Pengembangan modul berstrategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015
Isnoa*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden penulis: isno_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id
Abstract
Development of teaching materials in the form of modules becomes a very urgent need. This is a consequence of the application of competency-based school-based curriculum in schools. Competency approach requires the use of modules in the implementation of learning. Modules can help schools in realizing quality learning. The application of modules can condition learning activities better planned, independent, complete and with clear output. It is expected that in making this module applying PAIKEM learning (Active, Creative, Effective and Joyful Learning). The objectives of this module development are: 1) Generating Modules with Innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies that are feasible to improve student's learning achievement in accordance with the culture and character of students in MAN Mojokerto 2) Improving student achievement of grade XI MAN Mojokerto by using product Modules with innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies. From the results of this research development can be concluded: 1) Modules with innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies developed can also be used as a task that can be given when teachers are unable to attend. 2) Module products with innovative, interesting, challenging and fun strategies can be developed by educators especially math teachers so that learning becomes more fun, motivating students and improving students' learning mastery. Further research development can be done by utilizing modules with innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies that are more interesting.
Keywords: Learning model, module, achievement.
TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540
A. Latar Belakang
Saat ini pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini merupakan konsekuensi diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berbasis kompetensi. Pendekatan kompetensi mempersyaratkan penggunaan modul dalam pelaksanaan pembelajarannya. Modul dapat membantu sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Penerapan modul dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas.
Secara filosofis siswa memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat evalusionis, karena lingkungan hidup siswa merupakan suatu dunia yang terus berproses pula.
Dalam konsep pembelajaran tradisional peserta didik diperlakukan sebagai gelas kosong yang pasif yang hanya menerima ceramah dari sang guru tentag ilmu pengetahuan dan informasi. Sehingga ilmu pengetahuan maksimal adalah ilmu pengetahuan yang dimiliki sang guru, sebaliknya kemampuan peserta didik dalam menangkap apa yang diberikan guru bervariasi sesuai dengan kemampuan maksimal siswa. Karena memahami hal ini, maka guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dituntut untuk menciptakan suasana yang mungkin peserta didik secara aktif menemukan proses dan mengkontruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru.
Pengetahuan siswa adalah kumpulan kesan-kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman empirik yang partikular yang seharusnya siap untuk digunakan. Kesan-kesan dari luar diterima indra, dimana indra jasmani meruakan satu kesatuan dengan rohani. Oleh karena itu, jasmani dan ruhani perlu mendapatkan kebebasan dalam menerima kesan-kesan dari lingkungannya. Kemudian kesan-kesan ini masuk kedalm otak untuk difikirkan ditambah dengan pertimbangan informasi terdahulu. Dengan demikian pendidikan yang diperlukan bagi siswa adalah pendidikan yang menyeluruh dan menyentuh aspek jasmani dan rohani dengan memberi tempat yang sesuai dengan siswa.
Upaya guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yakni dengan membuat pelajaran menjadi menarik, sebagaimana Firman Allah Surah Al Mujadilah ayat 11: Wahai orang – orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ''Berilah kelapangan di dalam mejelis – majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan(Qs. Al Mujaadilah: 11). Dan hadits Rasulullah SAW: Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah bersabda: “Permudahkanlah (manusia dalam urusan agama) dan jangan mempersukar mereka, dan berilah kabar gembira dan jangan mereka dibuat lari.” (HR. Bukhari), banyak ayat lain seperti surat yusuf 111: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran sesuai PAIKEM. Salah satu model pembelajaran yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik tapi menyebabkan siswa menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.Dan salah satu bahan ajarnya menggunakan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam. Oleh karena itu sesuai judul penelitian, diperlukan media pembelajaran seperti modul berstrategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam agar peserta didik dapat meminimalisasi rasa jenuh saat belajar dan memudahkan peserta didik untuk memahami materi pembelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Mojokerto.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam layak untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MAN Mojokerto?
2. Apakah penggunaan produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam dapat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam yang layak untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MAN Mojokerto
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Mojokerto dengan menggunakan produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam.
D. Kajian pustaka
1. Modul
Modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009:472). Modul adalah program pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, selain itu memuat bahan dan kegiatan untuk mencapai tujuan serta evaluasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran (Rohman, 2013:93).
Pengajaran modul merupakan usaha penyelanggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya. Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
Modul merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.
Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul sebagai berikut:
a. Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
b. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.
c. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.
f. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
2. Pembelajaran Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental di antaranya membangun rasa percaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft powerpoint merupakan salah satu alternatif. Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan mudah dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan.
Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan dan dianalisis sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik. Pembelajaran yang inovatif juga tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama. (Syah dan Kariadinata, 2009: 16)
Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang di dalamnya ada cerita, ada nyanyian, ada tantangan, dan ada pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Gurunya santai dan humoris, namun memiliki kesungguhan dalam membantu siswa menguasai materi pelajaran melalui cara-cara yang mudah, cepat, dan menyenangkan. Gurunya mengerti dan memahami kondisi siswa, serta memberikan perhatian penuh kepada kelas. Selain itu guru juga memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk maju dan berkembang, tidak hanya pada siswa-siswa tertentu saja.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik (sekaligus efektif dan efisien), William Watson Purkey dalam artikelnya berjudul “Preparing Invitational Teachers for Next-Century Schools” (Slick, 1995:1-3) menyarankan empat hal yang harus ada dan dipenuhi dalam setiap proses pembelajaran, demi untuk memberikan tujuan dan arah yang jelas. Keempat hal dasar tersebut meliputi: kepercayaan (trust), rasa hormat (respect), optimisme (optimism), dan kesengajaan (intentionality).
a. Kepercayaan. Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan bersama dan saling mendukung antara guru dan siswa, di mana proses sama pentingnya dengan produk. Dalam praktik pembelajaran harus terjadi suatu pengenalan atas “saling ketergantungan” di antara sesama manusia. Ungkap dia: “Attempting to teach students without involving them in the process is a lost cause.” Bahkan andaikata usaha untuk membuat siswa melakukan apa yang diinginkan oleh guru tanpa kerja sama mereka dianggap berhasil, energi yang dihabiskan oleh guru biasanya tidak sepadan dengan apa yang dicapai.
b. Rasa hormat. Rasa hormat dapat diwujudkan dengan kepedulian yang mendalam kepada para siswa dan perilaku yang memadai yang ditunjukkan oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang pasti mampu, bernilai, dan cakap untuk menjadi bertanggung jawab; dan mereka harus diperlakukan secara benar. Rasa “saling-menghormati” di antara guru dan siswa, adalah dasar bagi terbangunnya tanggung jawab bersama, sebagai unsur sangat penting yang harus ada dalam setiap kelas.
c. Optimisme. Setiap orang mempunyai potensi yang tak terbatas. Keunikan manusia adalah tidak-adanya batasan yang jelas mengenai potensi yang telah ditemukan. Pembelajaran yang menarik tidak akan ada artinya apabila optimisme mengenai potensi manusia terabaikan.
d. Kesengajaan. Potensi manusia dikenali terutama dengan tempat, proses, dan program yang dirancang untuk merangsang perkembangan; dan ini dapat dilakukan guru yang dengan sengaja membuat dirinya menarik, bagi diri sendiri dan orang lain, secara pribadi maupun secara profesional.
3. Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar dalam dunia pendidikan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk dibahas, karena keberadaannya sangat bermanfaat bagi pendidik, peserta didik, maupun orang tua. Prestasi belajar bagi pendidik dapat dijadikan tolok ukur tentang sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan terhadap peserta didiknya.
Bagi peserta didik pencapaian prestasi belajar dapat memberi gambaran tentang hasil dari usaha yang telah dilaksanakannya, sedagkan bagi orang tua dengan mengetahui prestasi belajar peserta didik, maka akan dapat mengetahui tingkat keberhasilan putra-putrinya di sekolah, selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan untuk memberikan dorongan dan pengawasan dirumah.
Tentang apa yang dimaksud dengan prestasi belajar banyak ahli yang memberikan definisi sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Winkel (Nasukha, 2008: 18), prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan belajar di sekolah dan usaha yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu usaha yang diperoleh melalui keuletan kerja yang dicapai dalam bentuk nilai yang telah diperoleh seseorang.
E. Pengembangan Model / Produk
Pengembangan modul berstrategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar PPKn kelas XI MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah (research and development) atau penelitian pengembangan. Saat proses pengembangan, diberlakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari segi isi/ materi dan desain media pembelajaran. Sedangkan uji coba produk juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan produk yang telah dihasilkan dari penelitian pengembangan ini.
Model pengembangan tersebut meliputi tujuh tahapan pemodelan produk dan uji produk, yatiu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk(6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.
Dengan mengadaptasi model tersebut, maka tahapan pemodelan yang digunakan, yaitu:
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Gambar 1. Model Pengembangan Modul
F. Tahapan Pemodelan / Produk
Tahapan pemodelan dilakukan melalui 5 tahap yakni 1) menentukan model yang akan dikembangkan; 2) mengidentifikasi silabus mata pelajaran; 3) persiapan pengembangan dengan mengikuti langkah-langkah Dick & Carey; 4) pengembangan prototipe yang terdiri: a) petunjuk, b) tujuan umum, c) tujuan khusus, d) kerangka isi, e) uraian isi, f) rangkuman, g) tugas/latihan dan jawaban/penilaian tugas/latihan; 5) tahap merancang dan melakukan evaluasi formatif terdiri: 1. tinjauan ahli mata pelatihan (isi), ahli rancangan, ahli media, 2. uji coba perorangan, dan 3. uji coba kelompok.
G. Uji Coba Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu: kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria). Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
H. Subjek Uji Coba
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel.
a) Penentuan sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup dan tapan penelitian pengembangan.
b) Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis produk yang akan dikembangkan, terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan produk, dan sasaran pemakai produk.
c) Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary field test).
I. Analisis Data
1. Analisis Data Validasi Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam Oleh Ahli
Pada hasil uji coba ahli secara teoritis dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Ahli Materi 1/Dosen Ahli
Hasil pemeriksaan Ahli Materi 1/Dosen Ahli dapat dinyatakan bahwa ahli 1 telah merevisi 12 item dimana yang disarankan untuk direvisi ada 2 item. Sedangkan yang 10 item tidak direvisi, sehingga dapat dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 83.33 % adapun iten yang disarankan untuk direvisi adalah:
1) petunjuk modul belum jelas
2) waktu untuk setiap langkah dalam modul belum cukup
b. Ahli Materi 2/rekan sejawat
Hasil pemeriksaan Ahli Materi 2/rekan sejawat dapat dinyatakan bahwa ahli 1 telah merevisi 25 item dimana yang disarankan untuk direvisi ada 3 item. Sedangkan yang 22 item tidak direvisi, sehingga dapat dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 88.00 % adapun iten yang disarankan untuk direvisi adalah:
1) waktu untuk setiap langkah dalam modul belum cukup
2) warna gambar belum menarik
3) perpaduan warna belum menarik
c. Ahli Materi 3/Ahli desain / ahli media
Hasil pemeriksaan Ahli Materi 3/Ahli desain / ahli media dapat dinyatakan bahwa ahli 1 telah merevisi 16 item dimana yang disarankan untuk direvisi ada 2 item. Sedangkan yang 14 item tidak direvisi, sehingga dapat dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 87.50 % adapun iten yang disarankan untuk direvisi adalah:
1) warna gambar belum menarik
2) perpaduan warna belum menarik
2. Analisis Data Validasi Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam oleh Siswa
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.60, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.29.
Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan beberapa penggantian seperti berikut.
a. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.65, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.26.
Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan beberapa penggantian seperti berikut.
a. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
3. Analisis Data ketuntasan belajar siswa pada Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015
a. Analisa Hasil Pre Tes
Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar diperoleh nilai rata-rata Pemahaman belajar siswa adalah 74.80 % dan ketuntasan belajar mencapai 76.00 % atau ada 19 siswa dari 25 anak sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada hasil pre tes secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 70.00 hanya sebesar 76.00 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar.
b. Analisa Hasil Pos Tes
Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar diperoleh nilai rata-rata Pemahaman belajar siswa adalah 86.92 % dan ketuntasan belajar mencapai 92.31 % atau ada 24 siswa dari 26 anak sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 70.00 hanya sebesar 92.31 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar.
c. Analisa Peningkatan Ketuntasan
1. Hasil analisis ketuntasan belajar siswa kelas XI IPA - 1 MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 diketahui bahwa nilai rata-rata Pre tes 74.80 meningkat pada pos tes 86.92 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 76.00 % meningkat menjadi 92.31 %
2. Hasil analisis ketuntasan belajar siswa kelas Kelas XI IPA - 3 MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 diketahui bahwa nilai rata-rata Pre tes 71.39 meningkat pada pos tes 86.11 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 69.44 % meningkat menjadi 94.44 %
J. Verifikasi/Revisi Produk
3. Revisi Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam oleh Ahli
a. Merevisi petunjuk modul
b. Merevisi kecukupan waktu untuk setiap langkah dalam modul
c. waktu untuk setiap langkah dalam modul belum cukup
d. warna gambar belum menarik
e. perpaduan warna belum menarik
f. warna gambar belum menarik
g. perpaduan warna belum menarik
4. Revisi oleh Siswa
a. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
b. Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya
c. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
d. Mengubah cara evaluasi dalam penggunaan model
Produk produk yang sudah direvisi selanjutnya disebut valid, karena telah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris. Beberapa hal perlu digarisbawahi tentang produk yang telah direvisi ini adalah sebagai berikut.
Produk produk yang sudah direvisi selanjutnya disebut valid, karena telah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris.
K. Kesimpulan
Hasil penelitian Pengembangan modul berstrategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 ini telah melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah (1) melakukan analisis kebutuhan; (2) menentukan kompetensi dan model pembelajaran; (3) merumuskan judul, SK, dan KD; (4) menyusun program produk; (5) memvalidasi, uji coba produk dan merevisi. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil prosentase uji Ahli Materi 1/Dosen dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 83.33 %, Ahli Materi 2/rekan sejawat menyatakan modul ini LAYAK dengan persentase pencapaian 88.00 % dan pemeriksaan Ahli Materi 3/Ahli desain / ahli menyatakan bahwa produk modul ini LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 87.50 %. Sedangkan hasil uji empiris oleh siswa melalui angket dinyatakan bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.53, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.35.
2. Penggunaan produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada siswa kelas XI IPA - 1 diperoleh nilai rata-rata Pre tes 74.80 meningkat pada pos tes 86.92 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 76.00 % meningkat menjadi 92.31 % pada siswa kelas Kelas XI IPA - 3 diperoleh bahwa nilai rata-rata Pre tes 71.39 meningkat pada pos tes 86.11 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 69.44 % meningkat menjadi 94.44 %
L. Saran-Saran
Berdasar simpulan dari penelitian ini, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam yang dikembangkan bisa juga digunakan sebagai tugas yang dapat diberikan pada saat guru berhalangan hadir.
2. Produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam ini dapat dikembangkan oleh para pendidik khususnya guru PKn sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, memotivasi siswa dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam yang lebih menarik.
M. Daftar Pustaka
Akbaba, A. 2008. Competence in Suitably Use and Fullfilling of Psychological Development Files in Primary Schools. World Applied Sciences Journal 41: 50-54, 2008.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
Asmani. Jamal Ma’mur. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Di Sekolah. Jogjakarta: BUKU BIRU
BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Buhl, Monika 2003. Jugend, Familie, Politik. Familiale Bedingungen und politische Orientierungen im Jugendalter. Opladen: Leske und Budrich.
Charsky D, Ressler W. “Games are made for fun”: Lessons on the effects of concept maps in the classroom use of computer games. Computers & Education 2011; 56(3: 604-615.
Dendy Sugono dkk,, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Detjen, Joachim 2007. Politische Bildung. Geschichte und Gegenwart in Deutschland. Munchen. Wien: Oldenbourg.
Eggen, P., & Kauchak, D. 2004. Educational Psychology, Windows on Classrooms (6th ed). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.
Fitch, S. 2001. Child Development in the 21st Century. Redding, CA: North West Publishing.
Hellmuth, Thomas/Klepp, Cornelia 2010. Politische Bildung. Geschichte — Modelle — Praxisbeispiele. Wien, Koln, Weimar: UTB Verlag.
Hurlock, E. B. 1980. Development Psychology. A Life Span Approach, Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Isjoni dan Arif Ismail. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lewis, J. 2008. The Physiological and Psychological Development of the Adolescent. New York: the Yale-New Haven Teachers Institute.
Majid, Abdul, 2005. Perencanaan Pembelajaran (mengembangkan kompetensi guru), Bandung. Remaja Rosdakarya,
Malone T. Heuristics for Designing Enjoyable User Interface: Lessons From Computer Games. In Proceedings of the Conference on Human Factors in Computing Systems, 1982. pp. 63-68. New York: ACM. Carroll J. Beyond Fun. Interactions 2004; 11(5: 38-40.
Malone TW, Lepper MR. Making learning fun: A taxonomy of intrinsic motivations for learning. Aptitude, learning, and instruction 1987; 3: 223-253.
Massing, Peter 1999. Theoretische und normative Grundlagen politischer Bildung. In: Beer, Wolfgang et al. (Hrsg.): Handbuch politische Erwachsenenbildung. Schwalbach: Wochenschau Verlag 1999.
Nasukha. Ahyar 2008. Penggunaan Media Sempoa dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD N Gondang I Kecamatan Nawangan Pacitan Tahun Pelajaran 2007/2008. tesis. Universitas Sebelas Maret.
Nurna. 2008. Makalah Psikologi Tentang Psikologi Perkembangan "Remaja Dan Pacaran". httD://www.anakciremai.bloasDot.com. diakses tanggal 5 Mei 2015
OECD 2001. Learning to Change: ICT in Schools. Paris: OECD.
Pendidikan Asosiasi Riset Amerika, American Psychological Association, dan Dewan Nasional Pengukuran dalam Pendidikan 1999. Standar Pendidikan dan Psychological Testing. Washington, DC: American Educational Research Association.
Prasetya Irawan,. 2007, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Pekerti). Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Putra, Asep Sutisna 2009 Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia, https://asepsutisna.wordpress.com/ 26 Oktober 2009. Diakses tanggal 5 Mei 2015.
Rahman, Muhammad, dan Sofan. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Sander, Wolfgang 2002. Von der Volksbelehrung zur modernen Profession. Zur Geschichte der politischen Bildung zwischen Ideologie und Wissenschaft. In: Butterwege, Christoph/Hentges, Gudrun (Hrsg.): Politische Bildung und Globalisierung. Opladen: VS Verlag.
Santrock, J. W. 1996. Adolescence 6th Edition. Dallas: Times Mirror Higher Education.
Slick, Gloria Appelt, Ed. 1995. Making the Difference for Teachers: The Field Experience in Actual Practice. Corwin Press, Inc., 2455 Teller Road,
Surya, Mohamad, 2014, Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran,Garut: STKIP Garut Press.
Suryadi, Ace, Dasim Budimansyah.2009. Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional Konsep, Teori dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik. Widya Aksara Press. Bandung.
Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media pembelajaran mandiri pada mata pelajaran teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VII semester 1 di SMPN 4 Jombang. Surabaya: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata. 2009. “Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)”, Bahan Pelatihan, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
University of Illinois at Urbana-Champaign 2009, February 12. All work and no play makes for troubling trend in early education. ScienceDaily. Retrieved October 7, 2013, from http://www.sciencedaily.com- /releases/2009/02/090212125137.htm
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Gallino, L. 2004. Globalizzazione. In Dizionario di sociologia, (II ed.), Torino, UTET.
Federica Cornali, Simona Tirocchi 2012 Globalization, education, information and communication technologies: what relationships and reciprocal influences?. Procedia - Social and Behavioral Sciences 47 2012 2060 – 2069
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung.
Dwi Rianarwati. 2006. Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Mangun Baru Wates Kulon Progo. Skripsi. UNY: Tidak diterbitkan.
Isnoa*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden penulis: isno_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id
Abstract
Development of teaching materials in the form of modules becomes a very urgent need. This is a consequence of the application of competency-based school-based curriculum in schools. Competency approach requires the use of modules in the implementation of learning. Modules can help schools in realizing quality learning. The application of modules can condition learning activities better planned, independent, complete and with clear output. It is expected that in making this module applying PAIKEM learning (Active, Creative, Effective and Joyful Learning). The objectives of this module development are: 1) Generating Modules with Innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies that are feasible to improve student's learning achievement in accordance with the culture and character of students in MAN Mojokerto 2) Improving student achievement of grade XI MAN Mojokerto by using product Modules with innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies. From the results of this research development can be concluded: 1) Modules with innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies developed can also be used as a task that can be given when teachers are unable to attend. 2) Module products with innovative, interesting, challenging and fun strategies can be developed by educators especially math teachers so that learning becomes more fun, motivating students and improving students' learning mastery. Further research development can be done by utilizing modules with innovative, Attractive, Challenging and Exciting strategies that are more interesting.
Keywords: Learning model, module, achievement.
TA’DIBIA JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Volume 5 Nomor : 1 Mei 2015, ISSN: 2088-4540
A. Latar Belakang
Saat ini pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini merupakan konsekuensi diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berbasis kompetensi. Pendekatan kompetensi mempersyaratkan penggunaan modul dalam pelaksanaan pembelajarannya. Modul dapat membantu sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Penerapan modul dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas.
Secara filosofis siswa memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat evalusionis, karena lingkungan hidup siswa merupakan suatu dunia yang terus berproses pula.
Dalam konsep pembelajaran tradisional peserta didik diperlakukan sebagai gelas kosong yang pasif yang hanya menerima ceramah dari sang guru tentag ilmu pengetahuan dan informasi. Sehingga ilmu pengetahuan maksimal adalah ilmu pengetahuan yang dimiliki sang guru, sebaliknya kemampuan peserta didik dalam menangkap apa yang diberikan guru bervariasi sesuai dengan kemampuan maksimal siswa. Karena memahami hal ini, maka guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dituntut untuk menciptakan suasana yang mungkin peserta didik secara aktif menemukan proses dan mengkontruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru.
Pengetahuan siswa adalah kumpulan kesan-kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman empirik yang partikular yang seharusnya siap untuk digunakan. Kesan-kesan dari luar diterima indra, dimana indra jasmani meruakan satu kesatuan dengan rohani. Oleh karena itu, jasmani dan ruhani perlu mendapatkan kebebasan dalam menerima kesan-kesan dari lingkungannya. Kemudian kesan-kesan ini masuk kedalm otak untuk difikirkan ditambah dengan pertimbangan informasi terdahulu. Dengan demikian pendidikan yang diperlukan bagi siswa adalah pendidikan yang menyeluruh dan menyentuh aspek jasmani dan rohani dengan memberi tempat yang sesuai dengan siswa.
Upaya guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yakni dengan membuat pelajaran menjadi menarik, sebagaimana Firman Allah Surah Al Mujadilah ayat 11: Wahai orang – orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ''Berilah kelapangan di dalam mejelis – majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan(Qs. Al Mujaadilah: 11). Dan hadits Rasulullah SAW: Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah bersabda: “Permudahkanlah (manusia dalam urusan agama) dan jangan mempersukar mereka, dan berilah kabar gembira dan jangan mereka dibuat lari.” (HR. Bukhari), banyak ayat lain seperti surat yusuf 111: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran sesuai PAIKEM. Salah satu model pembelajaran yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik tapi menyebabkan siswa menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.Dan salah satu bahan ajarnya menggunakan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam. Oleh karena itu sesuai judul penelitian, diperlukan media pembelajaran seperti modul berstrategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam agar peserta didik dapat meminimalisasi rasa jenuh saat belajar dan memudahkan peserta didik untuk memahami materi pembelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Mojokerto.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam layak untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MAN Mojokerto?
2. Apakah penggunaan produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam dapat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam yang layak untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang sesuai dengan kultur dan karakter siswa di MAN Mojokerto
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Mojokerto dengan menggunakan produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam.
D. Kajian pustaka
1. Modul
Modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009:472). Modul adalah program pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, selain itu memuat bahan dan kegiatan untuk mencapai tujuan serta evaluasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran (Rohman, 2013:93).
Pengajaran modul merupakan usaha penyelanggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya. Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
Modul merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.
Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul sebagai berikut:
a. Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
b. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.
c. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.
f. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
2. Pembelajaran Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental di antaranya membangun rasa percaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft powerpoint merupakan salah satu alternatif. Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan mudah dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan.
Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan dan dianalisis sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik. Pembelajaran yang inovatif juga tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama. (Syah dan Kariadinata, 2009: 16)
Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang di dalamnya ada cerita, ada nyanyian, ada tantangan, dan ada pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Gurunya santai dan humoris, namun memiliki kesungguhan dalam membantu siswa menguasai materi pelajaran melalui cara-cara yang mudah, cepat, dan menyenangkan. Gurunya mengerti dan memahami kondisi siswa, serta memberikan perhatian penuh kepada kelas. Selain itu guru juga memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk maju dan berkembang, tidak hanya pada siswa-siswa tertentu saja.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik (sekaligus efektif dan efisien), William Watson Purkey dalam artikelnya berjudul “Preparing Invitational Teachers for Next-Century Schools” (Slick, 1995:1-3) menyarankan empat hal yang harus ada dan dipenuhi dalam setiap proses pembelajaran, demi untuk memberikan tujuan dan arah yang jelas. Keempat hal dasar tersebut meliputi: kepercayaan (trust), rasa hormat (respect), optimisme (optimism), dan kesengajaan (intentionality).
a. Kepercayaan. Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan bersama dan saling mendukung antara guru dan siswa, di mana proses sama pentingnya dengan produk. Dalam praktik pembelajaran harus terjadi suatu pengenalan atas “saling ketergantungan” di antara sesama manusia. Ungkap dia: “Attempting to teach students without involving them in the process is a lost cause.” Bahkan andaikata usaha untuk membuat siswa melakukan apa yang diinginkan oleh guru tanpa kerja sama mereka dianggap berhasil, energi yang dihabiskan oleh guru biasanya tidak sepadan dengan apa yang dicapai.
b. Rasa hormat. Rasa hormat dapat diwujudkan dengan kepedulian yang mendalam kepada para siswa dan perilaku yang memadai yang ditunjukkan oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang pasti mampu, bernilai, dan cakap untuk menjadi bertanggung jawab; dan mereka harus diperlakukan secara benar. Rasa “saling-menghormati” di antara guru dan siswa, adalah dasar bagi terbangunnya tanggung jawab bersama, sebagai unsur sangat penting yang harus ada dalam setiap kelas.
c. Optimisme. Setiap orang mempunyai potensi yang tak terbatas. Keunikan manusia adalah tidak-adanya batasan yang jelas mengenai potensi yang telah ditemukan. Pembelajaran yang menarik tidak akan ada artinya apabila optimisme mengenai potensi manusia terabaikan.
d. Kesengajaan. Potensi manusia dikenali terutama dengan tempat, proses, dan program yang dirancang untuk merangsang perkembangan; dan ini dapat dilakukan guru yang dengan sengaja membuat dirinya menarik, bagi diri sendiri dan orang lain, secara pribadi maupun secara profesional.
3. Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar dalam dunia pendidikan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk dibahas, karena keberadaannya sangat bermanfaat bagi pendidik, peserta didik, maupun orang tua. Prestasi belajar bagi pendidik dapat dijadikan tolok ukur tentang sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan terhadap peserta didiknya.
Bagi peserta didik pencapaian prestasi belajar dapat memberi gambaran tentang hasil dari usaha yang telah dilaksanakannya, sedagkan bagi orang tua dengan mengetahui prestasi belajar peserta didik, maka akan dapat mengetahui tingkat keberhasilan putra-putrinya di sekolah, selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan untuk memberikan dorongan dan pengawasan dirumah.
Tentang apa yang dimaksud dengan prestasi belajar banyak ahli yang memberikan definisi sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Winkel (Nasukha, 2008: 18), prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan belajar di sekolah dan usaha yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu usaha yang diperoleh melalui keuletan kerja yang dicapai dalam bentuk nilai yang telah diperoleh seseorang.
E. Pengembangan Model / Produk
Pengembangan modul berstrategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar PPKn kelas XI MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah (research and development) atau penelitian pengembangan. Saat proses pengembangan, diberlakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari segi isi/ materi dan desain media pembelajaran. Sedangkan uji coba produk juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan produk yang telah dihasilkan dari penelitian pengembangan ini.
Model pengembangan tersebut meliputi tujuh tahapan pemodelan produk dan uji produk, yatiu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk(6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.
Dengan mengadaptasi model tersebut, maka tahapan pemodelan yang digunakan, yaitu:
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Gambar 1. Model Pengembangan Modul
F. Tahapan Pemodelan / Produk
Tahapan pemodelan dilakukan melalui 5 tahap yakni 1) menentukan model yang akan dikembangkan; 2) mengidentifikasi silabus mata pelajaran; 3) persiapan pengembangan dengan mengikuti langkah-langkah Dick & Carey; 4) pengembangan prototipe yang terdiri: a) petunjuk, b) tujuan umum, c) tujuan khusus, d) kerangka isi, e) uraian isi, f) rangkuman, g) tugas/latihan dan jawaban/penilaian tugas/latihan; 5) tahap merancang dan melakukan evaluasi formatif terdiri: 1. tinjauan ahli mata pelatihan (isi), ahli rancangan, ahli media, 2. uji coba perorangan, dan 3. uji coba kelompok.
G. Uji Coba Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu: kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria). Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
H. Subjek Uji Coba
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel.
a) Penentuan sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup dan tapan penelitian pengembangan.
b) Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis produk yang akan dikembangkan, terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan produk, dan sasaran pemakai produk.
c) Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary field test).
I. Analisis Data
1. Analisis Data Validasi Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam Oleh Ahli
Pada hasil uji coba ahli secara teoritis dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Ahli Materi 1/Dosen Ahli
Hasil pemeriksaan Ahli Materi 1/Dosen Ahli dapat dinyatakan bahwa ahli 1 telah merevisi 12 item dimana yang disarankan untuk direvisi ada 2 item. Sedangkan yang 10 item tidak direvisi, sehingga dapat dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 83.33 % adapun iten yang disarankan untuk direvisi adalah:
1) petunjuk modul belum jelas
2) waktu untuk setiap langkah dalam modul belum cukup
b. Ahli Materi 2/rekan sejawat
Hasil pemeriksaan Ahli Materi 2/rekan sejawat dapat dinyatakan bahwa ahli 1 telah merevisi 25 item dimana yang disarankan untuk direvisi ada 3 item. Sedangkan yang 22 item tidak direvisi, sehingga dapat dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 88.00 % adapun iten yang disarankan untuk direvisi adalah:
1) waktu untuk setiap langkah dalam modul belum cukup
2) warna gambar belum menarik
3) perpaduan warna belum menarik
c. Ahli Materi 3/Ahli desain / ahli media
Hasil pemeriksaan Ahli Materi 3/Ahli desain / ahli media dapat dinyatakan bahwa ahli 1 telah merevisi 16 item dimana yang disarankan untuk direvisi ada 2 item. Sedangkan yang 14 item tidak direvisi, sehingga dapat dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 87.50 % adapun iten yang disarankan untuk direvisi adalah:
1) warna gambar belum menarik
2) perpaduan warna belum menarik
2. Analisis Data Validasi Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam oleh Siswa
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.60, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.29.
Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan beberapa penggantian seperti berikut.
a. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.65, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.26.
Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan beberapa penggantian seperti berikut.
a. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
3. Analisis Data ketuntasan belajar siswa pada Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015
a. Analisa Hasil Pre Tes
Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar diperoleh nilai rata-rata Pemahaman belajar siswa adalah 74.80 % dan ketuntasan belajar mencapai 76.00 % atau ada 19 siswa dari 25 anak sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada hasil pre tes secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 70.00 hanya sebesar 76.00 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar.
b. Analisa Hasil Pos Tes
Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar diperoleh nilai rata-rata Pemahaman belajar siswa adalah 86.92 % dan ketuntasan belajar mencapai 92.31 % atau ada 24 siswa dari 26 anak sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 70.00 hanya sebesar 92.31 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan Pengajaran Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar.
c. Analisa Peningkatan Ketuntasan
1. Hasil analisis ketuntasan belajar siswa kelas XI IPA - 1 MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 diketahui bahwa nilai rata-rata Pre tes 74.80 meningkat pada pos tes 86.92 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 76.00 % meningkat menjadi 92.31 %
2. Hasil analisis ketuntasan belajar siswa kelas Kelas XI IPA - 3 MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 diketahui bahwa nilai rata-rata Pre tes 71.39 meningkat pada pos tes 86.11 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 69.44 % meningkat menjadi 94.44 %
J. Verifikasi/Revisi Produk
3. Revisi Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam oleh Ahli
a. Merevisi petunjuk modul
b. Merevisi kecukupan waktu untuk setiap langkah dalam modul
c. waktu untuk setiap langkah dalam modul belum cukup
d. warna gambar belum menarik
e. perpaduan warna belum menarik
f. warna gambar belum menarik
g. perpaduan warna belum menarik
4. Revisi oleh Siswa
a. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
b. Memperbaiki tampilan model atau mengganti strategi pembelajarannya
c. Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model
d. Mengubah cara evaluasi dalam penggunaan model
Produk produk yang sudah direvisi selanjutnya disebut valid, karena telah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris. Beberapa hal perlu digarisbawahi tentang produk yang telah direvisi ini adalah sebagai berikut.
Produk produk yang sudah direvisi selanjutnya disebut valid, karena telah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris.
K. Kesimpulan
Hasil penelitian Pengembangan modul berstrategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 ini telah melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah (1) melakukan analisis kebutuhan; (2) menentukan kompetensi dan model pembelajaran; (3) merumuskan judul, SK, dan KD; (4) menyusun program produk; (5) memvalidasi, uji coba produk dan merevisi. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil prosentase uji Ahli Materi 1/Dosen dinyatakan bahwa produk modul ini dinyatakan LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 83.33 %, Ahli Materi 2/rekan sejawat menyatakan modul ini LAYAK dengan persentase pencapaian 88.00 % dan pemeriksaan Ahli Materi 3/Ahli desain / ahli menyatakan bahwa produk modul ini LAYAK dengan taraf persentase pencapaian 87.50 %. Sedangkan hasil uji empiris oleh siswa melalui angket dinyatakan bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.53, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.35.
2. Penggunaan produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada siswa kelas XI IPA - 1 diperoleh nilai rata-rata Pre tes 74.80 meningkat pada pos tes 86.92 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 76.00 % meningkat menjadi 92.31 % pada siswa kelas Kelas XI IPA - 3 diperoleh bahwa nilai rata-rata Pre tes 71.39 meningkat pada pos tes 86.11 sedangkan prosentase ketuntasan pre tes adalah 69.44 % meningkat menjadi 94.44 %
L. Saran-Saran
Berdasar simpulan dari penelitian ini, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam yang dikembangkan bisa juga digunakan sebagai tugas yang dapat diberikan pada saat guru berhalangan hadir.
2. Produk modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam ini dapat dikembangkan oleh para pendidik khususnya guru PKn sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, memotivasi siswa dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan modul dengan strategi Inovatif, Menarik, Menantang dan Menyenangkan dengan perpektif Pendidikan Islam yang lebih menarik.
M. Daftar Pustaka
Akbaba, A. 2008. Competence in Suitably Use and Fullfilling of Psychological Development Files in Primary Schools. World Applied Sciences Journal 41: 50-54, 2008.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
Asmani. Jamal Ma’mur. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Di Sekolah. Jogjakarta: BUKU BIRU
BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Buhl, Monika 2003. Jugend, Familie, Politik. Familiale Bedingungen und politische Orientierungen im Jugendalter. Opladen: Leske und Budrich.
Charsky D, Ressler W. “Games are made for fun”: Lessons on the effects of concept maps in the classroom use of computer games. Computers & Education 2011; 56(3: 604-615.
Dendy Sugono dkk,, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Detjen, Joachim 2007. Politische Bildung. Geschichte und Gegenwart in Deutschland. Munchen. Wien: Oldenbourg.
Eggen, P., & Kauchak, D. 2004. Educational Psychology, Windows on Classrooms (6th ed). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.
Fitch, S. 2001. Child Development in the 21st Century. Redding, CA: North West Publishing.
Hellmuth, Thomas/Klepp, Cornelia 2010. Politische Bildung. Geschichte — Modelle — Praxisbeispiele. Wien, Koln, Weimar: UTB Verlag.
Hurlock, E. B. 1980. Development Psychology. A Life Span Approach, Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Isjoni dan Arif Ismail. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lewis, J. 2008. The Physiological and Psychological Development of the Adolescent. New York: the Yale-New Haven Teachers Institute.
Majid, Abdul, 2005. Perencanaan Pembelajaran (mengembangkan kompetensi guru), Bandung. Remaja Rosdakarya,
Malone T. Heuristics for Designing Enjoyable User Interface: Lessons From Computer Games. In Proceedings of the Conference on Human Factors in Computing Systems, 1982. pp. 63-68. New York: ACM. Carroll J. Beyond Fun. Interactions 2004; 11(5: 38-40.
Malone TW, Lepper MR. Making learning fun: A taxonomy of intrinsic motivations for learning. Aptitude, learning, and instruction 1987; 3: 223-253.
Massing, Peter 1999. Theoretische und normative Grundlagen politischer Bildung. In: Beer, Wolfgang et al. (Hrsg.): Handbuch politische Erwachsenenbildung. Schwalbach: Wochenschau Verlag 1999.
Nasukha. Ahyar 2008. Penggunaan Media Sempoa dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD N Gondang I Kecamatan Nawangan Pacitan Tahun Pelajaran 2007/2008. tesis. Universitas Sebelas Maret.
Nurna. 2008. Makalah Psikologi Tentang Psikologi Perkembangan "Remaja Dan Pacaran". httD://www.anakciremai.bloasDot.com. diakses tanggal 5 Mei 2015
OECD 2001. Learning to Change: ICT in Schools. Paris: OECD.
Pendidikan Asosiasi Riset Amerika, American Psychological Association, dan Dewan Nasional Pengukuran dalam Pendidikan 1999. Standar Pendidikan dan Psychological Testing. Washington, DC: American Educational Research Association.
Prasetya Irawan,. 2007, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Pekerti). Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Putra, Asep Sutisna 2009 Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia, https://asepsutisna.wordpress.com/ 26 Oktober 2009. Diakses tanggal 5 Mei 2015.
Rahman, Muhammad, dan Sofan. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Sander, Wolfgang 2002. Von der Volksbelehrung zur modernen Profession. Zur Geschichte der politischen Bildung zwischen Ideologie und Wissenschaft. In: Butterwege, Christoph/Hentges, Gudrun (Hrsg.): Politische Bildung und Globalisierung. Opladen: VS Verlag.
Santrock, J. W. 1996. Adolescence 6th Edition. Dallas: Times Mirror Higher Education.
Slick, Gloria Appelt, Ed. 1995. Making the Difference for Teachers: The Field Experience in Actual Practice. Corwin Press, Inc., 2455 Teller Road,
Surya, Mohamad, 2014, Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran,Garut: STKIP Garut Press.
Suryadi, Ace, Dasim Budimansyah.2009. Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional Konsep, Teori dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik. Widya Aksara Press. Bandung.
Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media pembelajaran mandiri pada mata pelajaran teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VII semester 1 di SMPN 4 Jombang. Surabaya: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata. 2009. “Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)”, Bahan Pelatihan, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
University of Illinois at Urbana-Champaign 2009, February 12. All work and no play makes for troubling trend in early education. ScienceDaily. Retrieved October 7, 2013, from http://www.sciencedaily.com- /releases/2009/02/090212125137.htm
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Gallino, L. 2004. Globalizzazione. In Dizionario di sociologia, (II ed.), Torino, UTET.
Federica Cornali, Simona Tirocchi 2012 Globalization, education, information and communication technologies: what relationships and reciprocal influences?. Procedia - Social and Behavioral Sciences 47 2012 2060 – 2069
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung.
Dwi Rianarwati. 2006. Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Mangun Baru Wates Kulon Progo. Skripsi. UNY: Tidak diterbitkan.
No comments:
Post a Comment