Pengembangan model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang
Achmad Padia*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden penulis: padi_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id
Abstract
To develop self-regulated learner capable of empowering critical thinking ability, student centered paradigm is more appropriate. The purpose of the development of Self-regulated learning model to improve students' learning achievement in the subjects of Islamic Religious Education are: 1) Describe the learning model of self-regulated learning based learning model that has been applied in SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang 2) Describe the product feasibility Learning model Self-regulated learning to improve student's learning achievement on Islamic Education subject in Class VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang 3) Knowing the use of Self-regulated learning model can improve student's learning achievement on Islamic Education subject in Class VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang. From the results of this development research can be concluded: 1) The developed product is interesting for classroom learning in class and independently. 2) This product product can ease the burden of teacher in teaching. 3) The result of expert validation and pilot, Self-regulated learning model to improve student's learning achievement on Islamic Education subject is suitable for Islamic Religious Education (PAI) subject. 4) The developed product can improve students' learning motivation, and motivation is one of the requirements of the implementation of productive learning model. 5) The developed product can improve the students' learning ability from the three classes of experiments experience the improvement of the completeness of Class VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang the average value of Pre test 73.66 increased on the test post 87.80 while the percentage of pre-test completeness is 75.61% increased to 92.68% . Junior high school students Darul Ulum Tapen Kudu Jombang the average value of Pre test 70.49 increased on the test post 87.80 while the percentage of pre-completion test is 68.29% increased to 92.68% and students of Class VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang known that the average value of Pre test 75.71 increased in the test post 87.22 while the percentage of pre-test completeness was 77.14% increased to 88.89%. So, it can be concluded that this media deserve to disseminate as one of learning strategy.
Keywords: Self-regulated learning, learning achievement, Islamic education
TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak yang besar pada berbagai bidang kehidupan, salah satunya yaitu bidang pendidikan, atau pembelajaran. Pada proses pembelajaran, komputer telah dilibatkan sebagai sarana pembelajaran. Munculnya teknologi baru dan internet telah membuka berbagai peluang baru untuk meningkatkan pembelajaran. Dacanay (2010) menyebut integrasi ICT dalam pendidikan telah diakui sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan pembelajaran. Dewasa ini telah berkembang media pembelajaran berbantuan komputer hampir dalam setiap mata pelajaran. Komputer memiliki peran sebagai media pembantu atau penunjang dalam proses pembelajaran. Pada saat ini sekolah telah mempunyai fasilitas yang memadai (seperti laboratorium komputer dan infokus), namun penggunaanya belum maksimal. Hal ini terjadi pula di SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang. Untuk itu guru harus dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Dengan menggunakan teknologi (seperti software yang telah banyak diciptakan) untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Sanaky, 2009).
Dalam hal ini guna memanfaatkan dan memaksimalkan fasilitas sekolah, perlu dikembangkan Multimedia Interaktif Berbasis SRL (Self Regulated Learning). Multimedia Interaktif berbasis SRL (Self Regulated Learning) merupakan multimedia yang dimana dalam penggunaanya memberikan peluang kepada siswa untuk belajar sendiri untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu didalam Multimedia Interaktif disajikan pertanyaan-pertanyan yang merujuk ke isi pelajaran sehingga siswa tertarik dan ingin memecahkan pertanyaa-pertanyaan lewat sajian yang ada di Multimedia Interaktif yang dikembangkan yang dikemas dalam penyajian yang menarik, inovatif dan interaktif. Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang wajar di alami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam pengembangan ilmu.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan dengan baik. Berangkat dari hal tersebut multimedia interaktif berbasis SRL (Self Regulated Learning) dalam kelas dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses komunikasi di dalam pembelajaran akan lebih bermakna (menarik minat siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami, dan mengelola materi karena penyajiannya yang interaktif serta menggunakan pendekatan SRL), jika memanfaatkan berbagai media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran.
Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Ellianawati, (2010) tentang penerapan model pembelajaran SRL (Self Regulated Learning) pada mata kuliah Optik, ternyata mampu membuat kenyamanan belajar dan motivasi berkompetisi yang positif sehingga pencapaian pembelajaran lebih baik. Penelitian lebih lanjut kembali dilakukan oleh Ellianawati, (2012) tentang penerapan model pembelajaran yang diaplikasikan lewat media pembelajaran ternyata penggunaan media pembelajaran berbasis SRL (Self Regulated Learning) mampu meningkatkan pemahaman dan pencapaian prestasi belajar yang cukup signifikan pada mata pelajaran Fisika Matematik. Milovanovic et al (2013) menjelaskan dalam penelitiannya Application Of Interactive Multimedia Tools In Teaching Mathematics-Examples Of Lessons From Geometry penggunaan Multimedia Interaktif dalam pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran baik secara teoritis, praktis dan pengetahuan visual dari pada tidak menggunakan Multimedia Interaktif. Penggunaan media dalam suatu proses pembelajaran secara tepat guna dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran membutuhkan media yang menarik dan tepat guna.
Pembelajaran PAI secara umum masih berkaitan erat dengan aspek kognitif, dengan penilaian tersendiri dan selama ini dominan sebagai alat evaluasi untuk menentukan angka ketuntasan. Sehingga guru hanya menjelaskan pendidikan agama yang sifatnya teori saja namun kurang memperhatikan pada penerapannya pada kehidupan sehari-hari peserta didik. Persoalannya terletak pada masih kurangnya jangkauan pendidikan di sekolah hingga mencapai ranah afektif dan psikomotorik. Dengan menekankan ranah afektif dapat membimbing peserta didik dalam upaya penanaman iman dan takwa serta pembiasaan akhlak mulia.
Menindaklanjuti kondisi di atas yakni menjadikan model pembelajaran berbasis Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi model pelajaran yang menarik dan membantu tugas guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik adalah model pembelajaran berbasis Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dari latarbelakang diatas penulis dalam penelitian ini mengajukan judul penelitian “Pengembangan model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model pembelajaran berbasis Self-regulated learning di SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang?
2. Bagaimana Kelayakan produk model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran Self-regulated learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan model pembelajaran berbasis Self-regulated learning yang selama ini diterapkan di SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang
2. Mendeskripsikan Kelayakan produk model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang
3. Mengetahui penggunaan model pembelajaran Self-regulated learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang
D. Kajian pustaka
1. Model pembelajaran Self-regulated learning
Self-regulated learning (SRL) adalah pembelajaran yang dPAIndu oleh metakognisi (berpikir tentang pemikiran seseorang), aksi strategis (perencanaan, monitoring, dan evaluasi kemajuan pribadi terhadap standar), dan motivasi untuk belajar. (Butler & Winne, 1995; Winne & Perry, 2000; Perry, Phillips, & Hutchinson, 2006; Zimmerman, 1990; Boekaerts & Corno, 2005.)
Self-regulated learning menekankan otonomi dan kontrol oleh individu yang memantau, mengarahkan, dan mengatur tindakan menuju tujuan akuisisi informasi, keahlian berkembang, dan perbaikan diri "(Paris dan Paris 2001). Secara khusus, peserta didik Self-regulated learning yang menyadari kekuatan dan kelemahan akademik mereka, dan mereka memiliki repertoar strategi mereka dengan tepat berlaku untuk mengatasi hari-hari tantangan tugas akademik. Peserta didik ini memegang keyakinan tambahan tentang kecerdasan (sebagai lawan entitas, atau kecerdasan tetap) dan atribut keberhasilan atau kegagalan faktor (misalnya, usaha yang dikeluarkan pada tugas, penggunaan efektif strategi) mereka dalam kendali mereka (Dweck & Leggett, 1988 ; Dweck, 2002).
Akhirnya, siswa dalam Self-regulated learning percaya bahwa kesempatan untuk melakukan tugas yang menantang, praktek pembelajaran mereka, mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, dan mengerahkan usaha akan menimbulkan keberhasilan akademis (Perry et al., 2006). Pada bagian, karakteristik ini dapat membantu menjelaskan mengapa peserta didik Self-regulated learning biasanya menunjukkan rasa tinggi self-efficacy (Pintrich & Schunk, 2002). Dalam psikologi pendidikan sastra, peneliti telah menghubungkan karakteristik ini untuk sukses dalam dan di luar sekolah (Corno, et al, 2002;. Pintrich, 2000; Winne & Perry, 2000).
Cukup diatur peserta didik berhasil karena mereka mengendalikan lingkungan belajar mereka. Mereka melakukan kontrol ini dengan mengarahkan dan mengatur tindakan mereka sendiri ke arah tujuan belajar mereka. Cukup diatur pembelajaran harus digunakan dalam tiga fase yang berbeda dari pembelajaran. Tahap pertama adalah selama pembelajaran awal, tahap kedua adalah ketika troubleshooting masalah yang muncul selama pembelajaran dan tahap ketiga adalah ketika mereka mencoba untuk mengajar orang lain (Palincsar & Brown, 1984).
2. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dari yang telah diakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (1991: 787). Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Selanjutnya untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbin Syah (2000: 136) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990: 98-99), belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Winkel melalui Sunarto (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1990: 130) prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu.
Berdasarkan beberapa batasan diatas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar
3. Pembelajaran PAI
Pendidikan Agama Islam adalah usaha secara sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami dan mengamalkan melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam bimbingan kerukunan antar umat beragama di masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Dari pengajaran PAI tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu:
a. PAI sebagai usaha sadar, yaitu suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dalam arti dibimbing, diajari dan dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama Islam.
c. Pendidik dan guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan PAI.
d. Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar keseharian manusia lainnya, baik seagama maupun tidak, serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan (Muhaimin, 2003:76).
Sejalan dengan hal di atas, ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran PAI, yaitu: a. Keimanan, yaitu memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan; b. Pengamalan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan; c. Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membiasakan sikap dan prilaku baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa; d. Rasional, yaitu usaha memberikan peranan pada akal siswa dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar yang sesuai dengan prilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari; e. Emosional, yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) siswa dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa; f. Fungsional, yaitu menyajikan bentuk semua standar materi (Al Qur’an, Keimanan, Akhlak, Ibadah dan Sejarah/Tarikh) dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari (Abdul Majid, 2004; 86); g. Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan guru non agama serta warga sekolah lainnya maupun orang tua siswa sebagai cermin manusia berkepribadian agama (Listyani, 2012:47).
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode mengajar diharapkan tumbuh sebagai kegiatan belajar siswa, sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptanya interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik, kalau siswa lebih banyak aktif dibanding dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Tugas guru ialah memilih metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik. Ketepatan penggunaan metode mengajar sangat bergantung kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar (Listyani, 2012:47).
Adapun dalam pembelajaran PAI guru dapat menggunakan beberapa metode, di antaranya adalah : a) metode hiwar (percakapan), b) metode kisah, c) metode amtsal (perumpamaan), d) metode keteladanan, e) metode kebiasaan, f) metode ibrah dan mauidzah, g) metode targhib dan tarhib (hadiah dan hukuman) (Tafsir,1996: 135).
E. Kerangka Pikir
Research And Development (penelitian dan pengembangan) dilaksanakan melalui beberapa langkah. Syaodih mengemukakan Langkah-langkah Research And Development (penelitian dan pengembangan) modifikasi meliputi : studi pendahuluan yang meliputi studi literature, studi lapangan dan penyusunan draf awal produk, uji coba dengan sample terbatas (ujicoba terbatas) dan uji coba dengan sample lebih luas (uji coba lebih luas), uji produk melalui tindakan kelas dan sosialisasi produk. Secara visual, langkah-langkah Research And Development (penelitian dan pengembangan) yang dimodifikasi dapat dilihat pada bagan berikut :
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
F. Pengembangan Model / Produk
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Pengembangan model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang adalah (research and development) atau penelitian pengembangan. Penelitian ini diarahkan pada pengembangan suatu produk model pembelajaran Self-regulated learning mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Saat proses pengembangan, diberlakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari segi isi/ materi dan desain media pembelajaran. Sedangkan uji coba produk juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan produk yang telah dihasilkan dari penelitian pengembangan ini.
Proses uji coba penggunaan produk dilakukan menggunakan desain penelitian dik and carey. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan. Efek atau pengaruh perlakuan yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat kemenarikan produk hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan produk.
G. Tahapan Pemodelan / Produk
Tahapan pemodelan dilakukan melalui 5 tahap yakni 1) menentukan model yang akan dikembangkan; 2) mengidentifikasi silabus mata pelajaran; 3) persiapan pengembangan dengan mengikuti langkah-langkah Dick & Carey; 4) pengembangan prototipe yang terdiri: a) petunjuk, b) tujuan umum, c) tujuan khusus, d) kerangka isi, e) uraian isi, f) rangkuman, g) tugas/latihan dan jawaban/penilaian tugas/latihan; 5) tahap merancang dan melakukan evaluasi formatif terdiri: 1. tinjauan ahli mata pelatihan (isi), ahli rancangan, ahli media, 2. uji coba perorangan, dan 3. uji coba kelompok.
H. Uji Coba Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria). Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
I. Subjek Uji Coba
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang. Subjek dalam penelitian ini adalah para ahli yang menguji kevalidan model model pembelajaran Self-regulated learning yang terdiri dari pakar pendidikan dan siswa kelas VIII sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan dan kemudahan model pembelajaran Self-regulated learning yang dikembangkan. Sedangkan objek penelitian ini adalah model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
J. Pembahasan
1. Analisis Data Validasi Model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Oleh Ahli
Hasil analisis kualitas model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di atas dapat disimpulkan bahwa RPP/ Skenario Pembelajaran sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak ada yang kurang dari 3,0. Pada peilaian ini tidak ada saran untuk revisi.
Hasil analisis kualitas model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak ada yang kurang dari 3,0. Meskipun begitu, Saran dan komentar untuk Lembar Kerja Siswa (LKS) model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ditanggapi sebagai berikut.
a. Kecukupan waktu perlu direvisi
2. Analisis Data Validasi Model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam oleh Siswa
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.61, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.31.
Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan beberapa penggantian seperti berikut.
a. memperbaiki penggunaan sumber dalam menerapkan model
b. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
3. Analisis Data ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang
a. Analisa Hasil Pre Tes
Dengan Model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang diperoleh nilai rata-rata Pemahaman belajar siswa adalah 73.66 % dan ketuntasan belajar mencapai 75.61 % atau ada 31 siswa dari 41 anak sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pre tes secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 70.00 hanya sebesar 75.61 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan Model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang.
b. Analisa Hasil Pos Tes
Dengan Model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang diperoleh nilai rata-rata Pemahaman belajar siswa adalah 87.80 % dan ketuntasan belajar mencapai 92.68 % atau ada 38 siswa dari 41 anak sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pre tes secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 70.00 hanya sebesar 92.68 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 100 %. Hal ini mengalami peningkatan ketuntasan ketika siswa diajar dengan Model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang.
c. Analisa Peningkatan Ketuntasan
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengembangan model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki dampak positif dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru sebagaimana perbandingan hasil nilai yang diperoleh siswa dibawah ini:
Dari tabel diatas ketuntasan belajar meningkat dari Pre Tes dan Pos Tes yaitu masing-masing 75.61 % naik menjadi 92.68 %. Sebagaimana grafik dibawah ini:
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang
Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa hasil analisis ketuntasan belajar siswa Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang diketahui bahwa nilai rata-rata Pre tes 73.66 meningkat pada pos tes 87.80 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 75.61 % meningkat menjadi 92.68 %.
K. Verifikasi/Revisi Produk
1. Merevisi Kesesuaian dengan strategi pembelajaran
2. Kecukupan waktu perlu direvisi
3. memperbaiki penggunaan sumber dalam menerapkan model
Produk produk yang sudah direvisi selanjutnya disebut valid, karena telah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris.
L. Kesimpulan
Hasil penelitian Pengembangan model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang ini telah melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah (1) melakukan analisis kebutuhan; (2) menentukan kompetensi dan model pembelajaran; (3) merumuskan judul, SK, dan KD; (4) menyusun program produk; (5) memvalidasi, uji coba produk dan merevisi. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Produk yang dikembangkan menarik untuk pembelajaran di kelas secara klasikal dan secara mandiri.
2. Produk produk ini dapat meringankan beban guru dalam mengajar.
3. Hasil dari validasi ahli dan uji coba, model pembelajaran Self-regulated learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini layak digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Produk yang dikembangkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan prestasi merupakan salah satu syarat dari terlaksananya model pembelajaran Self-regulated learning.
5. Produk yang dikembangkan dapat meningkatkan ketuntaan belajar siswa dari kelas uji coba mengalami peningkatan ketuntasan Kelas VIII SMP Darul Ulum Tapen Kudu Jombang nilai rata-rata Pre tes 73.66 meningkat pada pos tes 87.80 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 75.61 % meningkat menjadi 92.68 %. Jadi, dapat disimpulkan bahwa media ini layak untuk diseminasi sebagai salah satu strategi pembelajaran.
M. Daftar Pustaka
Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
Akker, J. (1999) Principles and Methods of Development Research. Dalam Plomp, T., Nieveen, N., Gustafson, K., Branch, R.M. dan Van Den Akker, J. (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher
Anita Lie. (2007). Kooperatif Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di. Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.
Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.
Arikunto, Suharsini, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Buehl (1996) dalam Apariani dkk, (2010:20) dalam http://hildasridewitase.blogspot.com/2013/07/strategi-pembelajaran-example-non.html,
Canale. M dan M. Swain. (1980). “Theoretical of Communicative Approaches to Second Language Teching and Learning”. Applied Linguistics. London: Longman.
Degeng, I. N. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokratisasi. Makalah Seminar Regional, di Universitas PGRI Surabaya: 19 April 2000.
Dick, W. dan Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America: Scott Foresman and Company.
Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gay, LR. (1987). Research in Education. New York: McGraw-Hill Book
Gove, P. B. (1981). Webster's third new international dictionary of the English language, unabridged (Vol. 1). Merriam-Webster.
Heinich, Molenda, dan Russel. (1989). Instructional media and the new technologiest of instruction. (Third edition). USA: Macmillan, inc
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Listyani, E. (2012). Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP NASIMA SEMARANG. Educational Management, 1(1).
Miftahul Huda. (2011) Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Morrison, G., Ross, S., & Kemp, J. (2001). Design effective instruction. New York: John Wiley & Sons
Muhaimin, 2003. Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Nasution. (1995), Mengajar Dengan Sukses, Bumi Aksara,. Jakarta.
Oemar Hamalik, (1999). Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara: Jakarta,
Plomp, Tj. (1994). Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente
Prasetya Irawan,. (1997) Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Pekerti). Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of Instructional Design and Development.
Robert E. Slavin, (2005), Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.
Ross, S. M., & Morrison, G. R. (1996). Experimental research methods. Handbook of research for educational communications and technology: A project of the association for educational communications and technology, 1148-1170.
Sadtono, E. (1987). Antologi Pengajaran Bahasa Asing Khususnya Bahasa Inggris. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikaan dan Kebudayaan.
Seels, B., & Richey, R. (1994). Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma. Pustaka.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suparman, A. 2001. Desain instruksional. Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, Departemen Pendidikan Tinggi.
Suprijono. Agus. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. (1990). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Tessmer, Martin. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page.
van den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14). Dortrech: Kluwer Academic Publishers.
van den Akker J., dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York: Routledge.
W. S. Winkel, (1989). Psikologi Pengajaran, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
Wang H, Li J, Bostock RM, Gilchrist DG. (1996). Apoptosis: A Functional Paradigm for Programmed Plant Cell Death Induced by A Host- Selective Phytotoxin and Invoked During Development. Plant Cell 8: 375–391.
No comments:
Post a Comment