapat dikaitkan dengan konsep yang sudah ada, maka materi baru tersebut tidak dapat dipahami dan disimpan lama.
Pelaksanaan model pembelajaran advance organizer diharapkan siswa akan menemukan suatu permasalahan yang sebelumnya materi telah mereka baca, dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Siswa akan lebih aktif bertanya di kelas dan mereka secara tidak langsung akan lebih memahami materi dibandingkan siswa yang tidak membaca materi sebelumnya. Dengan alasan inilah Peneliti menggunakan model pembelajaran advance organizer untuk mengetahui kemampuan siswa, menjalin komunikasi 2 arah agar siswa lebih aktif di kelas. Dan diharapkan tanggapan siswa baik terhadap adanya pengorganisasian model Advance organizer yang membantu mereka dalam proses belajar mengajar.
Metode dalam pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka.
Pada titik awal ini sudah terdapat perbedaan besar antara pendidikan Islam dengan metode pendidikan Barat yang dianggap sebagai metode pendidikan modern itu.Metode pendidikan Islam sangat. Menghargai kebebasan individu, selama kebebasan itu sejalan dengan fitrahnya, sehingga seorang guru dalam mendidik tidak dapat memaksapeserta didiknya dengan cara yang bertentangan dengan fitrahnya. Akan tetapi sebaliknya guru dalam membentuk karakter peserta didiknya. Dia tidak boleh duduk diam sedangkan peserta didiknya memilih jalan yang salah.
Upaya guru dalam memilih metode yang tepat dalam mendidik peserta didiknyaadalah disesuaikan pula dengan tuntutan berhadapan dengan peserta didiknya ia harus mengusahakan agar pelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya itu supaya mudah diterima, tidaklah cukup dengan bersikap lemah lembut saja. Ia harus memikirkan metode-metode yang akan digunakannya, seperti memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendekatan yang baik, efektifitas penggunaan metode yang baik dan sebagainya. Untuk itu seorang guru dituntut agar mempelajari berbagai metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran seperti bercerita dan mempelajari prinsip-prinsip metodologi dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Ramayulius, 2005:5)
Metode kisah disebut juga metode cerita yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah islam, yakin Al-qur’an dan Hadits. Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah merupakan salah satu metode yang mashur dan terbaik, sebab kisah ini mampu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam (Arief, 2002:160)
Metode cerita atau kisah adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini, peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut (Bakhtiar, 2013:192). Metode mendidik dengan bercerita yaitu dengan mengisahkan peristiwa hidup sejarah manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya dan kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah dan larangan Tuhan yang dibawakan nabi atau rasul yang hadir di tengah mereka. Misalnya sebuah ayat yang mengandung nilai pendagogis dalam sejarah digambarkan Tuhan sebagai berikut: “Sesungguhnya di dalam kisah-kisah terdapat ibarat bagi orang yang berakal” (Q.S Yusuf:111) “Aku menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum “Aku mewahyukan” adalah termasuk orang-orang yang melupakan.” (Q.S Yusuf:3)
Metode cerita banyak terdapat di dalam Al-Qur’an, yang tujuan pokoknya adalah untuk menunjukkan fakta kebenaran.Kebanyakan dalam surah Al-Qur’an terdapat cerita tentang kaum terdahulu baik dalam makna sejarah yang positif maupun negative. Terdapat 30 surah yang dinamakan menurut tema pokok cerita didalamnya, seperti surah Yusuf, Surah Ibrahim, Surah Bani Israel, Surah Jinn, Surah Al Kahfi, Surah Hud, Surah Yunus, Surah Maryam, Surah Luqman, Surah Muhammad, dan Surah Al Fiil. Di antaranya mengandung cerita yang sepenuhnya bertemakan pokok sesuai tokoh yang diceritakan seperti Surah Yusuf.Sedang banyak yang lainnya hanya berisikan salah satu pengulangan suatu tema cerita, misalnya cerita tentang Fir’aun dan Nabi Musa disebutkan lebih kurang 18 surah.Cerita tentang bangsa-bangsa (umat atau kaum) terdahulu tidak begitu diulang-ulang seperti cerita tentang Bani Israel, Kaum Aad, dan kaum Tsamud. Pengulangan suatu cerita menunjukkan bahwa cerita tersebut amat besar bagi manusia untuk dijadikan ingatan dan peringatan serta bahan pelajaran yang diambil hikmahnya bagi kehidupan generasi berikutnya.Seluruh cerita dalam Al-Qur’an adalah mengandung iktibar yang bersifat mendidik manusia.
Allah memerintahkan manusia agar menceritakan kasus-kasus sejarah bangsa-bangsa yang lampau agar dijadikan bahan pemikiran seperti firman-Nya: “….maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir” (Q.S Al-A’raf: 176).
Dari segi Psikologis, metode cerita mengandung makna reinforcement (penguatan) kepada seseorang untuk bertahan uji dalam berjuang melawan keburukan.Khusus bagi Nabi Muhammad cerita dalam Al-Qur’an adalah untuk menguatkan tekad nabi dalam perjuangan melawan musuh-musuh, yaitu kaum kafir dan musyrikin (Arifin, 2009:72)
Menindaklanjuti kondisi di atas yakni menjadikan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah menjadi model pelajaran yang menarik dan membantu tugas guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif Advance organizer. Salah satu model pembelajaran yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik adalah model pembelajaran Pendidikan Agama Islam konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah..
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
Diperlukan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah pada siswa kelas V di MI Nurul Huda 1 Miji dan MI Nurul Huda 2 Surodinawan Kota Mojokerto

C.     Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
Membuat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah pada siswa kelas V di MI Nurul Huda 1 Miji dan MI Nurul Huda 2 Surodinawan Kota Mojokerto

D.    Kajian Pustaka
1.      Teori Konstruktifistik
Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi (2005:70) bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya”. Menegaskan pendapat tersebut, Karli (2003:2) menyatakan konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan, peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan, selama siswa menerima pengetahuan baru.
Perolehan pengetahuan siswa diawali dengan diadopsinya hal baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, kemudian hal baru tersebut dibandingkan dengan konsepsi awal yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal baru tersebut tidak sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya. Pada kondisi ini diperlukan alternatif strategi lain untuk mengatasinya.
2.      Model Pembelajaran advance organizer
Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu.
Model pembelajaran advance organizer ini dikembangkan oleh David Ausubel, menurut David Ausubel model pembelajaran ini merupakan model belajar bermakna.
Menurut David Ausubel model pembelajaran advance organizer yaitu:
a.    Cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajar.
b.   Setiap pengetahuan (ilmu) mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari system pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam ilmu itu.
c.    Tujuan model pembelajaran advance organizer ini adalah untuk memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi baru.
Pada model Pembelajaran advance organizer, teknik pelaksanaannya pertama-tama guru menyajikan kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih spesifik. Kerangka umum (organizer) tersebut berfungsi sebgai penyusun yang mengorganisasikan semua informasi berikutnya yang akan diasimilasikan oleh siswa, sehingga siswa dapat menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya.
3.      Materi Pendidikan Agama Islam Madrasah
Materi Pendidikan Agama Islam di madrasah Aliyah meliputi: Al-Qur’an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam,[1] diajarkan masing-masing oleh seorang guru. Adapun pemetaaan mengenai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah aliyah, sebagaimana yang tertuang dalam peraturan menteri agama nomor 2 tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan madrasah. Secara umum, peraturan menteri ini mengatur tentang Standar kompetensi lulusan madrasah, standar kompetensi dan kompetensi dasar bahasa arab dan mata pelajaran agama untuk MI, MTs, MA dan MA program keagamaan dan struktur kurikulum pendidikan di madrasah. Sebagaimana penjelasan Standar kompetensi materi PAI di bawah ini:
a.      Al-Qur’an Hadits
Standar kompetensi materi Al-Qur’an Hadits meliputi; isi pokok al-Qur’an, fungsi, dan bukti-bukti kemurniannya, istilah-istilah hadis, fungsi hadis terhadap al-Qur'an, pembagian hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitasnya, serta memahami dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur'an dan hadis tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.     Akidah Akhlak
Standar kompetensi materi Akidah Akhlak meliputi; istilah-istilah akidah, prinsip-prinsip, aliran-aliran dan metode peningkatan kualitas akidah serta meningkatkan kualitas keimanan melalui pemahaman dan pengahayatan al-asma' al-husna serta penerapan perilaku bertauhid dalam kehidupan, istilah-istilah akhlak dan tasawuf, menerapkan metode peningkatan kualitas akhlak, serta membiasakan perilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela.
c.      Fikih
Standar kompetensi materi Fikih meliputi; sumber hukum Islam dan hukum taklifi, prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam, fikih ibadah, mu'amalah, munakahat, mawaris, jinayah, siyasah, serta dasar-dasar istinbat} dan kaidah usul fikih.
d.     Sejarah Kebudayaan Islam
Standar kompetensi materi Sejarah Kebudayaan Islam meliputi; sejarah dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, masalah kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, perkembangan Islam pada abad klasik/zaman keemaasan (650 - 1250 M), abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M –1800 M), masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Fakta kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan tokoh-tokoh Islam yang berprestasi dalam perkembangan sejarah kebudayaan/peradaban Islam (Lampiran Peraturan Menag No. 02 Tahun 2008, Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Madrasah Aliyah)
Pendidikan Agama Islam memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Al-Qur’an Hadits menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Asma’u al-Husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan mu’amalah yang benar dan baik. Aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah} dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan seni, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam (Lampiran Peraturan Menag No. 02 Tahun 2008, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (Kd)Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Madrasah Aliyah).
4.      Langkah-Langkah Metode Kisah/ Sejarah
Seorang guru dalam mengajarkan sejarah dapat mengikuti prosedur berikut:
a.      Apersepsi, Guru dapat memberikan apersepsi yang menarik perhatian anak untuk mendengarkan cerita. Misalnya guru menggunakan metode tanya jawab.
b.     Penyajian, Guru dalam menyajikan cerita sejarah hendaknya menggunakan gaya bahasa cerita, yaitu ia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)     Hendaknya guru menggunakan gaya bahasa yang menarik.
2)     Penyajian sejarah hendaknya secara periodisasi, yang setiap periodenya merupakan bagian yang tak terpisahkan dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memantapkan isi pokok dari masing-masing periode.
3)     Menulis judul periode pada papan tulis sebelum atau sesudah penyajian.
4)     Menuliskan nama-nama tokoh yang berperan dalam cerita yang diuraikan, agar nama-nama tersebut menjadi ingatan pelajar dan memudahkan mereka mengingatkannya.
5)     Dalam penyajian, guru harus memperhatikan usaha mengkongkretkan pengertian melalui mimic dan pantomimic agar tergugah perasaan siswa untuk mencintai dan meneladani tokoh pemeran sejarah tersebut.
c.      Korelasi, Menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah dengan realisasi kehidupan sekarang dan topik-topik pendidikan agama yang lain, ataupun dengan bidang studi lainnyabila ada kesempatan. Di samping itu, guru juga harus mengaitkan sejarah dengan kehidupan modern, guna menggerakkan kecenderungan yang kuat pada diri siswa untuk memiliki semangat kehidupan masyarakat muslim yang sejahtera.
d.     Kesimpulan, Guru menyuruh agar siswa-siswa mengulang cerita, dan menanyakan kepada mereka peristiwa-peristiwa, periode demi periode. Setelah itu guru mencatat di papan tulis pokok-pokok kesimpulan dari setiap periode sebagai ihtisar.Dalam hal ini termasuk rangkuman-rangkuman nilai-nilai luhur, moral, dan ajaran-ajaran yang berkesan dengan disertakan sedikit penjelasan tentang keteladanan serta saran-saran yang berguna.
e.      Evaluasi, Guru mengadakan diskusi dengan siswa mengenai semua materi yang baru diberikan untuk mengetahui sampai dimana mereka dapat menguasai pelajaran, atau dapat juga merekadisuruh menulis bagian-bagian pelajaran yang mengandung nilai moral, atau mendramatisasikan di depan kelas atau di pentas yang tersedia, atau menyuruh siswa menuliskan perasaa mereka terhadap tokoh sejarah dan sejauh mana mereka terpengaruh dengan kepribadian dan tingkah laku tokoh tersebut. Dapat juga guru menyuruh beberapa siswa mengulangi cerita tersebut dalam bentuk yang baik, yang dapat merangsang semangat kompetisi positif dikalangan siswa sendiri.
f.       Alat-alat peraga, Hendaknya guru menyiapkan bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya bilamana perlu. Dalam menguraikan peristiwa hijrah nabi misalnya, guru dapat menggunakan slide atau film kalau tersedia, memperdengarkan rekaman tentang drama yang sering diputar di pemancar radio pada hari-hari besar Islam seperti maulid, hijrah ataupun Isra’ Mi’raj. Mungkin juga dapat diambilkan naskah/pita kaset dari pemancar-pemancar yang ada.Atau salah seorang siswa disuruh merekamnya dari salah satu pemancar yang dapat ditangkap di daerah tersebut (Muhammad, 2008:172)

E.     Metode Penelitian
1.      Pengembangan Model
Pengembangan Model meliputi tujuh prosedur, yaitu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk(6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.
2.      Tahapan Pemodelan
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (dalam, Trianto, 2007: 61). Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut. Urutan perencanaan dan pengembangan ditunjukkan pada gambar berikut:
3.      Uji Coba Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria). Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
4.      Subjek Uji Coba
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, adalah :
a)     Siswa
b)     Ahli, dan
c)      Guru / Mitra Bestari
F.     Analisis Data
1.    Analisis Data Validasi Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah Oleh Ahli
Analisis dilakukan dengan membandingkan setiap komponen yang merupakan indikator dengan standar skor minimum. Skor batas minimum tersebut adalah 21. Indikator dengan skor 20 ke bawah harus direvisi.
Hasil analisis kualitas Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah di atas dapat disimpulkan bahwa RPP/ Skenario Pembelajaran sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah tidak ada yang kurang dari 3,0. Pada peilaian ini tidak ada saran untuk revisi.
Hasil analisis kualitas Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah tidak ada yang kurang dari 3,0. Dan tidak ada saran dan komentar untuk Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah ditanggapi sebagai berikut.
2.    Analisis Data Validasi Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah oleh Siswa
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.61, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.30.
 Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan beberapa penggantian seperti berikut.
a.      Memperbaiki penggunaan sumber dalam menerapkan model
b.     Mengubah cara evaluasi dalam penggunaan model
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.64, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.27.
Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan beberapa penggantian seperti berikut.
a.      Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya

G.    Verifikasi/Revisi Produk
1.      Revisi
a.      Memperbaiki penggunaan sumber dalam menerapkan model
b.     Mengubah cara evaluasi dalam penggunaan model
c.      Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya
Produk produk yang sudah direvisi dianggap valid, karena sudah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris. Beberapa hal perlu digarisbawahi tentang produk yang telah direvisi ini adalah sebagai berikut.
a.  Produk bisa digunakan untuk pembelajaran mandiri maupun secara klasikal
b.  Pembelajaran yang efektif terjadi bila hubungan guru dan siswa baik dengan didukung media yang tepat. Sebaliknya apabila hubungan guru dan siswa tidak baik, teknik mengajar apapun dengan berbagai macam strategi bagaimanapun baiknya tidak akan berguna. (Djamarah, 2006:7)
c.   Hubungan yang baik antara guru dan siswa serta media yang menarik merupakan jembatan menuju kehidupan bergairah siswa, mengetahui minat siswa, dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hubungan yang baik ini memudahkan pengelolaan kelas dan meningkatkan kegembiraan.
d.  Kualitas produk yang dikembangkan dapat digolongkan tinggi atau baik. Kualitas ini diperoleh dari komentar yang disampaikan oleh peserta uji coba secara langsung maupun lewat angket. Adapun alasan yang disampaikan sangat bervariasi diantaranya pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak membosankan, memberi motivasi, dapat mengulang-ulang apabila belum paham, dan yang jelas menciptakan suasana yang baru dengan yang biasa.
e.   Manfaat lain dari penggunaan produk ini adalah dapat meringankan beban guru saat mengajar, seperti mengulang materi yang belum bisa dipahami, menulis di papan tulis, maupun menjawab pertanyaan siswa tentang tulisan yang belum jelas. Guru yang memiliki kemampuan penguasaan kelas yang lemah juga akan terbantu dengan pemanfaatan media ini.
f.   Efek psikologis dari pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah ini dapat menjadi tantangan bagi guru bidang studi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam maupun bidang studi lain untuk mengembangkan sendiri materi-materi yang lain dengan Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah. Hal ini sejalan dengan tuntutan profesionalitas guru.

H.    Kesimpulan
Hasil penelitian Implementasi pengembangan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah pada Siswa Kelas V di MI Nurul Huda 1 Miji dan MI Nurul Huda 2 Surodinawan Kota Mojokerto ini telah melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah (1) melakukan analisis kebutuhan; (2) menentukan kompetensi dan model pembelajaran; (3) merumuskan judul, SK, dan KD; (4) menyusun program produk; (5) memvalidasi, uji coba produk dan merevisi. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.       Produk yang direvisi berdasarkan hasil uji teoritis maupun empiris adalah: Revisi oleh Siswa berdasarkan angket : (1) memperbaiki penggunaan sumber dalam menerapkan model (2) Mengubah cara evaluasi dalam penggunaan model (3) Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya.
2.      Produk yang dikembangkan menarik untuk pembelajaran di kelas secara klasikal dan secara mandiri.
3.      Produk produk ini dapat meringankan beban guru dalam mengajar.
4.      Hasil dari validasi ahli dan uji coba, Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah ini layak digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5.      Produk yang dikembangkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan motivasi merupakan salah satu syarat dari terlaksananya model pembelajaran produktif.

I.      Saran-Saran
Berdasar simpulan dari penelitian ini, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.
1.      Produk Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah ini dapat dikembangkan oleh para pendidik khususnya guru Pendidikan Agama Islam sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, memotivasi siswa dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah yang lebih menarik.
2.      Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah bisa digunakan untuk pembelajaran mandiri maupun secara klasikal.
3.      Model Pembelajaran Konstruktivistik dengan advance organizer bermetode kisah ini dapat dikembangkan dan di diseminasikan kepada para pendidik khususnya guru Pendidikan Agama Islam sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, memotivasi siswa dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
4.      Penggunaan produk ini adalah dapat meringankan beban guru saat mengajar, seperti mengulang materi yang belum bisa dipahami, menulis di papan tulis, maupun menjawab pertanyaan siswa tentang tulisan yang belum jelas. Guru yang memiliki kemampuan penguasaan kelas yang lemah juga akan terbantu dengan pemanfaatan model ini.

J.      Daftar Pustaka
Adnyana, Gede Putra. (2011). Model Konstruktivistik Dalam Pembelajaran. http://www.psb-psma.org/content/blog/4009-model-konstruktivistik-dalam-pembelajaran, diakses tanggal 12 Januari 2015.
Akker, J. (1999) Principles and Methods of Development Research. Dalam Plomp, T., Nieveen, N., Gustafson, K., Branch, R.M. dan Van Den Akker, J. (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher
Arends, R. (1997). Classroom Instructional and Management. New york: McGraw Hill Comapanies.
Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,Jakarta: Ciputat Pers
Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.
Arifin, (2009). Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Jakarta: PT Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bakhtiar, Nurhasanah, (2013). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta : Aswaja Pressindo
Berns Robert G, (2001).” Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy”. VOL 5:1-8.
Degeng, I. N. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokratisasi. Makalah Seminar Regional, di Universitas PGRI Surabaya: 19 April 2000.
Gay, LR. (1987). Research in Education. New York: McGraw-Hill Book
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Koohang Alex, dkk. (2009). “E-Learning and Constructivism: From Theory to Application”. Vol 5 : 90-109.
Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaran (mengembangkan kompetensi guru), Bandung. Remaja Rosdakarya,
Miftahul Huda. (2011) Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Morrison, G., Ross, S., & Kemp, J. (2001). Design effective instruction. New York: John Wiley & Sons
Muhammad, Muhammad Abdul Qadir, (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Rineka Cipta
Napsin Palisoa. (2007). Strategi Advance organizer dalam pembelajaran kimia. Diakses dari http://www.edel.edu/chem/napasin/finalrpt.html. pada tanggal 4 januari 2012, jam 8.30 wib
Nasution. (1995), Mengajar Dengan Sukses, Bumi Aksara,. Jakarta.
Oemar Hamalik, (1999). Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara: Jakarta,
Plomp, Tj. (1994). Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente
Prasetya Irawan,. (1997) Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Pekerti). Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Ramayulis, (2005) Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of Instructional Design and Development.
Robert E. Slavin, (2005), Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.
Ross, S. M., & Morrison, G. R. (1996). Experimental research methods. Handbook of research for educational communications and technology: A project of the association for educational communications and technology, 1148-1170.
Seels, B., & Richey, R. (1994). Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Stefano Guzzini. (2000). “A Reconstruction Of Constructivism In International Relations”. European Journal of International Relations, Vol. 6(2): 147–182. http://www.arts.ualberta.ca/~courses/PoliticalScience/661B1/documents/GuzziniReconstructionofConstructivisminIR.pdf, diakses pada 14 Januari 2015.
Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma. Pustaka.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suparman, A. 2001. Desain instruksional. Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, Departemen Pendidikan Tinggi.
Suprijono. Agus. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tessmer, Martin. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page.
van den Akker J., dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York: Routledge.
Wang H, Li J, Bostock RM, Gilchrist DG. (1996). Apoptosis: A Functional Paradigm for Programmed Plant Cell Death Induced by A Host- Selective Phytotoxin and Invoked During Development. Plant Cell 8: 375–391.



No comments:

Post a Comment