Thursday, 22 February 2018

Pengembangan model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif pada mata pelajaran IPA


Pengembangan model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif pada mata pelajaran IPA kelas V MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Kota Mojokerto

Vialinda Siswatia*

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

*Koresponden penulis: vialinda_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id

Abstract

Examples of non-examples model based on Al-Qur'an or also commonly called examples and non examples is a model of learning that uses the description of the stories as a medium of learning. The purpose of this research development are: 1) Describe the interactive learning model Examples non examples based on Al-Qur'an which has been applied in MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Mojokerto City 2) Describe the feasibility of interactive learning model product Examples non examples based on Al-Qur'an 'An for madrasah students is implemented with cooperative settings. 3) Produce product Interactive learning model Examples non examples based on Al-Qur'an with cooperative setting in accordance with the culture and character of students in MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Mojokerto 4) To describe students' learning mastery after using the product of interactive learning model Examples non Examples based on Al-Qur'an with cooperative setting. The product of interactive learning model examples non examples based on Al-Qur'an with cooperative setting on science subjects class V MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Mojokerto City has been perfected based on analysis of trial data. Based on the steps that have been implemented can be concluded as follows. 1). The revised product based on both theoretical and empirical test results is an expert revision of the Lesson Planning Plan outlining: conformity with the learning strategy needs to be revised. As for the Student Worksheet (LKS) are: Sufficient time for each step needs to be revised. Revision by Student by Questionnaire: Improve model appearance or change learning strategy 2) The developed product is attractive for classroom learning in a classical and independent manner. 3) This product product can ease the burden of teachers in teaching. 4) The result of expert validation and trial, Interactive learning model examples non examples based on Al-Qur'an with cooperative setting is feasible to be used for subjects of Natural Sciences (IPA). 5) The developed product can improve students' learning motivation, and motivation is one of the requirements of the implementation of productive learning model.
Keywords: Examples non examples based on Al-Qur'an, cooperative setting

TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540




A. Latar Belakang

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran examples non examples berbasis Al-Qur’an atau juga biasa di sebut examples and non examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar kisah-kisah teladan yang berkaitan dengan materi, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Penggunaan model pembelajaran examples non examples berbasis Al-Qur’an ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. model pembelajaran examples non examples berbasis Al-Qur’an menggunakan gambar dapat melalui OHP, infokus, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Metode pembelajaran Examples non examples berbasis Al-Qur’an merupakan metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga seperti gambar, dan melibatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajaran yaitu siswa melakukan diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusinya. Berdasarkan alasan tersebut diharapkan ada peningkatan minat atau motivasi belajar siswa. Disamping itu, karena keterbatasan waktu dan biaya maka penulis hanya menggunakan satu metode pembelajaran dalam penelitian dari berbagai metode yang penulis ketahui.

Penerapan model pembelajaran Examples non examples berbasis Al-Qur’an diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalamseperti kondisi fisiologis dan psikologis sedangkan faktor dari luar seperti faktor merupakan fraktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar, tetapi dapt mempengaruhi kondisi psikologis siswa seperti: kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif.

Siswa merupakan bagian utama dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa dituntut secara aktif memproses dan mengelola perolehan belajar, untuk itu siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi keaktifan bagi siswa terwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan menganalisa hasil dan ingin tahu implikasinya. Implikasi keaktifan bagi seorang guru sebagai pengelola dan penyelenggara dari belajar mengajar adalah memberi kesempatan belajar kepada siswa.

Menjadikan model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif menjadi model pelajaran yang menarik dan membantu tugas guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif dengan setting kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik adalah model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif pada mata pelajaran IPA kelas V MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Kota Mojokerto?

2. Bagaimana kelayakan produk model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an untuk siswa madrasah diimplementasikan dengan setting kooperatif?

3. Bagaimana produk hasil Model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Kota Mojokerto?

Bagaimana peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah menggunakan produk model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif?



C. Tujuan Model

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an yang selama ini diterapkan di MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Kota Mojokerto

2. Mendeskripsikan kelayakan produk model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an untuk siswa madrasah diimplementasikan dengan setting kooperatif

3. Menghasilkan produk Model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Kota Mojokerto

Mendiskripsikan peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah menggunakan produk model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif



D. Kajian pustaka

1. Model pembelajaran interaktif Examples non examples berbasis Al-Qur’an

Firman Allah SWT: “Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat menemukan teladan yang baik” (Q.S.al-Ahzab:21)

Muhammad Quthb, mengisyaratkan bahwa di dalam diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung (Quthb.1984:183). metode ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang trpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan aektif yang terwujud dalam tingkah laku (behavioral).

Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat al-Qasash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali3 dan semuanya adalah perumpamaan atau contoh-contoh (Fuad, 1987:286).

Metode Example Non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and NonExample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari Example dan non-Example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.

Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-Example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya dari pada dari sifat fisiknya.

Pembelajaran Examples non examples berbasis Al-Qur’an adalah salah satu contoh modelpembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses pembelajaran. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.

Model pembelajaran examples non examples berbasis Al-Qur’an atau juga biasa di sebut Examples And Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

Salah satu proses pembelajaran adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap Example dan non-Examplediharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

Examples non examples berbasis Al-Qur’an merupakan metode belajar yang menggunakan media-media atau non media sebagai contoh. Contoh-contoh yang biasa digunakan dan sederhana bisa berupa kasus yang ada di koran atau media lain seperti televisi, ataupun bisa lebih sederhana lagi berupa isu-isu yang sedang berkembang di dalam masyarakat yang tentunya tetap sesuai dengan bobot materi yang akan diberikan.

Examples non examples berbasis Al-Qur’an merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Roestiyah. 2001: 73).

2. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran Cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Ada lima unsur dasar pembelajaran Cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkanpendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie, 2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186).

Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.

E. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterion-referenced test, media selection, format selection, initial design. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain:

1. Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan

2. Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik.

3. Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut.

4. Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat

Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil.

Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.

2. Pengembangan Model

Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan.

Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam proses validasi terdiri dari: pakar pendidikan, pakar bidang studi pada mata pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil belajar.

2. Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi

3. Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang akan dihadapi.

4. Revisi model berdasarkan hasil uji coba

5. Implementasi model pada wilayah yang lebih luas. Selama proses implementasi tersebut, diuji efektivitas model dan perangkat model yang dikembangkan. Pengujian efektivitas dapat dilakukan dengan eksperimen atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cara pengujian melalui eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil belajar pada kelompok pengguna model dan kelompok yang tidak menggunakan model. Apabila hasil belajar kelompok pengguna model lebih bagus dari kelompok yang tidak menggunakan model maka dapat dinyatakan model tersebut efektif. Cara pengujian efektivitas pembelajaran melalui PTK dapat dilakukan dengan cara mengukur kompetensi sebelum dan sesudah pembelajaran. Apabila kompetensi sesudah pembelajaran lebih baik dari sebelumnya, maka model pembelajaran yang dikembangkan juga dinyatakan efektif.

3. Tahapan Pemodelan

Prosedur pengembangan dilakukan melalui 5 tahap yakni 1) menentukan model yang akan dikembangkan; 2) mengidentifikasi silabus mata pelajaran; 3) persiapan pengembangan dengan mengikuti langkah-langkah Dick & Carey; 4) pengembangan prototipe yang terdiri: a) petunjuk, b) tujuan umum, c) tujuan khusus, d) kerangka isi, e) uraian isi, f) rangkuman, g) tugas/latihan dan jawaban/penilaian tugas/latihan; 5) tahap merancang dan melakukan evaluasi formatif terdiri: 1. tinjauan ahli matapelatihan (isi), ahli rancangan, ahli media, 2. uji coba perorangan, dan 3. uji coba kelompok.

4. Uji Coba Produk

Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.

Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu: kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria). Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.

F. Pembahasan

1. Hasil Validasi Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif Oleh Ahli

Analisis data dari ahli dilakukan dengan mengubah data dalam bentuk huruf menjadi dalam bentuk angka. Setiap komponen yang merupakan indikator, Analisis dilakukan dengan membandingkan setiap komponen yang merupakan indikator dengan standar skor minimum. Skor batas minimum tersebut adalah 21. Indikator dengan skor 20 ke bawah harus direvisi.

Hasil analisis kualitas Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif di atas dapat disimpulkan bahwa RPP/ Skenario Pembelajaran sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif tidak ada yang kurang dari 3,0. Pada peilaian ini terdapat saran untuk revisi yaitu: Kesesuaian dengan strategi pembelajaran perlu direvisi.

Hasil analisis kualitas Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif tidak ada yang kurang dari 3,0. Terdapat sati saran dan komentar untuk Lembar Kerja Siswa (LKS) Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif ditanggapi yaitu: Kecukupan waktu untuk setiap langkah perlu direvisi.

2. Hasil Validasi Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif oleh Siswa

Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.64, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.27.

Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan penggantian adalah: Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya



G. Verifikasi/Revisi Produk

Adapun rervisi yang telah dilakukan berdasarkan uji empirik adalah:

a. Kesesuaian dengan strategi pembelajaran perlu direvisi.

b. Kecukupan waktu untuk setiap langkah perlu direvisi.

c. Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya



H. Kesimpulan

Hasil penelitian model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif pada mata pelajaran IPA kelas V MI Nurul Huda 2 Surodinawan Prajuritkulon Kota Mojokerto ini telah melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah (1) melakukan analisis kebutuhan; (2) menentukan kompetensi dan model pembelajaran; (3) merumuskan judul, SK, dan KD; (4) menyusun program produk; (5) memvalidasi, uji coba produk dan merevisi. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Produk yang direvisi berdasarkan hasil uji teoritis maupun empiris adalah: revisi ahli tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah: Kesesuaian dengan strategi pembelajaran perlu direvisi. Sedangkan untuk Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah: Kecukupan waktu untuk setiap langkah perlu direvisi. Revisi oleh Siswa berdasarkan angket: Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya

2. Produk yang dikembangkan menarik untuk pembelajaran di kelas secara klasikal dan secara mandiri.

3. Produk produk ini dapat meringankan beban guru dalam mengajar.

4. Hasil dari validasi ahli dan uji coba, Model pembelajaran interaktif examples non examples berbasis Al-Qur’an dengan setting kooperatif ini layak digunakan untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

5. Produk yang dikembangkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan motivasi merupakan salah satu syarat dari terlaksananya model pembelajaran produktif.



I. Daftar Pustaka

Akker, J. 1999 Principles and Methods of Development Research. Dalam Plomp, T., Nieveen, N., Gustafson, K., Branch, R.M. dan Van Den Akker, J. (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher

Anita Lie. 2007. Kooperatif Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di. Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.

Apriani, Atik dan David Indrianto. 2010. Implementasi model pembelajaran examples non examples berbasis Al-Qur’an. FKIP PGMI. IKIP PGRI Sumedang.

Arif Rohman. 2009. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Canale. M dan M. Swain. 1980. “Theoretical of Communicative Approaches to Second Language Teching and Learning”. Applied Linguistics. London: Longman.

Dahlan, M.D., dkk. 1984. Model-Model Mengajar. Bandung:CV Diponegoro.

Degeng, I. N. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokratisasi. Makalah Seminar Regional, di Universitas PGRI Surabaya: 19 April 2000.

Dick, W. dan Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America: Scott Foresman and Company.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ebbutt, S., & Straker, A. 1995. Children and Mathematics: A Handbook for Teacher.

Fuad, M. Abd al-Baqy, 1987. al-Mu’jam alMufrasdli Alfazhal Qur’an al-Karim, Solo: Dar al-Fikr

Gay, LR. 1987. Research in Education. New York: McGraw-Hill Book

Harun Rasyid, Mansyur & Suratno. 2009. Asesmen Perkembangan Anak Usia. Dini. Yogyakarta: Multi ...

Heinich, Molenda, dan Russel. 1989. Instructional media and the new technologiest of instruction. (Third edition). USA: Macmillan, inc

Isjoni, 2009, Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Majid, 2005. Perencanaan Pembelajaran (mengembangkan kompetensi guru), Bandung. Remaja Rosdakarya,

Melvin L. Silberman, 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Edisi Revisi Diterjemahkan oleh Raisul Muttaqin. Bandung: Nusamedia

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Pustekkom DIKNAS, Jakarta.

Miftahul Huda. 2011 Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Morrison, G., Ross, S., & Kemp, J. 2001. Design effective instruction. New York: John Wiley & Sons

Nasution. 1995, Mengajar Dengan Sukses, Bumi Aksara,. Jakarta.

Oemar Hamalik, 1999. Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara: Jakarta,

Plomp, Tj. 1994. Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente

Prasetya Irawan,. 1997 Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Pekerti). Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.

Rahman (Ed), dkk. 2005. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Alqa Print.

Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. 2009. Developmental Research: Studies of Instructional Design and Development.

Robert E. Slavin, 2005, Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ross, S. M., & Morrison, G. R. 1996. Experimental research methods. Handbook of research for educational communications and technology: A project of the association for educational communications and technology, 1148-1170.

Sadtono, E. 1987. Antologi Pengajaran Bahasa Asing Khususnya Bahasa Inggris. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikaan dan Kebudayaan.

Seels, B., & Richey, R. 1994. Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.

Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Pendidikan: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.

Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma. Pustaka.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suparman, A. 2001. Desain instruksional. Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, Departemen Pendidikan Tinggi.

Suprijono. Agus 2009.Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suprijono. Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Quthb.M. 1984. Sistem Pendidikan Islam.Bandung: PT.Al-Ma’arif

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Tessmer, Martin. 1998. Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page.

Udin, Saefudin Sa’ud, 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

van den Akker J. 1999. Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14. Dortrech: Kluwer Academic Publishers.

van den Akker J., dkk. 2006. Educational Design Research. London and New York: Routledge.

Wang H, Li J, Bostock RM, Gilchrist DG. 1996. Apoptosis: A Functional Paradigm for Programmed Plant Cell Death Induced by A Host- Selective Phytotoxin and Invoked During Development. Plant Cell 8: 375–391.






No comments:

Post a Comment