Thursday, 22 February 2018

Pengembangan model pembelajaran berbasis tugas terpadu (PBTT) pada siswa kelas VIII mata pelajaran al qur-an hadits berbasis sains

Pengembangan model pembelajaran berbasis tugas terpadu (PBTT) pada siswa kelas VIII mata pelajaran al qur’an hadits berbasis sains di MTs Negeri Mojosari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto

Aan Eko Khusni Ubaidillaha*

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

*Koresponden penulis: ubaidillah_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id


Abstract

The selection and use of integrated learning model based on integrated tasks (PBTT) can effectively streamline and streamline the implementation of learning. For this purpose the integrated learning-based learning model (PBTT) is absolutely necessary. The specific purpose of this development is: Produce Learning products al qur'an hadith science-based model of integrated learning-based learning in accordance with the culture and character of students in MTs Mojosari Mojosari District Mojokerto District. Learning Products al qur'an hadith based on integrated task-based science (PBTT) has been refined based on analysis of test data. Based on the steps that have been implemented can be concluded as follows. 1). In general, expert test results are categorized with a qualification of 3.9 but based on the results of questionnaires distributed to students indicates that the author needs to change by increasing the attractiveness of the model. 2) Product development Integrated Task-Based Cooperative Learning (PBTT) is a cooperative learning product that emphasizes on a special structure designed to influence the interaction patterns of students and has a goal to improve student academic mastery. 3) The weakness of this product opens opportunities for lazy learners to remain passive in their group and likely to influence their group, so that the group's efforts will fail.

Keywords: Learning al qur'an hadith science-based, Integrated Task

TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540

A. Latar Belakang

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki beberapa karakteristik, yaitu terpusat pada siswa (student's centered), memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experience), pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat luwes, dan hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat'dao kebutuhan siswa. Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat dimanfaatkanguru untuk membantu siswa agar dapat berkembang secara optimal (Priatna, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Diperlukan produk hasil model pembelajaran berbasis tugas terpadu (PBTT) untuk membantu siswa kelas VA dalam menerima materi pelajaran IPA di MTs Negeri Mojosari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.

C. Tujuan Model

Tujuan dalam penelitian ini adalah: Menghasilkan produk Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains model pembelajaran berbasis tugas terpadu yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MTs Negeri Mojosari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto yang meliputi: Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

D. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran berbasis tugas terpadu

Willis (1996) menjelaskan bahwa dalam kerangka PBTT, tugas dan teks bergabung untuk memberikan siswa eksposur yang kaya dengan bahasa dan juga kesempatan untuk menggunakan sendiri. Menurut Ellis (2006), tugas merupakan kegiatan yang harus melibatkan bahasa. Nunan (1989 & 2004) dan Skehan (1996), jelas ingin membatasi penggunaan tugas untuk kegiatan di mana makna utama. Willis (1996) telah mendefinisikan tugas jangka sebagai kegiatan di mana bahasa target digunakan oleh pelajar untuk tujuan komunikatif dalam mencapai hasil.

Pembelajaran berbasis tugas telah mendapatkan popularitas di bidang pengajaran bahasa sejak dekade terakhir dari abad ke-20 (Sanchez, 2004). Dalam pendekatan ini, peserta didik berkonsentrasi pada makna daripada bentuk; yaitu, siswa melaksanakan sekelompok tugas komunikatif bukannya melakukan latihan diskrit berbasis form. Siswa dapat mengekspresikan ide-ide mereka sendiri, baik secara lisan atau dalam mode tertulis, tentang topik pelajaran (Willis, 1996).

2. Teori Pengembangan Model dan Desain Pembelajaran

Seels & Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menunjukkan nilai tambah selain ketiga kriteria tersebut.

Menurut para ahli pengembangan bahan pembelajaran, seperti Dick and Carey (2005), Tarigan (1990), Degeng (2000) dan Suparman (2001), bahwa pedoman pengembangan bahan pembelajaran adalah terpenuhinya komponen-komponen pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan untuk membelajarkan pebelajar. Komponen-komponen bahan pembelajaran tersebut diharapkan mampu untuk memotivasi serta memudahkan pebelajar dalam mempelajari serta memotivasi isi bahan pembelajaran tersebut.

Dari pendapat para ahli pengembangan bahan pembelajaran, pengembang berpendapat bahwa manfaat yang nantinya bisa diambil oleh pengembang dengan merancang, mengujicobakan, serta memproduksi bahan pembelajaran mata pelatihan teknik presentasi dan komunikasi adalah: (1) menarik dan memotivasi si belajar (2) dapat menjadi sumber belajar yang efektif dan efisien tentang mata pelajaran ini (3) dapat menjadi pedoman mengajar atau melatih sehingga pelatihan dapat lebih terarah.

3. Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains

Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Menurut Fowler (dalam Trianto, 2010), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010) mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun menurut Wahana (dalam Trianto, 2010), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Menurut Marsetio Donosepoetro (dalam Trianto, 2010), IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan juga sikap ilmiah. Sebagai proses ilmiah diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk ilmiah diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur ilmiah dimaksudkan bahwa metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu pada umumnya berupa riset yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Menurut Piaget (Adey & Harlen, 1986) ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation).

Untuk pengembangan dan penerapan studi Islam diperlukan etika profetik, yaitu etika yang dikembangkan atas dasar nilai – nilai Ilahiyah (qauliyah) bagi pengembangan dan penerapan ilmu.Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al Qur’an, yang dapat dikembangkan untuk etika profetik pengembangan dan penerapan IPTEK, yaitu: Pertama nilai kerahmatan, yakni ilmu harus dapat ditujukan bagi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia dan alam semesta (Q.S. Al Anbiya’:107). Kedua nilai amanah, yakni ilmu itu amanah Allah bagi pemangkunya, dengan demikian pengembangan dan penerapannya dilakukan dengan niat, cara dan tujuan sebagaimana dikehendaki Allah SWT. (Q.S Al Ahzab:72). Ketiga nilai dakwah, yakni pengembangan dan penerapan ilmu merupakan wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran Islam (Q.S Fussilat:33). Keempat, nilai Tabsyir, yakni pemangku ilmu senantiasa memberi harapan baik kepada umat manusia tentang masa depan mereka, termasuk menjaga keseimbangan/kelestarian alam (Q.S. Al Baqarah: 119). Kelima nilai Ibadah, yakni bagi pemangku ilmu, pengembangan dan penerapan ilmu itu merupakan ibadah (Q.S. Adz Dzariyat:56 ; Ali Imran:190-191). Dengan demikian upaya mengintegrasikan nilai – nilai Islam dalam ayat Al Qur’an kedalam pelajaran IPA dapat bernilai yang tersebut diatas apabila dijalankan dengan prinsip nilai.

E. Metode Penelitian

1. Model Pengembangan

Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yatiu: (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) pengembangan produk, (5) uji internal: uji spesifikasi dan uji operasionalisasi produk (6) uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.

Proses uji coba penggunaan produk dilakukan menggunakan desain penelitian Dick & Carey. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan. Efek atau pengaruh perlakuan yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat kemenarikan produk hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan produk.

2. Subjek Penelitian

Subyek uji pengembangan model pembelajaran berbasis tugas terpadu pada mata pelajaran al qur’an hadits berbasis sains ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di MTs Negeri Mojosari kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto.

b. Guru kelas VIII di MTs Negeri Mojosari kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto.

c. Ahli Isi

d. Ahli materi

3. Jenis Data dan Instrumentasi

Dalam pengumpulan data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian.

a. Teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan angket.

b. Pengumpulan data dapat menggunakan instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas), dan kehandalan (reliabilitas).


F. Analisis Data

1. Analisis Data Validasi Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains Berbasis Tugas Terpadu Oleh Ahli

Analisis dilakukan dengan membandingkan setiap komponen yang merupakan indikator dengan standar skor minimum. Skor batas minimum tersebut adalah 21. Indikator dengan skor 20 ke bawah harus direvisi.

Dilihat hasil analisis kualitas Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains berbasis tugas terpadu (PBTT) di atas dapat disimpulkan bahwa RPP/ Skenario Pembelajaran sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains berbasis tugas terpadu (PBTT) tidak ada yang kurang dari 3,0. Pada peilaian ini tidak ada saran untuk revisi.

Dilihat hasil analisis kualitas Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains berbasis tugas terpadu (PBTT) di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains berbasis tugas terpadu (PBTT) tidak ada yang kurang dari 3,0. Dan Tidak ada saran dan komentar untuk Lembar Kerja Siswa Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains berbasis tugas terpadu (PBTT).

2. Analisis Data Validasi Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains Berbasis Tugas Terpadu oleh Siswa

Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains berbasis tugas terpadu (PBTT) diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.56, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.32.

G. Verifikasi/Revisi Produk

1. Revisi RPP/ Skenario Pembelajaran oleh Ahli

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh Ahli Materi di atas maka tidak ada revisi untuk RPP.


2. Revisi Lembar Kerja Siswa oleh Ahli

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh Ahli Materi di atas maka tidak ada revisi untuk LKS.

H. Kesimpulan

1. Dihasilkannya produk berupa seperangkat paket pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains yang diimplementasikan dalam model PBTT. Dalam penyusunan paket pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains model PBTT harus mengindahkan konsep atau prinsip-prinsip dalam teknologi pembelajaran sehingga memungkinkan siswa belajar lebih cepat, efektif, efisien dan termotivasi.

2. Dihasilkannya Produk Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains model pembelajaran berbasis tugas terpadu yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MTs Negeri Mojosari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto yang meliputi: Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

3. Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah Isi perangkat pembelajaran diorganisasi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis tugas terpadu yaitu peserta didik berkonsentrasi pada makna daripada bentuk yaitu, siswa melaksanakan sekelompok tugas komunikatif bukannya melakukan latihan sendiri. Siswa diharapkan untuk mengekspresikan ide-ide mereka sendiri, baik secara lisan atau dalam mode tertulis, tentang topik pelajaran.

4. Secara umum hasil uji ahli dikategorikan cukup dengan kualifikasi 3.9 akan tetapi berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada siswa mengindikasikan bahwa penulis perlu mengubah dengan meningkatkan daya tarik model..

I. Saran-Saran

Berdasar simpulan dari penelitian ini, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Produk pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains model PBTT bisa digunakan untuk pembelajaran mandiri maupun secara klasikal.

2. Produk Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains model PBTT ini dapat dikembangkan dan di diseminasikan kepada para pendidik khususnya guru Sains sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, memotivasi siswa dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

3. Penggunaan produk ini adalah dapat meringankan beban guru saat mengajar, seperti mengulang materi yang belum bisa dipahami, menulis di papan tulis, maupun menjawab pertanyaan siswa tentang tulisan yang belum jelas. Guru yang memiliki kemampuan penguasaan kelas yang lemah juga akan terbantu dengan pemanfaatan media ini.

4. Pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains model pembelajaran berbasis tugas terpadu (PBTT) yang lebih menarik.

J. Daftar Pustaka

Adey, PS, Harlen, W. 1986. An analysis of test items Piaget process skills. Journal of Research in Science Teaching, 23, 707-726.

Aly, A. & Rahma, E. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Bumi Aksara: Jakarta.

Boudjemline, Y., Agnoletti, G., Bonnet, D., Sidi, D., & Bonhoeffer, P. 2004. Percutaneous pulmonary valve replacement in a large right ventricular outflow tract: an experimental study. Journal of the American College of Cardiology, 43(6), 1082-1087.

Buck Institute for Education ,2013, Handbook PBL:Introduction, http://www.bie.org/index.php/site/PBL/pbl_handbook_introduction/#history (Online). Diakses 11 Januari 2016

Degeng, I. N. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi & Demokratisasi. Makalah Seminar Regional, di Universitas PGRI Surabaya: 19 April 2000.

Dick, W. & Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America: Scott Foresman and Company.

Fowler, H. W. 1994. A dictionary of modern English usage. Wordsworth Editions.

Havighurst, R. J. 1998. Developmental tasks and education. psycnet.apa.org

Heinich, M, & Russel. 1989. Instructional media and the new technologiest of instruction. (Third edition). USA: Macmillan, inc

Isjoni, 2009, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta. Pustaka Belajar,

Kurikulum, P., & Depdiknas, B. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran al qur’an hadits berbasis sains Terpadu, SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Morrison, G., Ross, S., & Kemp, J. 2001. Design effective instruction. New York: John Wiley & Sons

Nasution, N. 2004. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Plomp, Tj. 1994. Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente

Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Terpadu dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK Millenium III. Makalah disampaikan pada seminar lokakarya Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya bekerjasama dengan Himpunan Fisika Indonesia (HFI).

Prasetyo, 2009, Pembelajaran Terpadu (Online) https://teguhsatu.wordpress.com /2009/11/11/pembelajaran-terpadu/ diakses 11 Januari 2016

Priatna, N. Dkk. 2007. Pembelajaran Tematis Jilid I. Bandung: Grafindo Media Utama.

Samuel, Sophie. 2013. Importance Of Education In A Country’s Progress, HowToLearn.com. http://www.howtolearn.com/2013/03/importance-of-education-in-a-countrys-progress/ diakses tanggal 9 Januari 2016

Seels, B., & Richey, R. 1994. Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.

Sumantri, 2005, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Universitas Terbuka

Suparman, A. 2001. Desain instruksional. Pusat antar Universitas untuk Peningkatan & Pengembangan Aktivitas Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, Departemen Pendidikan Tinggi.

Syaodih, N. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung, Universitas Islam Nusantara Bandung (UNINUS).

Tarigan, H. Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Thornburg, H. D. 1984. Introduction to educational psychology. West Group.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Willis, J. & Willis, D. (eds.) 1996 Tantangan dan Perubahan Pengajaran Bahasa Macmillan (versi cetak).

No comments:

Post a Comment