Saturday, 3 March 2018

Efektifitas Pembelajaran Bahasa Arab 0 (nol) sks dalam membentuk Bi’ah al-‘Arabiyah

Efektifitas Pembelajaran Bahasa Arab 0 (nol) sks dalam membentuk Bi’ah al-‘Arabiyah pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya 

Musta’in 

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto 
*Koresponden penulis: mustain_02@jurnal.stitradenwijaya.ac.id 


Abstract 

Arabic subjects are very important to develop the ability to communicate. By learning Arabic, students can understand the conversation and reading in Arabic well. Formal Arabic Studies in Madrasahs are the main means for students to master Arabic. This study aims to: 1) Know the efforts of STI Pati Raden Wijaya Prodi in shaping Arabic environment on Prodi PIT STIT Raden Wijaya. 2) Knowing the supporting factors in shaping Arabic environment on PAI STIT Raden Wijaya Prodi. 3) Knowing the obstacles faced by Prodi PIT STIT Raden Wijaya in shaping Arabic environment at Prodi PIT STIT Raden Wijaya. This study uses oriented approach (paradigm) Descriptive-Qualitative, While the type of research is using case studies (Santoso, 2005). In this study the researchers themselves or with the help of others are the main data collectors. This research was conducted at Tarbiyah High School of Raden Wijaya Kota Mojokerto, on Islamic Religious Education Study Program. In this study, the primary data obtained by researchers is: the results of interviews with the Chairman of the Study Program of Islamic Education and Students Semester I (One). In this study used in analyzing data that has been obtained is by descriptive (non statistical) descriptive that is explorative. The conclusions of this research are: 1) Effort-uaha done Prodi in making effective learning arab language in Prodi PIT STIT Raden Wijaya are: a. He held yaum al-'araby twice a week on Friday. b. It was called shabah al-lughah a week twice before ta'lim afkar al-islamy began. c. The existence of study club on each mabna. 2) Factors that become supporters in forming bi'ah al-'arabiyah are: a. Attachment of mufradat in strategic places. b. Make plaques that are written / spoken in Arabic to make it easier to remember. c. Songs in foreign languages ​​(Arabic and English) to increase students' insight in developing the language. 3) The constraints faced in creating bi'ah al-'arabiyah namely: a. Ability and basic students are different. b. There is no class classification that suits the ability of each student. c. Lack of facilities / facilities and infrastructure. d. Competence musyrif / ah who are not all able to speak. e. The curriculum and materials that are presented have not been neatly arranged. f. The absence of a strict iqob for students who do not communicate arabic language everyday.

Keywords: Arabic Learning, Bi'ah al-'Arabiyah

A. Latar Belakang

Era teknologi komunikasi di mana hubungan antar-negara dan antar-bangsa semakin mudah dan tak terhindarkan seperti saat ini, menguasai bahasa asing akan memiliki keuntungan tersendiri bagi siapapun yang ingin memiliki kemampuan kompetitif. Semua orang tua sepakat bahwa anak yang memiliki kemampuan bahasa asing akan lebih diuntungkan dalam tujuan apapun. Baik itu untuk mencari kerja atau da’wah Islam (Syuhud, 2012). Dan kesadaran akan pentingnya mempelajari bahasa asing itu bukan hanya ada saat ini. Nabi Muhammad menyuruh Sahabat Zaid bin Tsabil untuk mempelajari bahasa Yahudi. Dalam sebuah hadits sahih riwayat Tirmidzi, Zaid bin Tsabit mengatakan demikian: “Rasulullah SAW pernah memerintahkan aku agar mempelajari tulisan bahasa Yahudi untuknya .. Setelah aku dapat menguasainya dan Nabi SAW bermaksud berkirim surat kepada orang Yahudi, maka akulah yang menuliskannya buat mereka, dan apabila mereka berkirim surat kepada Nabi SAW maka akulah yang membacakan surat mereka kepada beliau.”
Syuhud, (2012) menceritakan bahwa Alasan utama Rasulullah meminta Zaid bin Tsabit mempelajari kedua bahasa tersebut sudah jelas seperti penuturan Zaid bin Tsabit yaitu mempelancar komunikasi. Mengapa kedua bahasa itu yang dipilih Nabi untuk dipelajari karena kedua bahasa tersebut termasuk dua bahasa yang sangat berpengaruh pada saat itu. Sehingga memahami kedua bahasa tersebut akan sangat menguntungkan bagi dakwah Islam. Tentu, mempelajari bahasa tidak harus bertujuan dakwah semata. Untuk tujuan-tujuan lain seperti ekonomi dan keilmuan juga diperbolehkan. Lalu, pelajaran bahasa asing apa yang harus diberikan pada anak pada zaman ini? Sebaiknya salah satu dari bahasa asing yang paling berpengaruh saat ini. Menurut George Weber dalam majalah Language Today edisi Mei 2008 10 bahasa yang paling berpengaruh di dunia adalah sebagai berikut: 1. Inggris 2. Prancis 3. Spanyol 4. Rusia 5. Bahasa Arab 6. China 7. Jerman 8. Jepang 9. Portugis Brasil 10. Hindi/Urdu.
Tentunya setiap orang tua memiliki pilihan tersendiri bahasa asing apa yang paling penting dipelajari anak dari antara 10 bahasa asing di atas. Untuk anak saya yang saat ini baru beaisia 2.5 dan 1.5 tahun, saya berencana mengajarkan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Alasannya jelas, Bahasa Inggris adalah bahasa paling berpengaruh saat ini dan paling luas dipakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan, bahasa komunikasi antarbangsa di samping bahasa dakwah. Bahasa Arab menjadi keharusan karena ia bahasa Al Quran, bahasa Hadits dan mayoritas ilmu-ilmu Islam klasik dan modem ditulis dalam bahasa Arab (Syuhud, 2012).
Bahasa Arab sejatinya tidak hanya bahasa Islam saja, tetapi juga sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa komunikasi internasional di mana bahasa Arab adalah salah satu bahasa resmi PBB (Agratama, 2017). Mata pelajaran Bahasa Arab sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi. Dengan mempelajari bahasa Arab, siswa dapat memahami pembicaraan dan bacaan dalam bahasa Arab dengan baik. Pelajaran Bahasa Arab secara formal di Madrasah merupakan sarana utama bagi siswa untuk menguasai bahasa Arab (Sholihin, 2008).
Tidak akan pernah ada keinginan untuk belajar bahasa Arab jikalau tidak mendapatkan interaksi dalam bentuk budaya selama belajar bahasa. Jikalau hanya sekadar melihat bahasa Arab sebagai bahasa al-Quran, tentu akan ada tantangan tersendiri. Apalagi dengan belajar bahasa Arab merupakan sebuah tugas mulia ... melihat bahwa tidak ada gunanya dalam belajar bahasa. Manfaat yang terlihat secara kasat mata dapat disaksikan akan menjadi bahasa yang paling penting (Wekke, 2016).
Pembelajaran belajar bahasa dalam sistem Pendidikan Islam rata-rata mengalami kesulitan yang terletak pada keterbatasan sistem pendidikan Islam dalam keluarga. Orang tua keliru memberikan prioritas pendidikan kepada anak-anaknya. Mereka, biasanya, lebih mendorong anak-anaknya untuk belajar bahasa Inggris. Hanya sedikit orang tua yang menyadari pentingnya bahasa Arab. Dia lebih lanjut menekankan bahwa jika kita ingin mempelajari agama Islam maka kita harus mengetahui kitab Al-Qur'an (Sobary, 2007).
Studi Bahasa Arab di Indonesia berkaitan dengan perkembangan bangsa Indonesia. Tujuan pembelajaran Bahasa Arab akhir-akhir ini bermacam-macam, antara lain tujuan untuk bekerja di negara-negara Arab dan tujuan pendidikan. Bagi mereka yang mempelajari Bahasa Arab untuk tujuan menjadi TKI, maka mempelajari Bahasa Arab menjadi sangat penting karena komunikasi yang akan mereka lakukan di negara tujuan menggunakan Bahasa Arab (Hamidy, 2004).
Pengajaran bahasa merupakan bidang linguistik terapan yang paling maju. Ini disebabkan karena pengajaran bahasa mempunyai daya jual yang tinggi. Pengajaran bahasa sendiri dibagi menjadi dua: pengajaran bahasa ibu (lughah al-umm) dan pengajaran bahasa asing (al- lughah al-ajnabiyyah). Dalam pengajaran bahasa, ada empat kemahiran yang harus diajarkan, seperti kemahiran berbicara (mahairah al-kala:m), kemahiran mendengar (mahairah al-istima:‘), kemahiran membaca (mahairah al-qira:-’ah), dan kemahiran menulis (mahairah al-kita:bah). Kemahiran berbicara dan kemahiran mendengar merupakan kemahiran produktif, sedangkan kemahiran membaca dan kemahiran menulis merupakan kemahiran reseptif. Empat kemahiran itu harus berurutan diajarkannya. Ini tidak lain agar kemahiran itu berhasil (Hidayatullah, 2017).
Metode pengajaran bahasa selalu mengikuti tren perkembangan linguistik. Misalnya ketika Chomsky memunculkan teori tentang kompetensi komunikasi maka muncul metode komunikatif (al-thariiqah al-tawa:shuliyyah). Sampai saat ini, ada banyak metode yang dikembangkan dalam pengajaran bahasa, seperti metode gramatika dan penerjemahan, metode langsung, metode membaca, metode mendengar dan berbicara, metode mendengar dan melihat, metode komunikatif, metode alami, dan yang lain (Shadiq, 2007). Dari sekian banyak metode yang berkembang, tidak ada metode yang benar-benar bisa digunakan di semua tempat dan sepanjang waktu. Di sini, pemilihan metode berdasarkan tujuan pengajaranlah sebetulnya yang harus dipertimbangkan (Hidayatullah, 2017).
Pengajaran bahasa Arab di perguruan tinggi di Indonesia dianggap masih terkendala dengan berbagai persoalan kompleks. Hasil akhir pengajaran masih dihinggapi kenyataan minimnya penguasaan mahasiswa terhadap bahasa Arab sebagai salah satu pilar terpenting dalam rangka kajian Islam. Kompleks persoalan yang meliputi masalah orientasi pengajaran bahasa Arab dan arah problem linguistik serta nonlinguistik (Hidayatullah, 2017).
Metode pengajaran yang bertumpu pada kaidah gramatika dan penerjemahan (thari:qah al-qawa:’id wa al-tarjamah), sebagai salah satu strategi pengajaran bahasa Arab yang paling banyak digunakan di Indonesia, menyebabkan hasilnya para mahasiswa kurang memiliki kemahiran berbicara. Metode pengajaran bahasa Arab yang berfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek sintaksis, morfologi, atau sastra, menyebabkan pengajaran bahasa Arab menjadi monoton dan membebani mahasiswa (Hidayatullah, 2017).
Di sini menjadi penting pemilihan metode tersebut. Metode yang sekarang banyak dianut adalah metode pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi (thari:qah tawa:shuliyyah). Metode ini harusnya mulai diterapkan secara masif sehingga bahasa Arab tidak lagi menjadi mata kuliah yang menjadi momok bagi mahasiwa dan dipandang seba¬gai alat komunikasi dalam kehidupan modern. Demikian karena inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan atau ungkapan dalam bahasa Arab (Hidayatullah, 2017).
Pada saat menyampaikan materi pengajaran, pengajar juga harus menguasai materi atau hal lain di luar materi yang dapat mendukung dan membantu pemahaman mahasiswa. Sebagai ilustrasi, pada saat menjelaskan bab perkenalan (al-ta‘:-aruf), dosen bisa mengenalkan kepada mahasiswa bahwa di negeri Arab ada adab-adab tertentu, budaya tertentu yang tidak tertulis berkaitan dengan masalah ini, seperti kebiasaan orang Arab yang ba¬nyak bertanya ketika baru berkenalan dengan seseorang (Hidayatullah, 2017).
Dalam teori pendidikan diakui bahwa belajar satu jam yang dilakukan lima kali lebih baik daripada belajar selama lima jam yang dilakukan sekali, padahal rentangan waktunya sama. Untuk mentradisikan percakapan bahasa Arab guna membentuk lingkungan bahasa Arab (bi’ah ‘Arabiyah) atau secara general lingkungan bahasa (bi'ah lughawiyah) baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris (Qomar, 2002).
Dengan latar belakang tersebut di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Pembelajaran Bahasa Arab 0 (nol) sks dalam membentuk Bi’ah al-‘Arabiyah pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya”


B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui upaya Prodi PAI STIT Raden Wijaya dalam membentuk lingkungan berbahasa Arab pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya.
2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dalam membentuk lingkungan berbahasa Arab pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Prodi PAI STIT Raden Wijaya dalam membentuk lingkungan berbahasa Arab pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya.


C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan berorientasi (berparadigma) Deskriptif-Kualitatif (Moeloeng, 2000; Rendro, 2010; Mahmud, 2015), Sedangkan jenis penelitiannya adalah menggunakan studi kasus (Santoso, 2005). Dalam penelitian ini peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan pengumpul data utama. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Kota Mojokerto, pada Program Studi Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Mahasiswa Semester I (Satu). Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisa data yang sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif (non statistik) deskriptif yang bersifat ekploratif (Arikunto, 2002).
Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Yang terdiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri.


D. Hasil dan Pembahasan

1. Upaya Prodi PAI STIT Raden Wijaya dalam membentuk lingkungan berbahasa Arab pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya.
a. Pemberian kosakata baru (mufradat jadidah) 3x dalam seminggu.
b. Pengembangan Bahasa Arab melalui hari-hari berbahasa Arab (Yaum al-Araby).
c. Kewajiban berbicara dengan menggunakan bahasa Arab 2x dalam seminggu.

2. Faktor-faktor pendukung dalam membentuk lingkungan berbahasa Arab pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat, dimana keduanya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah pendidikan khususnya bidang bahasa Arab. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Fasilitas Fisik
Fasilitas ini meliputi raung belajar yang jumlahnya harus memadai dengan ketentuan setiap ruang kelas sebaiknya memuat maksimum 30 peserta didik. Ruang tata usaha (administrasi), ruang pengajar dan perpustakaan termasuk koleksi buku yang ada didalamnya yang sangat menentukan bagi kelancaran sistematka kerja bagi pelaksanaan pengajaran, baik tentang administrai maupun kemudahan-kemudahan proses kegiatan pengajaran itu sendiri.
Alat-alat peraga (audio-visual aid) yang diperlukan oleh pelaksanaan aural-oral approach guna menerapkan metode baru yakni all in one aystem adalah film projector, overhead projector, transparencies, slide projector, recorder changer, film-strif, alat pengukur volume suara, tape recorder, piringan hitam, wall charts (bagan pembanding), laboratorium bahasa, dan closed circuit television-televisi berjangkauan terbatas untuk luas daerah tertentu. Selain alat peraga, buku-buku teks yang sesuai dengan tujuan metode pengajaran pun harus sudah tersedia sebelum program pengajaran dimulai. Pada perkembangan selanjutnya, buku-buku teks tersebut harus selalu direview dan dievaluasi untuk disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan yang selalu berubah dalam jangka waktu tertentu.
Fasilitas Nonfisik
Fasilitas nonfisik meliputi pengajar yang berkualitas. bagaimanapun, dalam pelaksanaan program pengajaran bahasa, pengajar yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan sebuah metode yang sudah dianggap baik. Karena itu, rekrutmen pengajar yang berkualitas misalnya melalui proses fit and proper test mutlak diperlukan, baik melalui program latihan, penataran, maupun pendidikan khusus.
Betapapun baik dan sempurnanya sebuah metode pengajaran yang digunakan, serta tenaga-tenaga pengajar yang tersedia berkelayakan, bila tujuan program pengajaran bahasa tidak jelas, tidak ada jaminan hasil yang dicapai dapat memuaskan. Karena itu, tujuan proram pengajaran bahasa harus digariskan secara jelas dan dipahami secara utuh oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengajaran bahasa.
Lingkungan yang nyaman dan favourable berpengaruh besar terhadap perasaan dan pemikiran seseorang. jadi, pengaruh lingkungan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri, baik lingkungan pergaulan yang dibentuk oleh sikap mental dan alam pikiran masyarakat sekelilingnya maupun keadaan tempat ia hidup dan belajar. Bagaimanapun, lingkungan yang menyenangkan (favourable) merupakan faktor penentu dan penunjang bagi keberhasilan pengajaran bahasa. Hal lain yang menjadi faktor determinan dalam pembelajaran bahasa adalah pengaturan penyelenggaraan. Pembagian tugas dan waktu yang terkoordinasikan dengan baik bagi pelaksanaan tugas merupakan faktor yang juga berpengaaruh besar bagi keberhasilan program pengajaran bahasa.

3. kendala-kendala yang dihadapi oleh Prodi PAI STIT Raden Wijaya dalam membentuk lingkungan berbahasa Arab pada Prodi PAI STIT Raden Wijaya.
Belajar suatu bahasa, baik bahasa ibu (mother tongue) atau bahasa nasional yang menjadi symbol kebangsaan, pada masa kanak-kanak merupakan proses yang mau tidak mau mesti berlangsung. proses yang tak dapat dihindari dan sebuah keniscayaan. Disebut bahasa ibu karena bahasa ini dipakai oleh anak-anak saat ia berkomunikasi dengan ibunya ketika ia mulai belajar bicara. seorang anak yang dibesarkan dilingkungan masyarakat yang berbahasa Inggris akan menjadikan bahasa ibunya adalah bahasa Inggris.
Seseorang yang belajar bahasa asing misalnya bahasa Arab di sekolah formal, madrasah, pesantren, akademi, dan perguruan tinggi tergolong sebagai orang berkepandaian khusus. Setiap tahunnya, ribuan bahkan mungkin ratusan ribu orang yang beresmangat mempelajari bahasa asing dengan motif dan tujuan yang berbeda-beda. Di antara yang puluhan atau bahkan ratusan ribu orang itu yang berhasil baik dan mencapai tujuan yang diharapkannya hanyalah sekian persen saja. hal ini terjadi, karena sebab yang kali pertama adalah orang yang mempelajari bahasa asing tersebut sudah memiliki pengalaman berbahasa komunikasi dengan bahasa ibu. Bahasa ibu inilah yang dipandang sebagai penghambat, meskipun sesungguhnya tidaklah demikian. Karena pengalaman berbahasa seseorang berbeda-beda antara seseorang dengan orang lainnya.
Ketika seorang anak dalam proses belajarnya di sekolah harus mempelajari sesuatu bahasa asing, sebenarnya, ia menghadapi masalah yang sama, yaitu melalui tahap-tahap pengenalan, pendengaran, dan pengucapan. Tetapi tahap yang ditempuh tentu dalam wujud yang sangat jauh berbeda, misalnya perbedaan dalam segi-segi suara, kosakata, tata kalimat, dan juga tulisan. Jadi, dapat dikatakan bahwa proses mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing bagi orang Indonesia merupakan upaya yang khusus untuk membentuk dan membina kebiasaan baru yang dilakukan secara sadar, sedangkan ketika mempelajari bahasa ibu, proses pembelajaran itu berlangsung tanpa sadar. Seorang pelajar sudah pernah mendapatkan pengetahan tentang gramatika bahasanya sendiri, ia akan berusaha pula untuk mendapatkan hal yang sama ketika ia mempelajari bahasa asing.
Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa, selama ini, buku-buku pelajaran bahasa Arab yang digunakan di madrasah dan pesantren banyak yang berasal dari negara-negara Arab yang tentu saja belum dilakukan penyesuaian untuk proses pengajaran bahasa bagi orang asing, termasuk orang Indonesia.


E. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis ketahui dapat diambil suatu kesimpulan bahwa:
1. Usaha-uaha yang dilakukan Prodi dalam mengefektifkan pembelajaran bahasa arab di Prodi PAI STIT Raden Wijaya adalah: a. Diadakannya yaum al-'araby seminggu dua kali pada hari jum'at. b. Di adakannya shabah al-lughah satu minggu dua kali sebelum ta'lim afkar al-islamy di mulai. c. Adanya study club pada masing-masing mabna.
2. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam membentuk bi'ah al-'arabiyah adalah: a. Penempelan mufradat pada tempat-tempat yang strategis. b. Membuat papan-papan yang bertuliskan/ berlafadkan bahasa arab agar lebih mudah di ingat. c. Lagu-lagu berbahasa asing (arab dan inggris) guna menambah wawasan mahasiswa dalam mengembangkan bahasa.
3. Kendala-kendala yang di hadapi dalam menciptakan bi'ah al-'arabiyah yakni: a. Kemampuan serta basic mahasiswa yang berbeda-berbeda. b. Tidak adanya klasifikasi kelas yang sesuai dengan kemampuan masing-masing mahasiswa. c. Minimnya fasilitas/ sarana dan prasarana. d. Kompetensi musyrif/ ah yang tidak semuanya mampu berbahasa. e. Kurikulum dan materi yang di sajikan belum tersusun rapi. f. Tidak adanya iqob yang tegas bagi mahasiswa yang tidak berkomunikasi bahasa arab sehari-hari.

F. Daftar Pustaka

Agratama, Efranjy, (2017), Mudah Belajar Bahasa Arab untuk Pemula, Jakarta: PT Grasindo

Arikunto, S. (2002), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT Bima Karya

Hamidy, M. I. M. (2004). Pola Penanganan Korban Napza di Pondok Pesantren Al-Islamy Kalibawang-Yogyakarta. Jurnal penelitian agama, 13(1-3), 68.

Hidayatullah, S., & Hum, M. (2017). Cakrawala Linguistik Arab (Edisi Revisi). Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mahmud, M. A. I., & Sos, S. (2015). Gender dan Kehutanan Masyarakat: Kajian Implementasi Pengarus-utamaan Gender di Hutan Rakyat dan Hutan Kemasyarakatan. Yogyakarta: Deepublish.

Moeloeng, L (2000), Metode Penelitian Kualitatf, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Qomar, M. (2002). Pesantren: dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi. Erlangga.

Rendro, D. S. (2010). Beyond Borders: Communication Modernity & History. Jakarta: london school of public relations.

Santoso, G. (2005), Fundamental Metodoogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Shadiq, F. (2007). Inovasi pembelajaran matematika dalam rangka menyongsong sertifikasi guru dan persaingan global. In Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika (pp. 15-16).

Sholihin, (2008). Buku Pelajaran Bahasa Arab untuk Kelas I Madrasah Ibtidaiyah, Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sobary, M. (2007). Kesalehan sosial. PT LKiS Pelangi Aksara.

Syuhud, A. F (2012), Menuju Kebangkitan Islam dengan Pendidikan, Malang: Pustaka Al Khairat.

Wekke, I. S. (2016). Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah. Deepublish.


No comments:

Post a Comment