Peningkatan hasil belajar siswa topik Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII E Semester I SMP Negeri 1 Kota Mojokerto
Sudar Kajina*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden penulis: sudar_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id
Abstract
One of the efforts to improve students' understanding and mastery and learning achievement on "Alif Lam Qamariyah and Alim Lam Syamsiyah" materials by using Problem Based Learning Model Learning. This learning activity is summarized in a class action research activity with the title: Improved student learning outcomes Alif Lam Qamariyah and Alim Lam Syamsiyah Through Learning Model Problem Based Learning in Islamic Religious Education Class VII E Semester I SMP Negeri 1 Kota Mojokerto. This research uses action research for three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and observation of reflection and revision. The target of this research is the students of Class VII E SMP Negeri 1 Kota Mojokerto. The data obtained in the form of formative test results, observation sheet results of teaching and learning activities. From the analysis it is found that Alif Lam Qamariyah and Alim Lam Syamsiyah Teaching Through Problem Based Learning Learning Model has a positive impact in Improving Student Learning Achievement Efforts, this can be seen from the more solid understanding of the students on the material submitted by the teacher (mastery learning increased from cycle I And II that is Cycle I 87,10% and Cycle II 100% The conclusion of this research are: Alif Lam Qamariyah and Alim Lam Syamsiyah Teaching Through Learning Model Problem Based Learning have positive influence that can increase student learning motivation which is indicated by average Answers students who stated that students are interested and interested in Alif Lam Qamariyah and Alim Lam Syamsiyah Teaching Through Problem Based Learning Model Learning so that they become motivated to learn.
Keywords: Learning outcomes, Problem Based Learning, Islamic Religious Education
TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama merupakan aspek yang paling penting bagi kehidupan manusia sendiri, karena agama merupakan suatu kebutuhan yang dapat mengatur, mengendalikan sikap, pandangan hidup, dan cara menghadapi berbagai problema kehidupan pribadi maupun orang lain secara lebih baik. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan, didikan serta pengarahan yang positif terutama penanaman agama kepada siswa secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Salah satu faktor keberhasilan siswa dalam pembelajaran adalah materi pelajaran / bahan ajar yang menarik, mudah dipahami dan dimengerti siswa. Selain itu kemampuan siswa dalam pengembangan materi hanya dapat dilakukan apabila mereka paham terhadap pokok-pokok materinya. Berikut beberapa ringkasan materi dan soal latihan PAI khususnya tingkat SLTP berdasarkan kurikulum 2006.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Menurut Mulyana, Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama islam.
Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning”. Salah satu upaya guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan serta prestasi belajar siswa pada materi masalah sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kegiatan pembelajaran ini terangkum dalam sebuah kegiatan penelitian tindakan kelas dengan judul : Peningkatan hasil belajar siswa topik Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII E Semester I SMP Negeri 1 Kota Mojokerto.
B. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dikemukakan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Topik Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kota Mojokerto?
2. Cara Pemecahan masalah
Teknik dan landasan metode Pemecahan masalah (problem solving) atau pencarian solusi yang dipilih penulis disertai dengan menguraikan landasan teoritis yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, serta ketajaman dalam membahas dan menganalisis hasil yang diperoleh adalah: penulis menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Topik Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah yang dilakukan penulis dengan melakukan penelitian tindakan.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah diatas pada latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan: es Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Topik Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kota Mojokerto.
D. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan tentang ar-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal). (Langgulung : 1988).
1. Istilah al-Tarbiyah
Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba” (رَبَّى), yurabbi (يُرَبِّى) menjadi “tarbiyah” yang mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk memadukan pertumbuhan dan perkembangannya bersama dengan alam. (Zuhairini, 1995:121).
2. Istilah al-Ta’lim
Secara etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan dengan menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan Adam as dengan Tuhannya. (Jalaluddin, 2001:122).
3. Istilah al-Ta’dib
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. al-Askary dari Ali r.a).
Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. (Samsul Nizar, 2002:32).
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk :
1. Alat untuk memperluas, memelihara, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional
2. Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan.
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia. (Nizar, 2002:38).
E. Model Pembelajaran Problem Based Learning (Model pembelajaran berdasarkan masalah)
Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Pengertian pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 : 123). Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), belajar otentik (authentic learning) dan pembelajaran bermakna (anchored instruction)”.
Ciri-ciri khusus Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends (2001 : 349) berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, & soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1992, 1994; Cognition & Technology Group at Vanderbilt, 1990). Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prisip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) Dewey adalah metode pemecahan masalah Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya. Langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah:
Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahanmasalah yang dipilih.
Tahap-2.Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.(Ibrahim,2000)
F. Rancangan Penelitian
1. Tahap Perencanaan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu bersifat deskriptif dan tanpa menggunakan analisis statistik. Data hasil penelitian berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai kejadian yang ada di lapangan dan di analisis secara induktif. Disamping itu penelitian ini lebih menekankan proses pembelajaran daripada hasil pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan. Jenis penelitian ini diambil karena adanya masalah yang terjadi pada situasi nyata, yaitu Peningkatan Hasil Belajar Siswa di sekolah terteliti yang pemecahan masalahnya segera diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti berpartisipasi aktif dan terlibat langsung dalam proses penelitian semenjak awal serta memberikan kerangka kerja secara teratur dan sistematis tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Bimbingan Belajar Guru untuk memecahkan masalah tersebut.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan sendiri oleh penulis sebagai peneliti maka instrumen pengamatan harus disiapkan disertai lembar catatan lapangan. Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana tindakan dalam rangka penelitian dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pada tahap perencanaan ini penulis melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
a. Refleksi awal, Pada tahap ini dilakukan kegiatan meliputi: (1) membuat tes awal, (2) menentukan sumber data, (3) melaksanakan tes awal, dan (4) menentukan subyek penelitian.
b. Menentukan dan merumuskan rancangan tindakan.
c. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menentukan tujuan pembelajaran, (2) menyusun kegiatan pembelajaran dengan Bimbingan Belajar Guru.
2. Tahap Pelaksanaan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan model yang dikemukakan oleh Tripp yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan (plan): perencanaan tindakan (Plan Action) dan perencanaan penelitian (Plan Research), (2) tindakan (act): pelaksaaan tindakan (implement action) dan pengamatan tindakan (monitor action), (3) penyelidikan (research): mendapatkan data (produce data) dan analisis data (analyse data), dan (4) refleksi (reflect). (Tripp, D, , 1996: 44). Dari keempat tahap tersebut membentuk suatu siklus.
3. Tahap Observasi
Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dan sejawat sebagai pengamat, kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap 2 dan 3 dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat, yang mana ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan "pengamatan balik" terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.
4. Tahap Refleksi
Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Dalam hal seperti ini maka peneliti yang sekaligus sebagai guru bidang studi melakukan ”self evaluation” yang diharapkan dilakukan secara obyektif. Untuk menjaga obyektifitas tersebut seringkali hasil refleksi ini diperiksa ulang atau divalidasi oleh teman sejawat yang secara khusus penulis minta diminta mengamati.
G. Subjek Penelitian
Subyek bagi penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas VII E SMP Negeri 1 Kota Mojokerto semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.
H. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengolahan pengajaran Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah, observasi aktifitas siswa dan guru, angket motivasi siswa dan tes formatif.
I. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai oleh siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tertulis pada setiap akhir putaran.
J. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peningkatan hasil belajar siswa topik Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan Meningkatkan Pemahaman, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru sebagaimana perbandingan hasil nilai yang diperoleh siswa ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan II yaitu masing-masing 87,10 % dan 100 %. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal Sudah Tuntas Peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
Grafik 1: Prosentase Ketuntasan Belajar per siklus
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pengajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses metode Pengajaran Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam kelompok di setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Meningkatkan Pemahaman yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktifitas Guru dan Siswa Dalam Pengajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pengajaran Bahasa dengan metode Pengajaran Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam kelompok yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan Diskusi antar siswa antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktifitas siwa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktifitas guru selama pengajaran telah melaksanakan langkah-langkah dengan Pengajaran Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan baik. Hal ini terlihat dari aktifitas guru yang muncul di antaranya aktifitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, mcnjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi /Tanya jawab dimana prosentase untuk aktifitas di atas cukup besar.
K. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telali dilakukan serta dari hasil kegiatan pengajaran yang dilakukan selama tiga siklus dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengajaran Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning memiliki dampak positif. Hal ini dapat di identifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus yaitu Siklus I 87,10 % dan Siklus II 100 %.
2. Salah satu Pengaruh dari Penerapan Pengajaran Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah meningkatnya motivasi belajar siswa.
L. Saran
Setelah melakukan penelitian sclama tiga siklus, maka saran yang dapat di berikan adalah sebagai berikut :
1. Pengajaran Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning hendaknya selalu dikembangkan scbagai upaya untuk mencari konsep ideal dalam sebuah proses belajar mengajar.
2. Perlunya alat peraga atau media yang benar-benar efektif dalam pengajaran Bahasa Indonesia khususnya Pemahaman Alif Lam Qamariyah dan Alim Lam Syamsiyah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning yang sesuai dengan kondisi fisik dan perkembangan mental siswa.
M. Daftar Pustaka
Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia
Affan Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, Jogjakarta, Pustaka Pelajar
Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES
Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi Nasional Hak Asasi Manusia
Anonim,, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, Jogjakarta, FHUII Press
BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta, BP7 Pusat
Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia
Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT. Genesindo
Departemen Pendidikan Nasional, (2004), Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif, - Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas:
Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo,
Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006, Jakarta, Depdiknas
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Jakarta, Bina Aksara
Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma
Langgulung, H. 1988. Pendidikan Islam menghadapi abad ke-21. Pustaka Al Husna.
Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum
Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia
Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Jogjakarta, UII Press
Nizar, S. 2002. Filsafat pendidikan Islam: pendekatan historis, teoritis dan praktis. Ciputat Pers.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, (1999), Psikologi Belajar; Jakarta, Rineka Cipta;)
Rahadi. Ansto, 2003. Media Pembelajaran, Dikjen Dikti Depdikbud, Jakarta
Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Rohani, Ahmad, 1997.Media Instruktsional Edukarif. Rineka Cipta, Jakarta,
Sadiman, Arif, Media Pendidikan. Raja, Jakarta: 1996, hal. 8
Surakhman, Winarno, Prof. Dr. (1980) Metode Pengajaran Nasional, Bandung, Jemmars.
Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni
Tripp, D.. (1996) The SCOPE Program. Australia: Wayne McGowan
Usman, Moh. Uzer, Drs. 1992, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, cet. IV,
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
No comments:
Post a Comment