Wednesday, 21 February 2018

Implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits

Implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto
Salim Ashar

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

*Koresponden penulis: salim_02@jurnal.stitradenwijaya.ac.id


Abstract
The problems in this research are: How is the description of the application of authentic assessment in learning Al Qur'an Hadits in MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto ?. How Efforts made by the teacher in applying authentic assessment in learning Al Qur'an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto ?. What are the factors that support and obstruct efforts to improve the application of authentic assessment in the study of Al Qur'an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto ?. This type of research is field research (field research) in the form of descriptive qualitative research. Instrument used in this research is interview. Therefore, the presence of researchers directly as a benchmark for success to understand the cases studied, so that the involvement of researchers directly and actively with informants and / or other data sources here is absolutely necessary. The results of the research indicate that: 1) the application of authentic judgment in learning Al Qur'an Hadith refers to the assessment of attitude competence through observation, self assessment, peer evaluation by learners and journals, knowledge through written test, test, and assignments, skills through performance appraisals, ie assessments that require learners to demonstrate a particular competence using practice tests, projects, and portfolio assessments. 2) Teachers' efforts in applying authentic judgments in Al Qur'an learning Hadith based on field observations indicate that the scoring system used by teachers generally still uses paper and pencil tests of a small percentage of authentic assessments made by teachers in the form of classroom assessments through performance appraisals, portfolios , product, project, written, and self-assessment. 3) Supporting factors to increase the application of authentic assessment in learning Al Qur'an Hadith: (1) competence possessed by teachers, (2) students' readiness, (3) leadership pattern of headmaster, (4) realization of conducive learning environment, 5) the existence of a laboratory of worship, and (6) the existence of extra-curricular activities. And the inhibiting factors: (1) the lack of socialization of the curriculum of 2013, especially among teachers, given the inadequate timeframe, hastened impression of the national policy on curriculum change from KTSP into the curriculum of 2013, (2) an Hadith is only 3 hours during the week, mainly to measure students' competence achievement in the affective domain, (3) the number of students in one class is big enough, and (4) less optimal participation of parents of learners.

Keywords: penilaian otentik, Al Qur’an Hadits 



A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang berkelanjutan, terus menerus dan berlangsung seumur hidup (long live education) dalam rangka mewujudkan manusia dewasa yang sempurna (insàn kàmil), yaitu manusia yang mampu mengemban tugas sebagai khalifah fi al ardl serta menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya yang menjunjung tinggi dan memegang teguh norma-norma agama dalam kehidupan sehari-hari.[1]Menurut Sihombing dan Indardjo menaytakan bahwa pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang bermutu atau berkualitas. Kualitas pendidikan tersebut meliputi (1) produk pendidikan yang berupa lulusan yang dihasilkan; (2) proses pendidikan; dan (3) kontrol terhadap sumber-sumber pendidikan yang ada. Oleh karena itu, berbagai langkah perlu ditempuh dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, termasuk di antaranya adalah inovasi desain sistem penilaian pembelajaran. [2]Pendidikan yang diselenggarakan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang menuntut adanya pergeseran pemikiran tentang paradigma pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran yang bersifat ekspository diubah menjadi paradigma pembelajaran yang bersifat inquiry. Atau dari model pengajaran teacher centered diubah menjadi student centered. Agar mencapai hasil yang optimal, maka proses pembelajaran harus direncanakan, dilaksanakan secara fleksibel, bervariasi, interaktif, inspiratif, menarik, dan menantang peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik untuk berkreasi dan berimprovisasi dalam proses pembelajaran.[3] Selain hal tersebut, pembelajaran yang baik juga harus dievaluasi dengan menggunakan sistem yang baik pula.
Berkaitan dengan fenomena tersebut, pemerintah berupaya merubah paradigma pendidikan nasional melalui berbagai undang-undang dan peraturan-peraturannya, khususnya yang berkaitan dengan standar nasional pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 dinyatakan bahwa  "Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik yang berupa kompetensi lulusan."[4] Dalam implementasi standar penilaian tersebut, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab guru merupakan ujung tombak pelaksana teknis dalam proses penilaian. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan dengan hasil belajar yang diinginkan seharusnya dimulai dari peningkatan kemampuan dan keterampilan guru atau guru dalam hal penilaian pembelajaran. Salah satu kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki adalah bagaimana merancang dan melaksanakan suatu strategi penilaian yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai peserta didik.
sebagaimana pendapat Santyasa sebagai berikut: Sistem penilaian tersebut pada dasarnya muncul dari perubahan paradigma pembelajaran dan merupakan hasil refleksi terhadap eksistensi paradigma lama yang mengalami anomali menuju paradigma baru yang dihipotesiskan mampu memecahkan masalah. Paradigma tersebut diduga kurang mampu memfasilitasi peserta  didik untuk siap terjun di masyarakat. [5]Sedangkan paradigma pembelajaran kekinian yang dianggap hasil gagasan baru adalah; (1) peran guru lebih sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar; (2) jadwal tatap muka fleksibel, terbuka sesuai kebutuhan; (3) belajar diarahkan oleh peserta didik sendiri; (4) belajar berbasis masalah, proyek, dunia nyata, dan tindakan nyata; (5) perancangan dan penyelidikan; (6) kreasi dan investigasi; (7) kolaborasi; (8) fokus masyarakat; (9) komputer sebagai alat; (10) presentasi media dinamis; dan (11) penilaian kinerja yang komprehensif. Paradigma pembelajaran tersebut diyakini mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kecakapan hidup agar siap di masyarakat. [6]MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto merupakan salah satu perguruan tinggi pencetak siswa menjadi insan yang handal di mana para guru telah berusaha mengembangkan model pembelajaran dan model penilaian inovatif, termasuk di antaranya adalah penilaian otentik.Dari berbagai kenyataan diatas, dapat dilihat bahwa ternyata pemberlakuan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto belum berjalan sesuai harapan sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits. Sehingga, dari berbagai permasalahan itu penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits Di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto”.B.     Fokus Kajian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan fokus kajian sebagai berikut1.    Bagaimana implementasi penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto?
2.    Bagaimana Upaya yang dilakukan oleh Guru dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto?
3.    Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat upaya peningkatan penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto?
C.     Tujuan Kajian
Berdasarkan fokus kajian, maka kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:1.    Mendeskripsikan implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto.
2.    Mendeskripsikan implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto
3.    Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto
D.    Manfaat Kajian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:1.  Secara teoristis, penelitian ini akan memberikan sumbangsih pemikiran baru tentang pengembangan pendidikan Islam di madrasah.
2.  Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak tertentu, yaitu guru, kepala Madrasah dan Peneliti sejenis.
E.     Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Jadi prosedur penelitian ini, akan menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena secara apa adanya. [7]Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian, digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: Observasi (observation) atau pengamatan[8] [9], Wawancara [10] dan Dokumentasi. [11]
Analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasar analisis deskriptif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Mile dan Huberman. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan[12].
F.     Pembahasan
1.   Penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto.
Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi memiliki hubungan yang sangat terkait. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, dan pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi.  Sebelum pengukuran dilakukan penilaian karena pengukuran adalah pemberian angka yang memberikan arti secara kuantitatif saja.  Suatu hasil penilaian baik penilaian proses maupun hasil sangat diperlukan dalam melakukan evaluasi, karena terkait kebutuhan untuk membuat keputusan.  Pelaksanaannya penilaian secara otentik ini bisa menggunakan berbagai jenis dan varian penilaian diantaranya adalah: 1) tes standar, 2) tes buatan, 3) anekdotal rekord, 4) activity report, 5) skala sikap, 6) catatan tindakan, 7) konsep dan desain pekerjaan, 8) tugas individu, 9) tugas kelompok, 10) diskusi, 11) wawancara, 12) catatan observasi, 13) peta perilaku, 14) portofolio, 15) kuesioner, dan 16) pengukuran sosiometri (Santoso, 2004).2.   Upaya Guru dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo MojokertoHasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar penilaian pendidikan. Selanjutnya dikatakan oleh beberapa informan, yaitu:Ketika mengikuti pembelajaran Al Qur’an Hadits, yang dilakukan oleh guru adalah sebelum menyampaikan materi pembelajaran yang baru, beliau pasti menanyakan kepada kami dengan beberapa pertanyaan, baru setelah itu dilakukan, selanjutnya menyampaikan materi pembelajaran kepada kami. Dalam kegiatan penyampaian materi pembelajaran, beliau selalu memperhatikan segala aktivitas kami dalam pembelajaran dengan seksama. Dan sebelum jam pembelajaran berakhir pasti beliau mengajukan pertanyaan lagi kepada kami dan tidak lupa juga selalu mengiringi dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.Penerapan penilaian autentik yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto adalah menilai input yaitu pada awal proses pembelajaran Al Qur’an Hadits, guru melakukan kegiatan pretes, selanjutnya setelah pretes dilakukan, guru menyampaikan materi pembelajaran dengan variasi metode pembelajaran yang digunakan, sekaligus juga mengamati secara seksama aktivitas yang ditunjukkan oleh setiap peserta didik melalui kecermatan pengamatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan ini dilakukan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits, termasuk pada penilaian proses. Dan sebelum berakhirnya jam pembelajaran, pasti guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits melakukan postes dengan memberikan beberapa pertanyaan dan selanjutnya dalam rangka penguatan dan pengembangan materi pembelajaran sekaligus untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi psikomotorik, guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah, dan hasilnya dikumpulkan pada pertemuan yang akan datang. Kegiatan penilaian ini termasuk penilaian output.Penailaian input yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan secara lisan kepada peserta didik sebelum memulai menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada hari itu. Tes bentuk lisan adalah tes yang dipergunakan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Penilaian proses yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto adalah terutama berkaitan dengan sikap peserta didik. Penilaian kompetensi sikap ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik. Dalam konteks kurikulum 2013 ini, sikap yang dimaksudkan adalah sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik. Kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi inti, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2 (KI 2) untuk sikap sosial. Penilaian sikap yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto melalui pengamatan yang berkesinambungan misalnya; disiplin datang ke sekolah, disiplin menaati aturan-aturan, disiplin dan perhatian dalam mengikuti pembelajaran, disiplin dan kejujuran mengerjakan tugas, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, meminta maaf atas suatu kesalahan, menunjukkan empati, menanggapi perbedaan pendapat, kerajinan, kemandirian, keobjektivan dalam melihat dan memecahkan masalah, etika berinteraksi dengan guru atau antar peserta didik, kerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok, dan lain sebagainya.3.   Faktor pendukung dan penghambat penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokertoa.   Faktor PendukungDalam penerapan penilaian autentik ada beberapa faktor pendukung yang menguatkan untuk bagaimana kegiatan penilaian dimaksud dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana dikatakan oleh beberapa informan: Ketika penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits dilakukan, ada beberapa faktor yang mendukung kegiatan penilaian itu, sehingga bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, yaitu; (1) kompetensi yang dimiliki oleh guru, (2) kesiapan peserta didik, (3) pola kepemimpinan kepala sekolah, (4) terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif, (5) adanya laboratorium ibadah, dan (6) adanya kegiatan ekstra kurikuler. Faktor-faktor inilah yang mendukung pada pelaksanaan kegiatan penilaian autentik pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits, tentunya akan menentukan keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi yang dimiliki peserta didik baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dapat ditegaskan bahwa faktor pendukung penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto adalah (1) profesionalisme guru, (2) kesiapan peserta didik, (3) pola kepemimpinan kepala sekolah, (4) penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, (5) adanya laboratorium ibadah, dan (6) adanya kegiatan ekstra kurikuler.Kesiapan belajar peserta didik di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto cukup tinggi, karena memang mereka rata-rata memiliki kemampuan cukup baik. MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto dianggap oleh kebanyakan orang terutama di Kabupaten Pamekasan merupakan satuan pendidikan yang berkualitas, favorit, dan tertua untuk satuan pendidikan menengah pertama. Banyak prestasi akademik maupun non akademik yang diraih oleh peserta didiknya baik tingkat regional, nasional, maupun internasional. Di samping itu, MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto merupakan eks RSBI. Sudah barang tentu, kondisi nyata seperti ini berpengaruh pada minat dan kemauan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto. Sehingga persaingan untuk mengikuti seleksi penerimaan peserta didik baru sangat ketat dan kompetitif. Raw input di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto cukup bagus, hal ini akan berpengaruh pada adanya kesiapan belajar yang tinggi dari peserta didik yang ada di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto.Pola kepemimpinan yang dikembangkan oleh kepala MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto cukup kondusif bagi para guru untuk mengembangkan inovasi dan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran. Para guru diberikan keleluasaan yang sebesarnya-besarnya untuk mengembangkan inovasi dan kreativitasnya, sehingga diantara guru berkompetitif untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah memberikan dukungan penuh termasuk penyediaan anggaran sesuai dengan kemampuan sekolah bagi guru untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah berpandangan, ketika kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru cukup tinggi, maka akan berpengaruh pada kualitas pendidikan di sekolah terutama pada pencapaian visi dan misi sekolah.Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto cukup nampak. Hal ini nampak bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru jauh dari kebisingan, sehingga suasana pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru cukup kondusif, suasana pembelajaran cukup dinamis, adanya komunikasi interaktif antara guru dengan peserta didik, adanya media pembelajaran yang memadai, dan penataan lingkungan sekitar yang cukup asri.Adanya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai merupakan tuntutan bagi semua satuan pendidikan. Di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto sarana dan prasarana pendidikan yang ada cukup memadai, termasuk adanya laboratorium ibadah yang berupa bangunan musholla yang ada di sekolah. Ini cukup penting dan berarti terutama bagi guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits. Ketika ingin membiasakan sikap sosial dan spiritual peserta didik diperlukan sarana ini, misalnya; dalam membiasakan sholat berjemaah untuk menjadi kebiasaan keseharian peserta didik, maka perlu diciptakan dan dibiasakan sholat berjemaah bersama pada sholat dhuhur di sekolah.Guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits yang ada di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto mengembangkan dan mengayakan materi pembelajaran Al Qur’an Hadits dengan kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler yang dikembangkan adalah kegiatan rutin pengajian tiap-tiap kelas yang dilakukan setiap minggu sekali secara bergiliran di rumah peserta didik. Kegiatan ini mengayakan dan mengembangkan sikap spiritual dan sosial peserta didik yang perlu dibiasakan melalui membaca dan menerjemahkan beberapa ayat-ayat al-Quran secara bergantian, memandu acara secara bergantian, membiasakan sikap kesetiakawanan dan silaturrahmi, menumbuhkan semangat mengamalkan perilaku spiritual dan sosial dalam kehidupan sehari- hari, dan menerima tambahan wawasan serta pengetahuan tentang materi keislaman yang diberikan oleh penceramah baik penceramah yang diperankan oleh guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits ataupun mengundang orang lain/penceramah dari luar sekolah.Profesionalisme guru menjadi salah satu faktor pendukung penerapan penilaian autentik, sebab memang guru yang profesional adalah seorang guru yang seharusnya memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran serta juga memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan kegiatan penilaian dalam pembelajaran dengan sebaik-baiknya.b. Faktor penghambatFaktor penghambat penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto adalah (1) kurangnya sosialisasi kurikulum 2013, terutama di kalangan para guru, mengingat rentang waktu yang kurang memadai, terkesan terburu-buru tentang kebijakan nasional mengenai perubahan kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013, (2) alokasi waktu pembelajaran Al Qur’an Hadits hanya 3 jam selama seminggu, terutama untuk mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik pada ranah afektif, (3) jumlah peserta didik dalam satu kelas cukup besar antara 30-35 orang, terutama ketika melakukan pengamatan secara cermat dan personal mengalami kesulitan dengan jumlah peserta didik yang cukup besar, dan (4) kurang optimalnya partisipasi orang tua peserta didik, terutama berkaitan dengan ketauladanan serta pembiasaan sikap spiritual dan sosial yang sudah dilakukan di sekolah belum secara optimal bersinergi ketika peserta didik ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.Perubahan kurikulum sebagai upaya untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas pendidikan haruslah dipandang dengan sikap positif. Perubahan kurikulum haruslah dipandang sebagai kegiatan evaluasi dan penyempurna terhadap kurikulum yang dilaksanakan belum mampu mencapai tujuan pendidikan sebagaimana menjadi cita-cita dan keinginan bersama dari semua pihak. Tentunya ketila terjadi perubahan kurikulum, perlulah dan memiliki arti penting agar juga disosialisasikan secara cukup dan menyeluruh kepada semua guru. Guru sebagai ujung tombak pendidikan, perlu memiliki pemahaman yang utuh baik pada orientasi filosofis maupun operasional tentang kurikulum itu. Sebab kurikulum memiliki kedudukan sentral dan penting dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi, dan proses pendidikan. Kurikulum menjadi barometer bagi kebermaknaan pendidikan. Pendidikan akan dikatakan bermakna, bila kurikulum yang digunakan relevan (terkait) dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial budaya kepada peserta didik sebagai generasi penerus. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir kritis.  G.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:1.   Penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits di MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto mengacu kepada penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal, pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan, keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.2.   Upaya Guru dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sistem penilaian yang digunakan oleh guru umumnya masih menggunakan paper and pencil test sedikit prosentasenya penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui penilaian kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri.3.   Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat upaya peningkatan penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits MTs Salafiyah Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto. a. Faktor Pendukung: (1) kompetensi yang dimiliki oleh guru, (2) kesiapan peserta didik, (3) pola kepemimpinan kepala sekolah, (4) terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif, (5) adanya laboratorium ibadah, dan (6) adanya kegiatan ekstra kurikuler. b. Faktor Penghambat: (1) kurangnya sosialisasi kurikulum 2013, terutama di kalangan para guru, mengingat rentang waktu yang kurang memadai, terkesan terburu-buru tentang kebijakan nasional mengenai perubahan kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013, (2) alokasi waktu pembelajaran Al Qur’an Hadits hanya 3 jam selama seminggu, terutama untuk mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik pada ranah afektif, (3) jumlah peserta didik dalam satu kelas cukup besar antara 30-35 orang, terutama ketika melakukan pengamatan secara cermat dan personal mengalami kesulitan dengan jumlah peserta didik yang cukup besar, dan (4) kurang optimalnya partisipasi orang tua peserta didik, terutama berkaitan dengan ketauladanan serta pembiasaan sikap spiritual dan sosial yang sudah dilakukan di sekolah belum secara optimal bersinergi ketika peserta didik ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.




[1] Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 286.
[2] Sihombing dan Indardjo, Pembiayaan Pendidikan (Jakarta: Balitbang, 2003), 7.
[3]Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 179 – 198.
[4] Sekretariat Negara RI, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta, www.indonesia.go,id, 2006), 5.
[5]I Wayan Santyasa, "Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi Nature of Science", Makalah disajikan pada seminar SMAN 2 Semapura Tanggal 27 Desember 2006, 4.
[6] Ibid., 5.
[7] Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 18.
[8] Ibid, hal. 220
[9] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal..
[10] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 108.
[11] Suharsimi Arikunto, op cit, hal 236
[12] Mattew B. Meles, dkk., Analisa Data Kualitatif, (Jakarta: UI-Press, 1993), hal. 16. 


No comments:

Post a Comment