Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto
Sunarijah
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden penulis: sunarijah@yahoo.com
Abstract
Building the quality of education continues to be done, both by the government and the school as education providers. In an effort to meet the needs and demands of society on the quality of education and simultaneously as a response to the changes of life very quickly in the era of globalization. For that reason researchers need research on improving the quality of teaching and learning process through supervisory function in the integrated quality management in the District Kepengawasan Cluster 05 District Magersari Mojokerto City.This research uses action research for three cycles. Each cycle consists of one meeting each of which consists of four stages: design, activity and observation of reflection and revision. The target of this research is Master of Kepengawasan District School Cluster 05 Magersari Subdistrict Mojokerto City 15 people. The data obtained in the form of the results of supervision assessment of teaching and learning process.
The success of the learning process in cycle III shows that the cycle can be stopped because it has met the target of> 70%. This is evident from the average increase in teacher performance per cycle.
The conclusions of this research are: The quality of teaching and learning process through supervisory function in integrated quality management in Kepengawasan Area School Cluster 05 Magersari Sub-district Mojokerto City has increased, it can be seen from the average of teacher performance improvement from 65,87 percent in cycle I, to 76.67 in Cycle II and increased to 82.86 percent in Cycle III.
Keywords: quality of PBM, supervision, and integrated quality management
A. Latar Belakang
Kemajuan pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari lama sekolah dan tingkat melek huruf, Lama sekolah Lama seseorang bersekolah dapat menunjukkan sampai di mana tingkat pendidikan orang tersebut (Sri Haryati, 2006), selain itu dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk menangkap proses informatisasi dan kemajuan teknologi. Mutu pendidikan dicerminkan oleh kompetensi lulusan yang dipengaruhi oleh kualitas proses dan isi pendidikan (Hanifah, 2014), yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain (Panjaitan, et al, 2014).
Membangun mutu pendidikan terus dilakukan, baik oleh pemerintah maupun pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Pendidikan merupakan bidang yang mempunyai kedudukan yang sangat penting diberbagai negara manapun. Hal ini dikarenakan pendidikan berperan dalam membangun karakter suatu bangsa. Mutu pendidikan yang berkualitas dan profesional ini akan sangat diperlukan agar dapat mendukung kecerdasan kehidupan bangsa dan mampu bersaing.
Dalam upaya peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan, seorang pemimpin lembaga harus dapat mengelola dengan baik kegiatan pembelajaran beserta pendidiknya demi tercapainya peningkatan iklim profesionalisme dalam dunia pendidikan, selain itu perlu dikelola dengan baik ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan, dan bagaimana melakukan pengelolaan partisipasi masyarakat sekitar dalam memberikan dukungan (support) terhadap kegiatan pendidikan di sekolah atau madrasah (Baharuddin, 2010:17).
Karakteristik sekolah dasar yang baik (Marini, 2014 dalam Kristiawan, 2017:40) adalah sebagai berikut 1) kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki tujuan; 2) keterlibatan kepala sekolah; 3) keterlibatan pegawai sekolah di dalam perencanaan; 4) konsistensi, keberlanjutan, dan kemajuan di dalam kegiatan pengajaran; 5) pendekatan pembelajaran yang yang terstruktur; 6) pengajaran yang menantang secara intelektual; 7) lingkungan yang berpusat pada pekerjaan dan iklim kerja yang positif; 8) tugas yang terdefinisi secara jelas; 9) komunikasi yang baik antara guru dan siswa; 10) catatan tertulis; 11) keterlibatan orang tua dan masyarakat; dan 12) pekerjaan yang ditunjukkan dan bernilai.
Sekolah dasar memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk memulai komunikasi dan mengundang partisipasi. Sekolah dasar dapat mengundang orang tua dan anggota masyarakat ataupun ahli pendidikan. Melalui pemberian kesempatan bagi orang tua untuk berkonsultasi akan berhubungan secara langsung dengan pencapaian anak-anaknya dan meningkatkan kulitas sekolah.
Umaedi (1999) menyatakan bahwa dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan dan hal ini tergantung pada guru, karena lebih banyak berinteraksi dengan peserta didik, membantu mengarahkan peserta didik dalam mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Namun demikian untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai tenaga pendidik yang profesional tidak terlepas dari bimbingan dan pembinaan dari pengawas, keberadaan dan tugas fungsi serta kedudukan Pengawas Sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan terus dilakukan (Widianti, 2017). Dalam mendukung sistem sekolah, kedudukan pengawas/ kepala sekolah lebih dominan dalam wilayah administrasi/ manajemen, sedangkan guru lebih dominan dalam wilayah operasional belajar-mengajar (Anzizhan, 2004).
Dimensi kompetensi pengawas sekolah dari aspek regulasi yaitu Permendiknas No. 12 tahun 2007 adalah: “kompetensi kepribadian; kompetensi supervisi manajerial; kompetensi supervisi akademik; kompetensi evaluasi pendidikan; kompetensi penelitian pengembangan; dan kompetensi sosial” (Tokan, 2016). Agar pelaksanaan supervisi berhasil maksimal maka seorang pengawas harus memahami berbagai pendekatan, prinsip, teknik maupun langkah-langkah supervise. Evaluasi pendidikan adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas dalam menyukseskan terwujudnya pengelolaan pembelajaran yang berkualitas di sekolah yaitu melalui pembimbingan kepada guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting untuk dinilai.
Dalam rangka melaksanakan fungsi supervisi (akademik dan manajerial) dalam penelitian ini menyusun suatu laporan dari hasil pelaksanaan supervisi dengan judul “Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto”.
B. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah.
1. Mendiskripsikan upaya Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.
C. Indikator Keberhasilan
Indikator kemampuan Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar melaui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu dikatakan berhasil jika 90 % Guru memenuhi aspek kualitas proses belajar mengajar di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto yang telah digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kategori sangat baik sekali.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru, meningkatkannya kemampuan guru dalam mengelola kegiatan proses pembelajaran
2. Bagi kepala sekolah, mampu mengembangkan kebijakan sekolah agar dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru maupun kepala sekolah sendiri.
3. Bagi Dinas Pendidikan, hendaknya menjadi salah satu referensi dalam upaya meningkatkan sistem pembinaan profesional tenaga pendidik dan kependidikan serta mampu mengambil kebijakan pendidikan yang tepat, agar proses pembelajaran berjalan dengan tepat dan lancar.
4. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan guru, melalui penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih valid dan reliabel.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah tindakan (action) yaitu metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). (Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat, 2009: 73). Dindakan yang diambil dalam penelitian ini adalah tindakan partisipatoris “…yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; kemudian yang kedua memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan terakhir memperbaiki situasi dan kondisi sekolah/pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008: 11-12).
Menurut Rochiati (2005, dalam Purnomo, 2014:6) Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan (action research) dengan menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart, langkah – langkah PTS terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi):
1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan bagian yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam penelitian.
3. Pengamatan dilakukan waktu guru dibimbing. Data yang dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan sekolah/madrasah. Instrumen yang umum dipakai adalah lembar observasi, dan cacatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
4. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Ruang lingkup penelitian ini adalah Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Penelitian dilaksanakan pada semester Genap tahun pelajaran 2015/2016, penelitian dilaksanakan pada 2 Januari 2016 dan berakhir pada 28 April 2016
Pemilihan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendiskripsikan fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Adapun subjek penelitian ini adalah guru kelas 1, 2 dan 3 Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sebanyak 15 orang guru. Dengan rincian masing-masing sekolah sebagai berikut:
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif serta kuantitatif. Dengan rata-rata yang diperoleh dapat diketahui persentase perkembangan kemampuan seriasi pada guru. Menurut Arikunto (2010: 284-285) “cara menghitung hasil (skor) yang diperoleh dengan rumus mean atau rerata nilai sebagai berikut”:
Keterangan :
x = Mean (rata-rata)
∑x = Jumlah nilai
N = Jumlah yang akan dirata-rata
Dari hasil analisis kualitatif (persentase) “..kemudian dimasukkan ke dalam lima kategori predikat. Sebagaimana pendapat Arikunto (2010: 269) bahwa terdapat lima kategori predikat tersebut yaitu seperti pada tabel berikut:
Tabel 2 Kategori Predikat Tingkat Pemahaman guru
No Interval Kategori
1. 81-100% Sangat baik
2. 61-80% Baik
3. 41-60% Cukup
4. 21-40% Kurang baik
5. 0-20% Tidak baik
Cara analisis deskriptif kualitatif penelitian ini dengan cara memaknai data, membandingkan hasil secara periodik, pelaksanaan pra tindakan dan pasca tindakan. Analisis data ini dilakukan pada tahapan refleksi. Hasil analisis tiap peridenya digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya.
F. Pembahasan
Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah Siklus I, Siklus II, dan III diperoleh perubahan kemapuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap siklus. Peningkatan kemampuan guru pada tiap siklus tersebut tidak lepas dari program yang dikembangkan oleh pengawas melalui fungsi pengawasan di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.
Jenis tindakan kepengawasan yang dilakukan peneliti selaku pengawas pembina di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto meliputi pemantauan, penilaian, dan pembinaan. pemantauan kegiatannya meliputi pengamatan perekaman pencatatan, dan kunjungan kelas. Penilaian meliputi tes (lisan – tulisan – tindakan), wawancara, observasi, analisis kasus, analisis dokumen, analisis konten, portofolio. Pembinaan meliputi rapat, diskusi, seminar, workshop, bimbingan teknis, penelitian, demonstrasi, sumulasi, manajemen mutu terpadu.
Dari hasil observasi dapat diketahui perkembangan masing-masing aspek per siklus sebagai berikut:
1. Guru dapat memenuhi Kegiatan supervisi administrasi perencanaan pembelajaran berdasarkan Stadar Proses melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, hal ini diketahui dari adanya peningkatan kinerja pada siklus I memperoleh skor 64,11 persen, meningkat pada Siklus II menjadi sebesar 73,67 dan pada Siklus III meningkat menjadi 80,78.
2. Guru dapat memenuhi Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan pendahuluan melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, hal ini diketahui dari adanya peningkatan kinerja pada siklus I memperoleh skor 65,00 persen, meningkat pada Siklus II menjadi sebesar 73,67 dan pada Siklus III meningkat menjadi 83,33.
3. Guru dapat memenuhi Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan eksplorasi melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, hal ini diketahui dari adanya peningkatan kinerja pada siklus I memperoleh skor 67,33 persen, meningkat pada Siklus II menjadi sebesar 77,33 dan pada Siklus III meningkat menjadi 82,00.
4. Guru dapat memenuhi Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan elaborasi melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, hal ini diketahui dari adanya peningkatan kinerja pada siklus I memperoleh skor 62,04 persen, meningkat pada Siklus II menjadi sebesar 75,93 dan pada Siklus III meningkat menjadi 81,67.
5. Guru dapat memenuhi Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan konfirmasi melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, hal ini diketahui dari adanya peningkatan kinerja pada siklus I memperoleh skor 66,39 persen, meningkat pada Siklus II menjadi sebesar 77,78 dan pada Siklus III meningkat menjadi 83,06.
6. Guru dapat memenuhi Kegiatan pembelajaran sub kegiatan penutup melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, hal ini diketahui dari adanya peningkatan kinerja pada siklus I memperoleh skor 70,33 persen, meningkat pada Siklus II menjadi sebesar 81,67 dan pada Siklus III meningkat menjadi 86,33.
Secara keseluruhan peningkatan kualitas proses belajar mengajar melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto dari 65,87 persen pada siklus I, meningkat menjadi 76,67 pada Siklus II dan meningkat menjadi 82,86 persen pada Siklus III.
Di bawah ini disajikan perbandingan hasil supervisi proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti terhadap guru-guru di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sebagai berikut:
Perbandingan hasil supervisi proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti terhadap guru-guru di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto
No Aspek Kinerja Guru Siklus I Siklus II Siklus III
1 Kegiatan supervisi administrasi perencanaan pembelajaran berdasarkan Stadar Proses 64,11 73,67 80,78
2 Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan pendahuluan 65,00 73,67 83,33
3 Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan eksplorasi 67,33 77,33 82,00
4 Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan elaborasi 62,04 75,93 81,67
5 Kegiatan pembelajaran Inti sub kegiatan konfirmasi 66,39 77,78 83,06
6 Kegiatan pembelajaran sub kegiatan penutup 70,33 81,67 86,33
rata - rata 65,87 76,67 82,86
Gambar 1 Perbandingan hasil supervisi proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti terhadap guru-guru di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto
G. Kesimpulan
Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan dari kegiatan pada siklus I, siklus II dan siklus III, hal ini membuktikan bahwa: Kualitas proses belajar mengajar melalui fungsi pengawasan dalam manajemen mutu terpadu di Wilayah Kepengawasan Gugus Sekolah 05 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari rata-rata peningkatan kinerja guru dari 65,87 persen pada siklus I, meningkat menjadi 76,67 pada Siklus II dan meningkat menjadi 82,86 persen pada Siklus III.
H. Saran-saran
Berdasarakan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran untuk beberapa pihak antara lain:
1. Bagi peserta didik, diharapkan mengikuti pembelajaran yang diterapkan oleh guru secara maksimal agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan akan dapat dicapai secara optimal.
2. Bagi guru, hendaknya mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sebagai wahana peningkatan kemampuan profesional sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam melaksanakan proses pembelajaran yang insfiratif, inovatif, menantang dan menyenangkan.
3. Bagi kepala sekolah, hendaknya mampu mengembangkan berbagai kebijakan sekolah agar dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru maupun kepala sekolah sendiri.
4. Bagi Dinas Pendidikan kota hendaknya mampu mengambil kebijakan pendidikan yang tepat, agar proses pembelajaran yang ada di sekolah dapat berjalan dengan tepat dan lancar. Selain itu diharapkan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatan profesionalisme guru.
5. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan guru, melalui penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih reliabel dan valid.
I. Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Anzizhan, S. (2004). Sistem pengambilan keputusan pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Baharudin, E. (2010). Kearifan Lokal, Pengetahuan Lokal dan Degradasi Lingkungan. In Forum Ilmiah (Vol. 7, No. 01).
Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Satu nusa.
Depdiknas. (2004). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2008). Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SAM/SMK, Jakarata: Dirjend P2TK
Fariadi, Ruslan. (2010). Total Quality Management (TQM) dan Implementasinya Dalam Dunia Pendidikan. (online, http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total-quality-management-tqm-dan.html, diakses tanggal 04 Mei 2016).
Hadis, A., & Nurhayati, B. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Al-fabeta.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hanifah, N. (2014). Memahami penelitian tindakan kelas: teori dan aplikasinya. UPI Press.
Herlanti, Y, (2014). Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains: Jawab an atas pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tingkat akhir yang sering muncul dalam penelitian pendidikan sains. Jakarta: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universiras Syarif Hidayatulah.
Hidayati, Mujinem, anwar. (2008). Pengembangan pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan nasional
Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kristiawan, M. (2017). Manajemen Pendidikan, Ed. l, Cet. L, ¬Yogyakarta: Deepublish
Mahyuddin, R., & Ariani, Y. (2008). Hand Out Mata Kuliah Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang: UNP.
Marini, C. K., & Hamidah, S. (2014). Pengaruh Self-Efficacy, Lingkungan Keluarga, Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK Jasa Boga. Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(2).
Moleong, J, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya
Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat. (2009). Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Pengawas. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Panjaitan, A. P., Darmawan, A., Purba, I. R., Rachmad, Y., & Simanjuntak, R. (2014). Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan: Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Purnomo, C. (2014). Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan Kelompok. Jurnal Pendidikan Penabur, 22(14), 1-11.
Riffa’i, A & Catharina, T. A. (2009). Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Saminanto. (2010). Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: Rasail Media Group
Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sri Haryati, D. (2006). GEOGRAFI:-Jilid 2. Jakarta: ESIS.
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke-17. Alfabeta: Bandung.
Susilawati, D (2017) Model Pendekatan Pembelajaran Bola Modifikasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli (Sebuah Penelitian Tindakan di SMPN 4 Kalijati), PROSIDING SEMINAR NASIONAL "Membangun Generasi Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT" dan Pelatihan "Berpikir Suprarasional"
Tokan, P. R. I. (2016). Manajemen Penelitian Guru. Gramedia Widiasarana.
Umaedi, M. P. M. B. S., & Ed, M. (1999). Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Umar, H, (2005). Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. VI.
Usman, H. (2011). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Zamroni, (2007). Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.
No comments:
Post a Comment