Thursday, 22 February 2018

Pengaruh pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif

Pengaruh pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto.


Hariris Nurcahyoa*

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

*Koresponden penulis: hariris_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id

Abstract
Learning with the SETS approach is a learning that allows students to understand the interrelation between science, thought, environment, and society. The purpose of this research are: 1) To know the difference of learning motivation of students of SMP Negeri Mojoanyar and SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto by using vision study and Integrative approach (SETSR). 2) To know the difference of cognitive learning achievement of students of SMP Negeri Mojoanyar and SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto by using vision learning and Integrative approach (SETSR). 3) To know the interaction of vision learning and Integrative approach (SETSR) to the motivation and achievement of cognitive learning at SMP Negeri Mojoanyar and SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto. From result of analysis can be concluded as follows: 1) From result of analysis known that learning of vision and integrative approach (SETSR) influence to motivation in Mojoanyar Mojokerto State Junior High School got Fcount value equal to 616.286 (significance F = 0,000). And in SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto got Fcount value of 655.544 (significance F = 0,000), then Hypothesis Zero (H0) is rejected and Hypothesis Work (H1) accepted. 2) From the results of the analysis is known that learning vision and Integrative approach (SETSR) have an effect on cognitive learning achievement in Mojoanyar Mojokerto State Junior High School obtained Fcount of 6,398 (significance F = 0.013). And in SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto, the value of Fcitung is 8.041 (significance F = 0,007), then Hypothesis Zero (H0) is rejected and Hypothesis Work (H1) accepted, 3) There is interaction of vision learning and Integrative approach (SETSR) to motivation and achievement Cognitive learning at SMP Negeri Mojoanyar and SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto The interaction of vision learning and Integrative approach (SETSR) to motivation in Mojoanyar State Junior High School equal to 0,593 (59,3%), Junior High School 1 Dlanggu Mojokerto equal to 0,217 (21,7%) . While the achievement of cognitive learning at SMP Negeri Mojoanyar equal to 0,869 (86,9%), at SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto equal to 0,334 (33,4%).
Keywords: SETSR, motivation, cognitive achievement

TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540


A. Latar Belakang

Pembelajaran dengan pendekatan SETS adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk memahami keterkaitan antara sains, pemikiran, lingkungan, dan masyarakat. Bagaimana siswa mengenal fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai sains dan mereka ambil manfaatnya untuk memenuhi ambisi kemanusiaannya dalam bentuk teknologi untuk memperoleh kemudahan atau kemanfaatan dalam proses kehidupan individu maupun bermasyarakat.

Pendekatan SETS dalam pembahasannya lebih mengutamakan keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Binadja dalam laela, 2006). Ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa lebih diutamakan. Di samping itu masalah-masalah atau hal-hal yang sedang beredar di masyarakat perlu dibicarakan di kelas sebagai pembuka mata agar siswa tahu bahwa masyarakat di sekitar mereka sedang memiliki berbagai masalah yang perlu segera diatasi. Dengan demikian pendekatan SETS dapat membantu siswa dalam mengetahui sains, teknologi yang digunakannya serta perkembangan sains dan teknologi dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat.

Setiap individu terutama dalam konteks anak didik harusnya dilatih untuk berfikir secara kritis untuk merangsang daya pikir agar dapa berfikir secara makimal. Berpikir kritis merupakan bagian dari pola berpikir kompleks/ tingkat tinggi yang bersifat konvergen. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan gagasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bisa yang mendasari tiap-tiap posisi, serta memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan. Diharapkan dengan kebiasaan berpikir kritis mampu memotivasi siswa untuk berprestasi dalam sekolah.

Motivasi adalah dorongan yang terjadi dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan, mengelola, mempertahan-kan dan menyalurkan tingkah laku agar tujuannya dapat tercapai. Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi sangat penting untuk diperhatikan, karena tidak semua pengajaran di sekolah dapat menarik prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan judul: pengaruh pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan motivasi belajar siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) ?

2. Adakah perbedaan prestasi belajar kognitif siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) ?

3. Adakah interaksi pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto ?



C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR).

2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar kognitif siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR).

3. Untuk mengetahui interaksi pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto.



D. Kajian pustaka

1. Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan SETSR

Pendekatan SETS ini sebenarnya sudah ada sejak 1970 dikenal dengan STM (Sains, tekhnologi, Masyarakat). Di beberapa universitas di US Sep Cornell, Penstate, secara resmi memulai program yang menawarkan pelajaran pada bidang studi yang disebut STM. Hal yang sama juga dilakukan oleh konsorium di Inggris. Kemudian secara berangsur-angsur beberapa negara dan lembaga lain melakukan kerjasama menjadi penelitian utama universitas dan sekitar 100 lembaga menjadikan STM sebagai bidang akademik.

Salah satu dasar pemikiran kenapa gagasan SETS ini perlu dilahirkan karena keterkaitan antar unsur-unsur SETS dengan sejarah kehidupan manusia. Unsur-unsur SETS realitanya merupakan entitas yang tak terpisah terhadap kehidupan manusia masa lampau, saat ini dan masa mendatang. Sejarah membuktikan bahwa kehidupan masa lampau, keempat unsur SETS tersebut telah mendapatkan perhatian cukup dan bahkan sangat besar bagi kehidupan masyarakat pada masa itu.

Gagasan pendidikan SETS lahir setelah Binadja mendapat tugas untuk menangani pelatihan STS (Science, Technology, and Society) dan EE (Enviromental, Education). Program tersebut sebelumnya telah diperkenalkan beberapa kali di RESCAM. Binadja berkesempatan menelusuri lebih jauh tentang praktik pendidikan SETS dan EE, dan mempelajari arah dari masingmasing pendidikan tersebut.

Pelaksanaannya dapat segera diketahui bahwa pemberian subjek diperkenalkan dengan tujuan yang baik itu akan dapat berakibat negatif apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati dan benar. Apabila kita membicarakan pendidikan STS dan pendidikan lingkungan (EE) sebagai dua mata pelajaran yang terpisah, maka kita akan melihat adanya pembahasan materi yang saling tumpang tindih. Permasalahan yang berdampak pada lingkungan yang dibahas di STS, akan dibahas juga pada pendidikan lingkungan.

Pada saat yang sama, pendidikan lingkungan juga membicarakan hakikat ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi yang menimbulkan dampak pada lingkungan. Praktik pembelajaran, pemberian kedua subjek ini secara terpisah tidaklah efektif. Ini berarti bahwa peserta didik telah membuang waktu dan tenaga karena telah mempelajari sejumlah hal yang sama dua kali, suatu hal yang sebenarnya dapat dicakup suatu kegiatan.

Menurut peneliti, peneliti setuju bahwa pendidikan STS dan pendidikan lingkungan tidak dapat dipisahkan karena berkaitan. Permasalahan yang dibahas di pendidikan lingkungan akan dibahas juga pada pendidikan SETS. Menurut Binadja pendekatan SETS lebih menekankan pada pemberian pada pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendekatan SETS diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami alam sekitar.

Secara umum dikatakan bahwa pendekatan SETS mewakili makna pengajaran sains yang dikatakan dengan unsur lain dalam SETS, yakni lingkungan, tekhnologi dan masyarakat. Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena keterkaitan dan ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut sangatlah erat. Konteks SETS, perkembangan sains di anggap dipengaruhi oleh perubahan pada lingkungan, dan kepentingan teknologi serta harapan masyarakat. Pada saat yang sama hendaknya dipahami bahwa perkembangan sains itu sendiri juga memiliki pengaruh kepada perkembangan teknologi, masyarakat serta lingkungan.

Pendidikan SETS, tidak hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan mengaitkanya dengan unsur-unsur lain, akan tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan.

Kepentingan di atas dapat menjadi suatu kontradiksi apabila tidak memperoleh perhatian secara penuh, khusus serta terpadu. SETS Memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi.

Kegiatan pembelajaran IPA khususnya biologi lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendorong siswa belaj ar aktif. Dalarn pemilihan pendekatan pembelaja­ran IPA guru selalu mempertim­bangkan tentang fasilitas sekolah yang ada, misalnya laboratorium serta sumber belaj ar lainnya. Ada beberapa pendekatan yang bisa dipertimbangkan dalam melakukan pembelajaran antara lain:1) pendekatan konsep; 2) pendekatan ketrampilan proses; 3) pendekatan pemecahan masalah; 4) pendekatan induktif dan deduktif dan 5) pendekatan lingkungan (Depag, 1996:81). Disamping pendekatan­pendekatan tersebut ada pendekatan dalam pembelajaran yang cende­rung bersifat integratif dalam memaizdang suatu permasalahan yaitu pendekatan SETS (Science, Environ­ment, Technologi, and Society).

Dalam dunia pendidikan dikenal pendidikan STS (Science, Technologi, and Society) terpisah dengan pendidikan EE (Environment Education). Menurut Binadja (1999) apabila kita membicarakan pendidikan (Science, Technology, and Society) dan pendidikan Lingkungan (Environmental Education) sebagai dua mata pelaj aran terpisah, maka akan terlihat adanya pembahasan materi yang saling tumpang tindih.‘

Permasalahan yang tampak pada masalah lingkungan yang dibahas di STS, akan dibahas juga pada pendidikan lingkungan. Pada saat yang sama, pendidikan lingkungan juga membicarakan hakekat iltnu pengetahuan dan penerapan teknologi yang menimbulkan dampak pada lingkungan. Dengan kata lain, dalam praktek penga­jaran, pemberian kedua subjek ini secara terpisah tidaklah efektif. Ini berarti bahwa peserta didik telah membuang waktu dan tenaga karena telah mempelajari sejumlah hal yang sama dua kali. Keduanya dapat digabungkan menj adi satu teknik pendekatan yang integratif yaitu teknik pendekatan SETS (Science, Environment, Technology and Society).

Pada pendekatan pembelaj aran integratif yang penulis gunakan dalam pembelajaran ekologi disini merupakan modifikasi dari pendekatan SETS yang ditambah dengan sudut pandang agama (Religion), yang penulis gunakan dalam pembelajaran ini adalah sudut pandangan dari agama Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rosul.

Pendekatan integratif (SETSR) merupakan usaha untuk menjadikan lulusan pendidikan setidaknya tahu tentang atau bahkan menyukai Science dan Technology, perkemba­ngan serta implikasinya terhadap lingkungan, masyarakat, pening­katan keimanan dan ketaqwaan.

Dalam gambar tersebut diatas lingkungan digambarkan sebagai pusat perhatian. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan SETSR memiliki makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur lain dalam SETSR, yaitu Teknologi, Lingkungan, masyarakat dan nilai-nilai yang ada pada agama, yang masing-masing unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling berkaitan. Perubahan dazi satu variabel juga akan mempengaruhi perubahan variabel lain.

Pada dasarnya pemikiran SETSR adalah pemikiran yang mendalam tentang keberadaan satu bumi untuk semua, sehingga perhatian utama ditumpukan pada penjagaan pelesta­rian alam untuk menjamin kesta­bilan hidup serta keanekaragaman makhluk yang berada di bumi sebagai karunia Allah SWT yang perlu dijaga dan disyukuri bagai umat manusia.

2. Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Uno (2009) menyimpulkan motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Sagala (2010) mengemukakan bahwa motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.

Dari pendapat Uno dan Sagala, maka dapat dikatakan motivasi adalah dorongan yang terjadi dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku agar tujuannya dapat tercapai. Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi sangat penting untuk diperhatikan, karena tidak semua pengajaran di sekolah dapat menarik minat siswa. Uno (2009) mengemukakan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Seperti halnya Uno, Hamalik (2009) mengemukakan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, dan persaingan yang bersifat negatif.

Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2009) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno (2009) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d) Adanya penghargaan dalam belajar.

e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dengan guru memperhatikan dan menggunakan indikator indikator tersebut, maka akan mendukung berjalannya proses pembelajaran yang sesuai dengan harapan. Selain itu guru dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa sehingga mereka dapat melakukan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Selain menggunakan indikator-indikator tersebut guru juga harus mempertimbangkan tiga komponen motif keberhasilan. Menurut Slameto (2010) tiga komponen motif keberhasilan adalah sebagai berikut:

1) Dorongan kognitif

Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti, dan untuk memecahkan masalah. Dorongan kognitif timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas/masalah.

2) Harga diri

Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri.

3) Kebutuhan berafiliasi

Kebutuhan berafiliasi sukar dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang berusaha menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran/penerimaan dari teman-temannya atau dari orang lain (atasan) yang dapat memberikan status kepadanya. Siswa senang bila orang lain menunjukkan pembenaran terhadap dirinya, dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan tugas-tugas dengan baik, agar dapat memperoleh pembenaran tersebut.

3. Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar dalam dunia pendidikan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk dibahas, karena keberadaannya sangat bermanfaat bagi pendidik, peserta didik, maupun orang tua. Prestasi belajar bagi pendidik dapat dijadikan tolok ukur tentang sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan terhadap peserta didiknya.

Bagi peserta didik pencapaian prestasi belajar dapat memberi gambaran tentang hasil dari usaha yang telah dilaksanakannya, sedangkan bagi orang tua dengan mengetahui prestasi belajar peserta didik, maka akan dapat mengetahui tingkat keberhasilan putra-putrinya di sekolah, selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan untuk memberikan dorongan dan pengawasan dirumah.

Tentang apa yang dimaksud dengan prestasi belajar banyak ahli yang memberikan definisi sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Arifin (2009) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Menurut Muhibbin (1999) dalam Turyati (2011) Tesis FKIP UMP 2011 Prestasi belajar adalah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai, yang telah dicapai oleh seseorang dan ditunjukan dalam jumlah nilai raport atau tes sumatif.

Menurut Nawawi elfatru (2010) Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Menurut Poerwadarminto (2001) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja. Sedangkan menurut S. Nastion (1995) prestasi belajar merupakan petunjuk bagi siswa tentang kemampuannya dalam menguasai materi pembelajaran yang telah dicapai berupa hasil belajar.

Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu usaha yang diperoleh melalui keuletan kerja yang dicapai dalam bentuk nilai yang telah diperoleh seseorang.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008: 54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.

Penelitian ini dimaksudkan sebagai alat untuk menemukan ada atau tidaknya Pengaruh Pembelajaran Bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kognitif Di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:



Gambar 2.1

Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konseptual di atas menjelaskan bahwa menggambarkan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu Dan pada akhirnya penulis akan mengetahui baik secara teoritis maupun realitas di lapangan.

F. Hipotesis

Berdasarkan konsep tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan motivasi belajar siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR)

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR)

3. Terdapat interaksi pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto

G. Rancangan Penelitian

Penelitian menyajikan suatu cara atau suatu metode didalam penelitian ini, agar memperoleh data yang dapat dipercaya. Artinya apabila seorang peneliti akan mengadakan penelitian yang ilmiah dengan menggunakan metode yang sesuai dengan apa yang diteliti. (Arifin, 2010)

Penelitian yaitu mengamati suatu obyek yang akan diteliti, kemudian dari hasil penelitian tersebut ditarik kesimpulan. Di dalam penelitian itu sendiri ada dua hal yang perlu dipahami, yakni metode dan penelitian. (Tuckman, 1978)

Metode adalah suatu cara yang diatur secara sistematis atau berpikir baik-baik untuk mendapatkan atau mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah pemeriksaan atau penelitian secara teliti pada suatu obyek tertentu. Jadi yang dimaksud dengan metode penelitian yaitu suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dalam penelitian. (Maksum, 2009)

Adapun rancangan penelitian yang dirumuskan penulis sebagaimana diagram berikut:



Gambar: 3.1. Bagan Rancangan Penelitian

H. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini obyeknya adalah siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto Kelas VII sebanyak 121 siswa dan 51 siswa. dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 93 orang responden.

I. Analisis Data

Dari hasil analisis diketahui bahwa pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap motivasi di SMP Negeri Mojoanyar Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 616.286 (signifikansi F= 0,000). Dan di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 655.544 (signifikansi F= 0,000), maka Hipotesis Nol (H0) ditolak dan Hipotesis Kerja (H1) diterima, Jadi Terdapat perbedaan motivasi belajar siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) (pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Mojoanyar lebih rendah dari pada di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto)

Dari hasil analisis diketahui bahwa pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 6.398 (signifikansi F= 0,013). Dan di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 8.041 (signifikansi F= 0,007), maka Hipotesis Nol (H0) ditolak dan Hipotesis Kerja (H1) diterima, Jadi Terdapat perbedaan motivasi belajar siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) (pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar Mojokerto lebih rendah dari pada di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto).

Terdapat interaksi pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto Interaksi pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi di SMP Negeri Mojoanyar sebesar 0,593 (59,3%), di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto sebesar 0,217 (21,7%). Sedangkan terhadap prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar sebesar 0,869 (86,9%), di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto sebesar 0,334 (33,4%).



J. Kesimpulan

Selesainya pembahasan skripsi yang berjudul Pengaruh pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis diketahui bahwa pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap motivasi di SMP Negeri Mojoanyar Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 616.286 (signifikansi F= 0,000). Dan di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 655.544 (signifikansi F= 0,000), maka Hipotesis Nol (H0) ditolak dan Hipotesis Kerja (H1) diterima, Jadi Terdapat perbedaan motivasi belajar siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) (pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri Mojoanyar lebih rendah dari pada di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto)

2. Dari hasil analisis diketahui bahwa pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 6.398 (signifikansi F= 0,013). Dan di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto didapatkan nilai Fhitung sebesar 8.041 (signifikansi F= 0,007), maka Hipotesis Nol (H0) ditolak dan Hipotesis Kerja (H1) diterima, Jadi Terdapat perbedaan motivasi belajar siswa SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dengan menggunakan pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) (pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar Mojokerto lebih rendah dari pada di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto).

3. Terdapat interaksi pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto Interaksi pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi di SMP Negeri Mojoanyar sebesar 0,593 (59,3%), di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto sebesar 0,217 (21,7%). Sedangkan terhadap prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar sebesar 0,869 (86,9%), di SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto sebesar 0,334 (33,4%).

K. Saran-Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian dan menutup dengan kesimpulan, maka penulis perlu memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi jajaran pengelola lembaga hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan sehingga Instansi dapat menyusun langkah strategis dalam meningkatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR).

2. Bagi perguruan tinggi, hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk mengembangkan khasanah normatif Pengaruh pembelajaran bervisi dan berpendekatan Integratif (SETSR) terhadap motivasi dan prestasi belajar kognitif di SMP Negeri Mojoanyar dan SMP Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dapat menggunakan referensi karya ini.

L. Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya..

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta..

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. (Edisi Kedua), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang..

Hadi, S. 1983. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi (Doctoral dissertation, Thesis dan Disertasi)..

Hadi, S. 1987. Metode Research. Yayasan Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta..

Hadi, S. 1992. Statistik jilid dua. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta..

Hadjar, I. 1996. Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

https://alfarabi1984.wordpress.com/2010/10/27/pembelajaran-biologi-yang-berbasis-imtaq-dengan-pendekatan-integratif-science-enviorenment-societytechnology-and-religion-oleh-agus-wasisto-dwi-ddwmpd-widyaiswara-lpmp-diy/

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta: Gaung Persada Press..

Maksum, A. 2009. Metodologi Penelitian dalam Olahraga..

Nugroho, B. A. 2005. Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS. http://scholar.google.com/scholar?q=Nugroho+%282005&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diakses 14 Januari 2015..

Rismiati, R. 2008. Penerapan Asas Peradilan Cepat, Murah dan Sederhana dalam Peraturan Mahkamah Agung No 2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (Studi di Pengadilan Negeri Tulungagung) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Roscoe, J.Y. 1975. Fundamental research statistic for the behavioural science. New York: Holt Rinehart & Wington..

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta..

Suharsimi, A. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta..

Sumadi Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja GrafindoPersada..

Sumardjono, M. S. 1989. University education and employment. Mimbar Hukum, 21990..

Tuckman, H. P. 1978. Who is part-time in academe?. AAUP Bulletin, 305-315.


No comments:

Post a Comment