Pengembangan
pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan
makhraj yang benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jombatan I
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Muhammad Andi Isya' a*
aProgram Studi
Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden
penulis: andi_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id
Abstract
Problem based instruction centered on students. Problem based
instruction is one of the various learning models that teachers can use in
enabling students to learn. The purpose of this research development is: 1)
Produce learning products Problem-based instruction material recite surah Al
Kausar and makhraj correct subjects Islamic Religious Education at SDN Jombatan
I Jombang District Jombang District. Selection and use of learning
Problem-based instruction appropriately can streamline and streamline the
implementation of learning. For that purpose the learning of Problem based
instruction is absolutely necessary. Learning products Islamic Education
Learning This problem based instruction has been refined based on analysis of
trial data. Based on the steps that have been implemented can be concluded as
follows. 1). In general, expert test results are categorized with a qualification
of 3.9 but based on the results of questionnaires distributed to students
indicates that the author needs to change by increasing the attractiveness of
the model. 2) Product development Learning problem is a cooperative learning
product that emphasizes the special structure designed to influence the pattern
of student interaction and has a goal to improve student academic mastery. 3)
The weakness of this product opens opportunities for lazy learners to remain
passive in their group and likely to influence their group, so that the group's
efforts will fail.
Keywords: Learning of Islamic
Education, Problem based instruction
A. Latar Belakang
Pendidikan sangat berkaitan erat dengan pengembangan
pengajaran dan proses belajar khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Tujuan dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu untuk dapat memahami
konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat
berguna dalam memecahkan setiap masalah yang berhubungan dengan Pendidikan
Agama Islam. Pendidikan Agama Islam juga tidak terlepas dari berbagai model
pembelajaran yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi,
sejalan dengan perkembengan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Pengertian
belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan
pengalaman dari para ilmuwan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan para
peserta didiknya. Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pendidikan merupakan kata yang sudah sangat umum. Karena
itu, boleh dikatakan bahwa setiap orang mengenal istilah pendidikan. Begitu
juga Pendidikan Agama Islam (PAI). Masyarakat awam mempersepsikan pendidikan
itu identik dengan sekolah, pemberian pelajaran, melatih anak dan sebagainya.
Sebagian masyarakat lainnya memiliki persepsi bahwa pendidikan itu menyangkut
berbagai aspek yang sangat luas,termasuk semua pengalaman yang diperoleh anak
dalam pembetukan dan pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain
maupun oleh dirinya sendiri. Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berisikan ajaran Islam.
Problem based
instruction berpusat pada siswa. Problem based instruction merupakan
salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk, 2007). Guru berkewajiban menggiring
siswa untuk melakukan kegiatan. guru sebagai penyaji masalah, memberikan
instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri, guru diharapkan dapat menberikan
kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan
fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan Problem based instruction didukung
dengan beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab,
diskusi, penemuan dan pemecahan masalah. Sesuai judul penelitian, maka perlu
adanya Pengembangan pembelajaran Problem
based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jombatan I Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di
kemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Diperlukan pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan
surah Al Kausar dan makhraj yang benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SDN Jombatan I Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
C. Tujuan Model
Tujuan dalam penelitian ini adalah: Menghasilkan produk
pembelajaran Problem based instruction
materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDN Jombatan I Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
D. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Problem based instruction
Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang
sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri.
Problem based instruction (PBI), yaitu
pembelajaran yang diawali dengan menyajikan masalah kepada siswa. Masalah ini
harus otentik atau nyata dalam kehidupan sehari-hari berupa fakta-fakta atau
fenomena yang sering dijumpai siswa. Pembelajaran masalah ini disajikan dalam
bentuk penyelidikan dan inkuiri sehingga dapat memberikan kemudahan bagi siswa
untuk memperoleh konsep-konsep. Adapun ciri-ciri utama PBI meliputi suatu
pengajuan pertanyaan atau masalah, melakukan penyelidikan auentik dan kerjasama
antar siswa (Andayani, 2015).
Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri
dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang
lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction),
pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction),
belajar otentik (authentic learning) dan pembelajaran bermakna (anchored
instruction)”.
2. Pendidikan Kecakapan
Hidup
Secara normatif, pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Republik Indonesia
No.2, Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional). Berdasarkan tujuan
tersebut, maka PS dan PLS bertugas dan berfungsi mempersiapkan peserta didik
agar mampu: (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2) mengembangkan
kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan kehidupan untuk berbangsa, dan
(4) mempesiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
Konsekuensinya apa yang diajarkan harus menampilkan sosok utuh keempat
kemampuan tersebut.
3. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahanmasalah yang dipilih.
Tahap-2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan (Ibrahim,2000).
4. Peningkatan
Ketuntasan belajar Siswa
Ketuntasan belajar menurut Sudjana
(2010) merupakan “suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa
setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru di
sekolah dan kelas tertentu”.
Selain itu Sudjana (2010)
mengemukakan bahwa: “ketuntasan belajar siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor
yaitu:
a.
faktor intern, Faktor
intern meliputi: motivasi belajar, minat dan perhatian siswa terhadap mata
pelajaran tersebut, sikap dan kebiasaan dalam belajar, ketekunan belajar,
keadaan sosial ekonomi orang tua, faktor fisik dan faktor psikis siswa.
b.
faktor ekstern.
faktor ekstern mencakup aspek kualitas pembelajaran yang meliputi faktor
kemampuan guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah”.
Ketuntasan belajar dapat
ditingkatkan dengan jalan mengaktifkan semua aspek indera pada diri manusia.
Menurut Wiraatmadja, (1983) “seseorang yang sedang belajar memperoleh
ketuntasan belajarnya sebagai berikut: Melalui indera pengecap sebesar 1%,
indera peraba sebesar 1,5%, indera penciuman sebesar 3,5%, indera pendengaran
sebesar 11% dan indera penglihatan sebesar 83%”.
1. Model
Pengembangan
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah (research and
development) atau penelitian pengembangan. Penelitian ini diarahkan pada
pengembangan suatu produk pembelajaran Problem
based instruction mata pelajaran Pendidikan Agama Islam keterampilan
berfikir kritis siswa. Produk yang pembelajaran Problem based instruction.
Proses uji coba penggunaan
produk dilakukan menggunakan desain penelitian Dick & Carey. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti
satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan. Efek atau pengaruh perlakuan
yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat kemenarikan produk
hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut
dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan
produk.
2. Subjek
Penelitian
Penelitian pengembangan ini
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SDN Jombatan I
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Subjek dalam penelitian ini adalah para
ahli yang menguji kevalidan model pembelajaran Problem based instruction yang terdiri dari pakar pendidikan dan
siswa kelas V sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan
dan kemudahan pembelajaran Problem based
instruction yang dikembangkan. Sedangkan objek penelitian ini adalah
pembelajaran Problem based instruction
materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar.
3. Model
Pengembangan
Model pengembangan tersebut
meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: (1) Analisis
kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3)
Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan
produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk (6)
Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.
F.
Analisis Data
1. Analisis
Data Validasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction Oleh Ahli
Analisis dilakukan dengan
membandingkan setiap komponen yang merupakan indikator dengan standar skor
minimum. Skor batas minimum tersebut adalah 21. Indikator dengan skor 20 ke
bawah harus direvisi.
Dilihat hasil analisis kualitas
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem
based instruction di atas dapat disimpulkan bahwa RPP/ Skenario
Pembelajaran sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing
komponen yang merupakan indikator untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan Problem based instruction
tidak ada yang kurang dari 3,0. Pada peilaian ini tidak ada saran untuk revisi.
Dilihat hasil analisis
kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar
Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing
komponen yang merupakan indikator untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan Problem based instruction
tidak ada yang kurang dari 3,0. Dan tidak ada saran dan komentar untuk Lembar
Kerja Siswa (LKS) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction
2. Analisis
Data Validasi Model pembelajaran literasi oleh Siswa
Hasil pengolahan data angket
pembelajaran dengan menggunkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction diketahui
bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.56, hal ini dikategorikan Cukup dengan
simpang baku 0.31. Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung
telah dilakukan penggantian: Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model.
G.
Verifikasi/Revisi Produk
Adapun dalam penilaian ahli tidak ada revisi. Produk produk yang sudah direvisi dianggap valid,
karena sudah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris.
H.
Kesimpulan
1. Secara umum hasil uji ahli dikategorikan
cukup dengan kualifikasi 3.9 akan tetapi berdasarkan hasil angket yang
disebarkan kepada siswa mengindikasikan bahwa penulis perlu mengubah dengan
meningkatkan daya tarik model.
2. Produk pengembangan Pembelajaran masalah
merupakan produk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik siswa.
3. Kelemahan produk ini membuka peluang peserta
didik yang malas untuk tetap pasif dalam kelompoknya dan kemungkinan akan
mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal.
I.
Saran-Saran
Berdasar simpulan dari penelitian ini, dapat
disarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Dari aspek teoretis, pengembangan ini diharapkan
dapat:
a. Menjadi referensi bagi pengembang
selanjutnya.
b. Menambah khasanah di bidang pendidikan dan
pelatihan khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran pembelajaran
kooperatif model pembelajaran PBI (Problem
Based Intruction).
2. Dari aspek praktis, pengembangan ini
diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah:
a. Bagi siswa, hasil pengembangan ini diharapkan
dapat membantu mereka belajar aktif untuk mencapai kompetensi dalam belajarnya
b. Bagi guru, hasil pengembangan ini diharapkan
dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang membantu memudahkan guru dalam
menjelaskan konsep materi kepada siswa.
3. Bagi sekolah, dengan meningkatnya kualitas
pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah tersebut.
J.
Daftar Pustaka
Abbas, dkk. 2007. Model Pembelajaran PBI Problem based
instruction.
http://iendah09.wordpress.com/2010/01/17/model-pembelajaran-pbi-problem-based-instruction.
(diakses tanggal 19 Desember 2015)
Akker J. 1999. Principles
and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K.
Gustafson, Nieven, & T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in
Education and Training (pp. 1-14. Dortrech: Kluwer Academic Publishers.
Akker J., dkk. 2006. Educational
Design Research. London and New York: Routledge.
Andayani, M. P. 2015. Problema
dan Aksioma: Dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish.
Bomsdorf, B. 2005. Adaptation of Learning Spaces:
Supporting Ubiquitous Learning in Higher Distance Education. Paper
presented at meeting of Mobile Computing and Ambient Intelligence: The
Challenge of Multimedia, Daghtul Seminar Proceedings 05181, Schloss Daghtul,
Germany. Retrieved on August 7, 2008 from http://drops.dagstuhl.de/opus/volltexte/2005/371/pdf/05181.BomsdorfBirgit.Paper.371.pdf
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1979. Educational Research:
An introduction. New York & London: Longman.
Boyinbode, O.K. & Akintola, K.G. 2008. A Sensor-Based
Framework for Ubiquitous Learning in Nigeria. IJCSNS International Journal
of Computer Science and Network Security, vol.8, no.11, pp.401-405.
Canale. M & M. Swain. 1980. “Theoretical of Communicative Approaches to Second Language Teching and
Learning”. Applied Linguistics. London: Longman.
Casey, D. 2005. u-Learning = e-Learning + m-Learning. In
G. Richards (Ed.), Proceedings of World Conference on E-Learning in
Corporate, Government, Healthcare, and Higher Education 2005, pp.2864-2871.
Chesapeake, VA: AACE.
Castaing, et.al. 1990. Velocity probability density functions of high Reynolds number
turbulence. Physica D: Nonlinear Phenomena, 462,
Chen, Y.S., et.al. 2002. A Mobile Scaffolding-Aid-Based
Bird - Watching Learning System, Proceedings of IEEE International Workshop
on Wireless and Mobile Technologies in Education (WMTE'02, pp.15-22.
Cheng, L. & Marsic, I. 2002. Piecewise Network
Awareness Service for Wireless/Mobile
Chiu, et.al. A Meaningful Learning based u-Learning
Evaluation Model, Eighth IEEE International Conference on Advanced Learning
Technologies, pp. 77 - 81.
Curtis, M., et.al. 2002. Handheld Use in K-12: A
Descriptive Account, Proceedings of IEEE International Workshop on Wireless
and Mobile Technologies in Education (WMTE'02, pp. 23-30.
Darsono. Agustinus. 2001. Kantor Depan Hotel. Edisi Revisi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Degeng, I. N. 2000. Paradigma
Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokratisasi. Makalah
Seminar Regional, di Universitas PGRI Surabaya: 19 April 2000.
Depdiknas, B. 2003. Pelayanan
Profesional Kurikulum 2004. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif.
Dey, A.K. & Abowd, G.D. 2000. Towards a Better
Understanding of Context and Context Awareness. GVU Technical Report, 1999.
Retrieved on August 7, 2008 from ftp://ftp.cc.gatech.edu/pub/gvu/tr/1999/99-22.pdf
Dick, W. & Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America:
Scott Foresman and Company.
Dick, W. & Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America:
Scott Foresman and Company.
Dochev, D. & Hristov, I. 2006. Mobile Learning
Applications: Ubiquitous Characteristics and Technological Solutions, Cybernetics
and Computer Technologies, vol.6, no.3, pp. 63-74.
Ebbutt, S., & Straker, A. 1995. Children and Mathematics: A Handbook for Teacher.
El-Bishouty, M.M., Ogata, H. & Yano, Y. 2007. PERKAM:
Personalized Knowledge Awareness Map for Computer Supported Ubiquitous
Learning. Educational Technology & Society, vol.10, no.3,
pp.122-134.
Ennis R H. 1985. Goals for A Critical Thinking
Curriculum. In A.L. Costa (Ed.). Developing Minds: A Resource Book for
Teaching Thinking. Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum
Development (ASCD).
Ennis, C. D. 1996. Students'
Experiences in Sport-Based Physical Education: More Than] Apologies are
Necessary. Quest, 48(4, 453-456.
Environment for Vocabulary Learning Using RFID Tags, TEL2004 (Technology Enhanced Learning 2004. Retrieved on
August 7, 2008 from http://www-yano.is.tokushima-
u.ac.jp/ogata/pdf/tel04ogata.pdf
Fischer, G. 2001. User Modeling in Human-Computer
Interaction, Journal of User Modeling and User-Adapted Interaction (UMUAI),
vol.11, no. 1/2, pp.65-86.
Gay, LR. 1987. Research
in Education. New York: McGraw-Hill Book
Hamzah B. Uno. 2011. Teori
Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi
aksara.
Heinich, et.al. 1989. Instructional
media and the new technologiest of instruction. (Third edition). USA:
Macmillan, inc
Hossoubah, Z. 2007. Develoving
Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . Bandung: Yayasan
Nuansa Cendia.
Hwang, et.al. 2008. Criteria, Strategies and Research
Issues of Context-Aware Ubiquitous Learning. Educational Technology &
Society, vol.11, no.2, pp.81-91.
Hwang, G-J. 2006. Criteria and Strategies of Ubiquitous
Learning. Proceedings of the IEEE International Conference on Sensor Networks,
Ubiquitous, and Trustworthy Computing (SUTC'06, vol.2, pp.72-77.
Isjoni, 2009, Pembelajaran
Kooperatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Jones, V. & Jo, J.H. 2004. Ubiquitous Learning
Environment: An Adaptive Teaching System Using Ubiquitous Technology. In R.
Atkinson, C. McBeath, D. Jonas-Dwyer & R. Phillips (Eds), Beyond the
Comfort Zone: Proceedings of the 21st ASCILITE Conference, pp. 468474.
Retrieved on March 2, 2009 from
Kuo, et.al. 2007. Standards and Tools for Context-Aware
Ubiquitous Learning. Proceedings of Seventh IEEE International Conference on
Advanced Learning Technologies (ICALT 2007, Retrieved on March 2, 2009 from
http://csdl.computer.org/comp/proceedings/icalt/2007/2916/00/29160704.pdf
Kwon,O. 2006. The Potential Roles of Context-Aware
Computing Technology in Optimization- Based Intelligent Decision-Making. Expert
Systems with Applications, no.31, pp.629-642.
Learning, Proceedings of the 2005 IEEE International
Workshop on Wireless and Mobile Technologies in Education (WMTE '05, pp.11-20.
Learning. Proceedings of the 2nd IEEE International
Workshop on Wireless and Mobile Technologies in Education, pp.27-34.
Liyytinen, K. & Yoo, Y. 2002. Issues and Challenges
in Ubiquitous Computing. Communications of the ACM, vol.45, no.12, pp.62
- 65.
Miftahul Huda. 2011 Cooperative
Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Morrison, G., Ross, S., & Kemp, J. 2001. Design effective instruction. New York:
John Wiley & Sons
Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Konstruktivistik.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran vol 16 No. 1. [Online].
http://www.berpikir-kritisblogspot.com. [diakses 11 Januari 2016]
Muijs, D., & Reynolds, D. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution. 1995, Mengajar
Dengan Sukses, Jakarta: Bumi Aksara.
Northwestern University, Institute for Learning Sciences.
Retrieved on March 2, 2009 from http://cogprints.org/637/0/LearnbyDoing_Schank.html
Ogata, H., & Yano, Y. 2004. Context-Aware Support for
Computer-Supported Ubiquitous
Ogata, H., Akamatsu, R. & Yano, Y. 2004. Computer
Supported Ubiquitous Learning
Plomp, Tj. 1994. Educational
Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training
System Design: Introduction. Design of Education and Training (in
Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational
Science andTechnology, University of Twente
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. 2009. Developmental Research : Studies of
Instructional Design and Development.
Slavin, R. E. 2005, Cooperative
Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.
Ross, S. M., & Morrison, G. R. 1996. Experimental research methods. Handbook of
research for educational communications and technology: A project of the
association for educational communications and technology, 1148-1170.
Sadtono, E. 1987. Antologi
Pengajaran Bahasa Asing Khususnya Bahasa Inggris. Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikaan dan Kebudayaan.
Sanders, H. I., & Warrington, E. K. 1971. Memory for remote events in amnesic patients.
Brain, 94(4, 661-668.
Sarah L. Ash and Patti H. Clayton 2004 The Articulated Learning: An Approach to
Guided Reflection and Assessment Innovative Higher Education, Vol. 29, No.
2, Winter 2004 (C _ 2004
Scriven M & Paul R. 1987. Critical Thinking as
Defined by the National Council for Excellence in Critical Thinking. On
line at http://www.criticalthinking.org/aboutct/define_critical_thinking.cfm.
[diakses tanggal 5 Januari 2013].
Seels, B., & Richey, R. 1994. Instructional technology: The definition and domains of the field.
Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI
LPTK UNJ.
Slameto. 2003. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekamto, T., & Winataputra, U. S. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PAU-PPAI.
Sugiyanto. 2010. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma. Pustaka.
Sugiyono. 2011. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumarno, A. 2011. Model
Pembelajaran Konvensional. Diakses dari
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/model-pembelajaran-konvensional.
diakses tanggal 9 Januari 2016 .
Suparman, A. 2001. Desain
instruksional. Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi,
Departemen Pendidikan Tinggi.
Suprijono. A. 2009. Cooperative
Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, H. G. 1990. Pengajaran
Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Tessmer, M. 1998. Planning
and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page. The
definition and characteristics of ubiquitous learning 127
Trianto, S. P., & Pd, M. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta,
Prestasi Pustaka.
Uemukai, T., Hara, T. & Nishio, S. 2004. A Method for
Selecting Output Data from Ubiquitous Terminals in a Ubiquitous Computing
Environment. In the Proceedings of the 24th International Conference on
Distributed Computing Systems Workshops (ICDCSW04, pp.562-567.
Wang H, Li J, Bostock RM, Gilchrist DG. 1996. Apoptosis: A Functional Paradigm for Programmed Plant
Cell Death Induced by A Host- Selective Phytotoxin and Invoked During
Development. Plant Cell 8: 375–391.
Weiser, M. 1991. The computer of the 21st century. Scientific
American, vol.265, no.3, pp.6675.
Yang, T-Z., Kuo, F-R., Hwang, J-G. & Chu, H-C. 2008 A
Computer Assisted Approach for Designing Context-Aware Ubiquitous Learning
Activities. 2008 IEEE International Conference on Sensor Networks,
Ubiquitous and TrustworthyYoung, E. H., & Hawk, S. S. 1955. Moto-kinesthetic speech training.
Stanford University Press.
No comments:
Post a Comment