Thursday, 22 February 2018

Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak

Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

Hasan Buro a*

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

*Koresponden penulis: hasan_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id

Abstract

Akidah Akhlak can be understood as a conscious effort to develop the knowledge, attitudes and skills of learners in order to become a good citizen, that is citizens who understand, realize and be able to exercise their rights and perform their state duties responsibly. The purpose of this research are: 1) Describe Implementation of adaptive environment learning model from text and observation activities can improve students' understanding. 2) Describe the activities of teachers in learning with adaptive environmental learning model of the text and observation activities to improve students' understanding. 3) Describe the activities of students in learning by using adaptive environmental learning model of the text and observation activities to improve students' understanding. 4) Describe the response of students in learning by using adaptive environmental learning model of the text and observation activities to improve students' understanding. This research uses action research for three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and observation of reflection and revision. In general Implementation of adaptive environmental learning model of the text and observation activities to improve students' understanding on the subjects Akidah Akhlak class X in MAN 1 City Mojokerto have a positive impact. This can be identified from the increase Percentage of student learning achievement significantly after getting treatment from each cycle that is cycle I is 75.00%, cycle II 97.22%, and 100.00% III cycle. From the analysis can be concluded as follows: 1) Implementation of adaptive environment learning model can increase class enthusiasm, this is known from the development of observation result In the cycle I enthusiasm class 71.9%. Cycle II 90.6%. And cycle III 94.8%. 2) Observer observer's teacher activity can be on Implementation of adaptive environment learning model from text and observation activities to improve students' understanding on subjects Akidah Akhlak class X in MAN 1 City Mojokerto reach a high percentage. 3). The observed student activity reaches the ideal percentage and increases in each cycle. 4) Results of questionnaire processing known that the average choice of students is 3.60, it is categorized Enough with the standard intersection 0.31. After analyzing the results of student questionnaires as direct users there has been a conclusion note that only the use of Adaptive environment learning resources of the text and observation activities need to be expanded.

Keywords: Adaptive environment, text and observation, Morals

TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540

A. Latar Belakang

Keterbukaan terhadap arus informasi yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini memberikan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat. Berbagai perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti kemajuan teknologi komunikasi, informasi, dan unsur budaya lainnya akan mudah diketahui oleh masyarakat. Kecenderungan seperti itu tentu harus diantisipasi oleh dunia pendidikan jika kita ingin menempatkan pendidikan sebagai agen pembangunan dan perkembangan yang tidak ketinggalan zaman. Pendidikan harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang tidak sekadar sebagai penerima arus informasi global, tetapi harus memberikan bekal kepada mereka agar dapat mengolah, menyesuaikan, dan mengem- bangkan apa yang diterimanya melalui arus informasi itu. Industrialisasi dapat mengubah stuktur masyarakat dari yang bersifat agraris ke masyarakat industri yang berbudaya serba massal. Karena itu, orientasi industri cenderung pada tuntutan kebutuhan massal atau pasar. Industrialisasi juga telah menciptakan struktur pembagian kerja yang beragam sesuai dengan tahap perkembangan yang terjadi dalam dunia industri. Kecenderungan itu perlu diperhitungkan oleh dunia pendidikan. Kajian yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat industri harus menjadi acuan dalam sistem pendidikan.

Dalam era globalisasi industrialisasi, peran pendidikan tidak terfokus pada penyiapan sumber daya manusia yang siap pakai mengingat kecenderungan yang terjadi dalam dunia kerja sangat cepat berubah dalam era ini. Sebaliknya, pendidikan harus mempersiapkan sumber daya manusia yang adaptif, mampu menerima, serta mampu menyesuaikan dan mengembangkan arus perubahan yang terjadi dalam lingkungannya (Feisal, 1995:131). Pendidikan budi pekerti sering diartikan dengan Akidah Akhlak. Budi pekerti dan akhlak merupakan dua istilah yang memiliki kesamaan esensi, walaupun akhlak memiliki cakupan yang lebih luas. Di dalam akhlak terkandung nilai-nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Budi pekerti mencakup pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, tata krama dan adat istiadat. Sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma-norma agama (Ahmad, 2002:34, Poedjiadi, 2009:29).

Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan Akidah Akhlak adalah menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikap dan perilaku yang terpuji baik ditinjau dari segi norma-noma agama maupun norma-norma sopan santun, adat- istidat dan tata krama yang berlaku di masyarakatnya. Secara lebih terperinci lagi bahwa tujuan Akidah Akhlak adalah "mengkaji dan menginternalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri peserta didik serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari dalam konteks sosio-kultural yang berbhineka sepanjang hayat. ” Sarana untuk menyampaikan Akidah Akhlak bisa ditempuh melalui beberapa cara yaitu memanfaatkan substansi dan praksis mata pelajaran yang relevan, memanfaatkan tatanan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang sengaja dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak/moral luhur, dan memanfaatkan media massa dan lingkungan masyarakat secara selektif dan adaptif (Poedjiadi, 2009:29).

Pembelajaran adaptif merupakan proses pembelajaran dengan menyesuaikan kondisi, kebutuhan dan lingkungan siswa sehingga terjadi penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses adaptif dilakukan dengan mengukur modalitas belajar siswa dan mempertimbangkannya di dalam proses mendesain pembelajaran. Modalitas belajar adalah cara seseorang menyerap informasi melalui indera yang dimiliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi yakni penyerapan melalui visual, auditory, kinestetik dan reading. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata. Di sini individu memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang sedang dipelajari.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas peneliti ingin meneliti melalui penelitian tindakan kelas tentang: Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto. Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran Akidah Akhlak sehingga kompetensi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto?

2. Bagaimana aktifitas guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto?

3. Bagaimana aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto?

4. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto?



C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

2. Mendeskripsikan aktifitas guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

3. Mendeskripsikan aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

4. Mendeskripsikan respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto



D. Kajian pustaka

1. Pembelajaran Adaptif

Pada tingkat yang paling dasar, pembelajaran adaptif adalah gagasan bahwa komputer dapat meningkatkan hasil pendidikan. Namun, sampai saat ini, sebagian besar pendekatan pembelajaran adaptif telah gagal merealisasikan janji ini. Upaya awal sering-skala kecil, dengan fokus pada sejumlah siswa atau daerah tertentu. Kebanyakan sistem dengan hanya jenis yang paling dasar dari adaptivitas digunakan (misalnya. "Sekarang Pertanyaan A-mengumpulkan jawaban-jika benar, cabang ke pertanyaan B, jika tidak benar, cabang Pertanyaan C.") Sama seperti nama adaptif belajar berevolusi dari waktu ke waktu, bagaimanapun, jadi memiliki potensi untuk merevolusi pendidikan. (Kuntz. 2010)

Pembelajaran adaptif membuat konten dinamis dan interaktif, menempatkan siswa di pusat pengalaman belajar individu nya. Monitor Platform bagaimana siswa berinteraksi dengan sistem dan belajar, memanfaatkan jumlah besar data yang dihasilkan oleh interaksi online siswa dengan biasa (seperti -buku) dan luar biasa (seperti permainan-dan-sosial-media) konten, dengan guru dan teman sebaya , dan dengan sistem itu sendiri. Hal menilai tidak hanya apa yang seorang mahasiswa tahu sekarang, tetapi juga menentukan apa kegiatan dan interaksi, yang dikembangkan oleh penyedia, disampaikan dalam urutan apa dan menengah, yang paling sangat meningkatkan kemungkinan keberhasilan akademik yang siswa. (Kuntz. 2010)

2. Meningkatkan Pemahaman siswa

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik, Menurut Mulyasa (2007: 21) antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif

Dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif dapat dilakukan oleh seorang guru dengan kegiatan, diantaranya yaitu:

1) Melibatkan peserta didik dalam mengorganisasikan dan merencanakan pembelajaran;

2) Menunjukkan empati dan penghargaan kepada peserta didik;

3) Mendengarkan dan menghargai hak peserta didik untuk berbicara.

b. Mengembangkan Strategi dan Manajemen Pembelajaran

Dalam hal ini dapat dilakukan dengan kemampuan menghadapi dan menangani peserta didik yang bermasalah, kemampuan memberikan transisi substansial bahan ajar dalam pembelajaran.

c. Memberikan Umpan Balik dan Penguatan

Dapat dilakukan dengan cara memberikan respon yang bersifat membantu siswa yang lamban dalam belajar, memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan.

d. Kemampuan untuk Meningkatkan Diri

Dapat dilakukan dengan cara menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, memperluas dan menambah pengetahuan.

3. Akidah Akhlak

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya [أخلاق] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

E. Teori Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kusuma (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien sebagaimana dikutip oleh Mulyatiningsih (2011:60) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Cohen dan Manion sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana efektifitasnya. Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya Kemmis dan Taggart sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut. Kemmis dan Taggart memandang, bahwa penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk memperbaiki praktek yang mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam bukunya Becoming Critical: Education, Knowledge, an Action Research 1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.

2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan kelas, yaitu: adanya ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan laporan PTK. Sedangkam menurut Mulyatiningsih langkah penelitian adalah: diagnosis masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1) Adanya ide awal, Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.

2) Praservei, Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.

3) Diagnosis. Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran.

4) Perencanaan. Dibagi menjadi dua, yaitu: perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umu dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.

5) Pengamatan. Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring haryslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.

6) Evaluasi dan refleksi, Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang dilakukian oleh para kolaborator atau partisipan yang berperan dalam PTK. Dilakukan dengan kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil observasi.

7) Penyusunan laporan PTK. Dilakukan setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian PTK.



F. Kerangka Pikir

Pendidikan yang adaptif adalah humanis dan berfokus pada peserta-didik, yaitu yang menghargai keragaman karakteristik mereka, berusaha mengembangkan potensi masing-masing dari mereka secara optimal, mengembangkan kecakapan hidup untuk dapat hidup selaras dengan kondisi pribadi dan lingkungan, memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan pribadi termasuk belajar, serta dengan menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan menilai kemajuan belajar mereka masing-masing.

Pemahaman materi yang disampaikan oleh guru pada anak didik merupakan bukti nyata tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Dan merupakan salah satu syarat mengetahui keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar. siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto anak didik belum mampu menguasai materi karena banyak kekurangan yang masih ada, diantaranya: takut dengan mata pelajaran, banyak anak yang masih menyepelekan materi, malu untuk maju atau bertanya pada guru, dan masih banyak yang lainnya. (siswa kurang memahami arti hak bagi dirinya, menyalahgunakan haknya terutama sebagai siswa misal jam kosong)

Untuk mencapai nilai rata-rata yang masih kurang dari ketentuan ketuntasan minimal, maka guru lebih sering mengadakan tanya jawab, tugas, dan latihan. Selain itu pengguanaan Pembelajaran lingkungan Adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi kongrit, dapat menjelaskan pada anak agar mudah dipahami.

Bagan Kerangka Pemikiran:



Gambar 2.1 Siklus empat langkah dalam Experiential Learning David Kolb

G. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian

1. Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

2. Aktifitas guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

3. Aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

4. Mendeskripsikan respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto



H. Subjek Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilakssiswaan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di MAN 1 Kota Mojokerto. Subjek dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto.

I. Rancangan Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu bersifat deskriptif dan tanpa menggunakan analisis statistik. Data hasil penelitian berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai kejadian yang ada di lapangan dan di analisis secara induktif. Disamping itu penelitian ini lebih menekankan proses pembelajaran daripada hasil pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan. Jenis penelitian ini diambil karena adanya masalah yang terjadi pada situasi nyata, yaitu Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto yang pemecahan masalahnya segera diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti berpartisipasi aktif dan terlibat langsung dalam proses penelitian semenjak awal serta memberikan kerangka kerja secara teratur dan.

Pada tahap perencanaan ini penulis melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Refleksi awal

Pada tahap ini dilakukan kegiatan meliputi: (1) membuat tes awal, (2) menentukan sumber data, (3) melaksanakan tes awal, dan (4) menentukan subyek penelitian.

b. Menentukan dan merumuskan rancangan tindakan

c. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menentukan tujuan pembelajaran, (2) menyusun kegiatan pembelajaran dengan Bimbingan Belajar Guru.

2. Tahap Pelaksanaan

Tindakan dilakssiswaan sesuai dengan model yang dikemukakan oleh Tripp yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan (plan): perencanaan tindakan (Plan Action) dan perencanaan penelitian (Plan Research), (2) tindakan (act): pelaksaaan tindakan (implement action) dan pengamatan tindakan (monitor action), (3) penyelidikan (research): mendapatkan data (produce data) dan analisis data (analyse data), dan (4) refleksi (reflect). (Tripp, D,, 1996: 44)

3. Tahap Observasi

Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dan sejawat sebagai pengamat, kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap 2 dan 3 dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat, yang mana ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan "pengamatan balik" terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.



4. Tahap Refleksi

Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Tahapan ini merupakan tahapan untuk memposes data yang didapat pada saat melakukan pengamatan. Data yang dianalisis, lalu disentesiskan. Dalam beberapa proses pengkajian data ini, dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolabulator, seperti halnya pada saat observasi. Untuk menjaga obyektifitas tersebut seringkali hasil refleksi ini diperiksa ulang atau divalidasi oleh teman sejawat yang secara khusus penulis minta diminta mengamati.

J. Diskusi

1. Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan di kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto dapat meningkatkan antusiasme kelas hal ini diketahui dari perkembangan hasil observasi masing-masing observer yang diakumulasikan penulis dapat diketahui perkembangannya: Pada siklus I antusiame kelas mencapai point 34.5 dari poin ideal 48 atau persentase antusiame kelas pada siklus I adalah 71.9 %. Pada siklus II antusiame kelas mencapai point 43.5 dari poin ideal 48 atau persentase antusiame kelas pada siklus II adalah 90.6 %. Pada siklus III antusiame kelas mencapai point 45.5 dari poin ideal 48 atau persentase antusiame kelas pada siklus II adalah 94.8 %.

Secara umum Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto memiliki dampak positif. Hal ini dapat di identifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus yaitu siklus I sebesar 75.00 %, siklus II 97.22 %, dan siklus III 100.00 %.

2. Aktifitas Guru dalam Penerapan implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

Hasil akumulasi aktifitas guru yang diamati observer dapat pada Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto disimpulkan sebagai berikut: 1) Menyampaikan tujuan observer menilai 5.9 %, Memotivasi siswa/merumuskan masalah/hipotesis observer menilai 7.5 %, Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya observer menilai 8.2 %, Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi observer menilai 8.5 %, Menjelaskan melatih menggunakan alat observer menilai 13.0 %, Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS / menemukan konsep observer menilai 21.7 %, Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan observer menilai 9.8 %, Memberikan umpan balik observer menilai 16.7 % dan Membimbing siswa merangkum pelajaran observer menilai 8.5 %.

3. Aktifitas Siswa dalam Penerapan implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

Hasil akumulasi aktifitas siswa yang diamati observer pada Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru observer menilai 21.1 %, Membaca buku siswa / mengerjakan LKS observer menilai 11.7 %, Bekerja dengan mengunakan alat / media observer menilai 20.3 %, Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru observer menilai 14.4 %, Menyajikan hasil pengajaran observer menilai 3.2 %, Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide observer menilai 5.3 %, Menulis yang relevan dengan KBM observer menilai 8.1 %, Merangkum pengajaran observer menilai 7.0 % dan Mengerjakan tes / evaluasi observer menilai 8.9 %.

4. Respon Siswa tentang Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui peran Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto.

Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.60, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.31. Setelah dianalisis hasil angket siswa selaku pengguna langsung telah terdapat catatan kesimpulan bahwa hanya penggunaan sumber dalam menerapkan Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan perlu diperluas.

K. Kesimpulan

1. Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan di kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto dapat meningkatkan antusiasme kelas hal ini diketahui dari perkembangan hasil observasi masing-masing observer yang diakumulasikan penulis dapat diketahui perkembangannya: Pada siklus I antusiame kelas mencapai point 34.5 dari poin ideal 48 atau persentase antusiame kelas pada siklus I adalah 71.9 %. Pada siklus II antusiame kelas mencapai point 43.5 dari poin ideal 48 atau persentase antusiame kelas pada siklus II adalah 90.6 %. Pada siklus III antusiame kelas mencapai point 45.5 dari poin ideal 48 atau persentase antusiame kelas pada siklus II adalah 94.8 %.

2. Hasil akumulasi aktifitas guru yang diamati observer dapat pada Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto disimpulkan sebagai berikut: 1) Menyampaikan tujuan observer menilai 5.9 %, Memotivasi siswa/merumuskan masalah/hipotesis observer menilai 7.5 %, Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya observer menilai 8.2 %, Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi observer menilai 8.5 %, Menjelaskan melatih menggunakan alat observer menilai 13.0 %, Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS / menemukan konsep observer menilai 21.7 %, Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan observer menilai 9.8 %, Memberikan umpan balik observer menilai 16.7 % dan Membimbing siswa merangkum pelajaran observer menilai 8.5 %.

3. Hasil akumulasi aktifitas siswa yang diamati observer pada Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru observer menilai 21.1 %, Membaca buku siswa / mengerjakan LKS observer menilai 11.7 %, Bekerja dengan mengunakan alat / media observer menilai 20.3 %, Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru observer menilai 14.4 %, Menyajikan hasil pengajaran observer menilai 3.2 %, Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide observer menilai 5.3 %, Menulis yang relevan dengan KBM observer menilai 8.1 %, Merangkum pengajaran observer menilai 7.0 % dan Mengerjakan tes / evaluasi observer menilai 8.9 %.

4. Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X di MAN 1 Kota Mojokerto diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.60, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.31. Setelah dianalisis hasil angket siswa selaku pengguna langsung telah terdapat catatan kesimpulan bahwa hanya penggunaan sumber dalam menerapkan Implementasi model pembelajaran lingkungan adaptif dari teks dan kegiatan pengamatan perlu diperluas.



L. Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. Suharsimi. 2009 Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Cet.IX; Jakarta: Bumi Aksara.

Beer, Wolfgang/Cremer, Will/Massing, Peter 1999. Handbuch politische Erwachsenenbildung. Schwalbach: Wochenschau Verlag.

Buhl, Monika 2003. Jugend, Familie, Politik. Familiale Bedingungen und politische Orientierungen im Jugendalter. Opladen: Leske und Budrich.

Chi, M.T.H., de Leeuw, N.,Chiu, M., & LaVancher, C. 1994. Eliciting self-explanations improves understanding. Cognitive Science, 18, 439477.

David Kuntz. 2010. What is Adaptive Learning?. http://www.knewton.com/blog/adaptive-learning/what-is-adaptive-learning/ diakses tanggal 5 Mei 2015

Denzin, Norman K & Lincoln Yvonna, 2009 The Sage Handbook of Qualitative Research, 2nd ed. Thousands Oaks, CA: Sage, 2005.

Detjen, Joachim 2007. Politische Bildung. Geschichte und Gegenwart in Deutschland. Munchen. Wien: Oldenbourg.

Dirjend Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2009. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Depag RI.

Feisal, J. A. (1995). Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Frevel, Bernhard 2009. Demokratie. Entwicklung — Gestaltung — Problematisierung. Wiesbaden: VS Verlag.

Gasparinatou, A., & Grigoriadou, M. 2010. Learning from Texts in Computer Science. The International Journal of Learning, Vol. 17, 2010, ISSN 1447-9494.

Gasparinatou, A., & Grigoriadou, M. 2011. Supporting students’ learning in the domain of Computer Science. Computer Science Education. (under publication).

Gouli, E., Gogoulou, A., Papanikolaou, K., & Grigoriadou, M. 2006. An Adaptive Feedback Framework to Support Reflection, Guiding and Tutoring. In G.Magoulas and S.Chen (Eds.) Advances in Web-based Education: Personalized Learning Environments, 178-202.Idea Group Inc. ISBN: 1-59140-691-9.

Graesser, A.C., McNamara, D.S., & Louwerse, M.M. 2003. What Do Readers Need to Learn in Order to Process Coherence Relations in Narrative and Expository Text? In A. P. Sweet & C.E. Snow (Eds.), Rethinking Reading Comprehension (pp. 82-98. New York: Guilford Publications.

Grigoriadou M., Tsaganou G., Cavoura Th. 2005. Historical Text Comprehension Reflective Tutorial Dialogue System, Educational Technology & Society Journal, Special issue, 8 (40, 31-40.

Hellmuth, Thomas/Klepp, Cornelia 2010. Politische Bildung. Geschichte — Modelle — Praxisbeispiele. Wien, Koln, Weimar: UTB Verlag.

Irham Hosni. 2003. Pembelajaran Adaptif Anak Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Kelly, J.D.,Whitlock, H.V., Thompson, H.G., Hall, C.A., Martin, I.C., Le Jambre, L.F., 1978. Physiological characteristics of free-living and parasitic stages of strains of Haemonchus contortus, susceptible or resistant to benzimidazole anthelmintics. Res. Vet. Sci. 25, 376–385

Kintsch, W. 1988. The use of knowledge in discourse processing: A construction-integration model. Psychological Review, 95. 163-182.

Kolb, D.A., 1984. Experiential Learning. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.

Kusuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indek

Leland, H. 1978. "Optimal Risk Sharing and the Leasing of Natural Resources, with Application to Oil and Gas Leasing on the OCS." Quarterly Journal of Economics, August, pp. 413-437.

Massing, Peter 1999. Theoretische und normative Grundlagen politischer Bildung. In: Beer, Wolfgang et al. (Hrsg.): Handbuch politische Erwachsenenbildung. Schwalbach: Wochenschau Verlag 1999.

McNamara, D.S., Kintsch, E., Songer, N.B., & Kintsch, W. 1996. Are good texts always better? Text coherence, background knowledge, and levels of understanding in learning from text. Cognition and Instruction, 14, 1-43.

McNamara, D.S., Levinstein, I.B., & Bonthum, C. 2004. I START:Interactive strategy trainer for active reading and thinking. Behavioral Research Methods, Instruments, and Computers 36, 222-233

Meyers, A. W., Cooke, C. J., Cullen, J., & Liles, L. 1979: Psychological aspects of athletic competitors: A replication across sports. Cognitive Therapy and Research, 3, 361-366

Mulyatiningsih, E., 2011, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan,. Alfabeta, Bandung.

Nihira, K. 1969a). Factorial Dimensions of adaptive behaviour in adult retardates. American Journal of Mental Deficiency, 73, 868-878.

Nihira, K. 1969b). Factorial dimensions of adaptive behaviour in mentally retarded children and adolsecents. American Journal of Mental Deficiency, 74, 130-141.

Oakhill, J. 1984. Inferential and memory skills in children’s comprehension of stories. British Journal of Educational Psychology, 54, 31-39.

Padmono. 2010. Kelebihan Kekurangan Manfaat dan Penerapan PTK Seri PTK 15. [Online].Tersedia: http//m.kompasiana.com/post/edukasi/2010/10/09/ Kelebihan-kekurangan-manfaat-dan-penerapan-PTK-seri-PTK-15/.[diakses tanggal 5 Mei 2015].

Poedjiadi, A. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: Imperial Bhakti Utama.

Pressley, M., Wood, E., Woloshyn, V., Martin, V., King, A., & Menke, D. 1992. Encouraging mindful use of prior knowledge:Attempting to construct explanatory answers facilitates learning. Educational Psychology, 27, 91-109.

Rhomberg, Markus 2009. Politische Kommunikation. Paderborn: Wilhelm Fink Verlag.

Sander, Wolfgang 2002. Von der Volksbelehrung zur modernen Profession. Zur Geschichte der politischen Bildung zwischen Ideologie und Wissenschaft. In: Butterwege, Christoph/Hentges, Gudrun (Hrsg.): Politische Bildung und Globalisierung. Opladen: VS Verlag.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tripp, D. 1996. The SCOPE Program. Australia: Wayne McGowan

No comments:

Post a Comment