Thursday, 26 April 2018

Pengembangan pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar


Pengembangan pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jombatan I Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Muhammad Andi Isya' a*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto
*Koresponden penulis: andi_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id
Abstract
Problem based instruction centered on students. Problem based instruction is one of the various learning models that teachers can use in enabling students to learn. The purpose of this research development is: 1) Produce learning products Problem-based instruction material recite surah Al Kausar and makhraj correct subjects Islamic Religious Education at SDN Jombatan I Jombang District Jombang District. Selection and use of learning Problem-based instruction appropriately can streamline and streamline the implementation of learning. For that purpose the learning of Problem based instruction is absolutely necessary. Learning products Islamic Education Learning This problem based instruction has been refined based on analysis of trial data. Based on the steps that have been implemented can be concluded as follows. 1). In general, expert test results are categorized with a qualification of 3.9 but based on the results of questionnaires distributed to students indicates that the author needs to change by increasing the attractiveness of the model. 2) Product development Learning problem is a cooperative learning product that emphasizes the special structure designed to influence the pattern of student interaction and has a goal to improve student academic mastery. 3) The weakness of this product opens opportunities for lazy learners to remain passive in their group and likely to influence their group, so that the group's efforts will fail.
Keywords: Learning of Islamic Education, Problem based instruction



A. Latar Belakang
Pendidikan sangat berkaitan erat dengan pengembangan pengajaran dan proses belajar khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tujuan dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu untuk dapat memahami konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat berguna dalam memecahkan setiap masalah yang berhubungan dengan Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam juga tidak terlepas dari berbagai model pembelajaran yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembengan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman dari para ilmuwan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan para peserta didiknya. Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pendidikan merupakan kata yang sudah sangat umum. Karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap orang mengenal istilah pendidikan. Begitu juga Pendidikan Agama Islam (PAI). Masyarakat awam mempersepsikan pendidikan itu identik dengan sekolah, pemberian pelajaran, melatih anak dan sebagainya. Sebagian masyarakat lainnya memiliki persepsi bahwa pendidikan itu menyangkut berbagai aspek yang sangat luas,termasuk semua pengalaman yang diperoleh anak dalam pembetukan dan pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berisikan ajaran Islam.
Problem based instruction berpusat pada siswa. Problem based instruction merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk, 2007). Guru berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan. guru sebagai penyaji masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri, guru diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan Problem based instruction didukung dengan beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan pemecahan masalah. Sesuai judul penelitian, maka perlu adanya Pengembangan pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jombatan I Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Diperlukan pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jombatan I Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
C. Tujuan Model
Tujuan dalam penelitian ini adalah: Menghasilkan produk pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jombatan I Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
D. Kajian Pustaka
1.  Pembelajaran Problem based instruction
Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Problem based instruction (PBI), yaitu pembelajaran yang diawali dengan menyajikan masalah kepada siswa. Masalah ini harus otentik atau nyata dalam kehidupan sehari-hari berupa fakta-fakta atau fenomena yang sering dijumpai siswa. Pembelajaran masalah ini disajikan dalam bentuk penyelidikan dan inkuiri sehingga dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk memperoleh konsep-konsep. Adapun ciri-ciri utama PBI meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, melakukan penyelidikan auentik dan kerjasama antar siswa (Andayani, 2015).
Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), belajar otentik (authentic learning) dan pembelajaran bermakna (anchored instruction)”.
2.  Pendidikan Kecakapan Hidup
Secara normatif, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Republik Indonesia No.2, Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional). Berdasarkan tujuan tersebut, maka PS dan PLS bertugas dan berfungsi mempersiapkan peserta didik agar mampu: (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2) mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan kehidupan untuk berbangsa, dan (4) mempesiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Konsekuensinya apa yang diajarkan harus menampilkan sosok utuh keempat kemampuan tersebut.
3.  Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap-1      Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahanmasalah yang dipilih.
 Tahap-2.    Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
 Tahap-3     Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan (Ibrahim,2000).
4.  Peningkatan Ketuntasan belajar Siswa
Ketuntasan belajar menurut Sudjana (2010) merupakan “suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru di sekolah dan kelas tertentu”.
Selain itu Sudjana (2010) mengemukakan bahwa: “ketuntasan belajar siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu:
a.      faktor intern, Faktor intern meliputi: motivasi belajar, minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sikap dan kebiasaan dalam belajar, ketekunan belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, faktor fisik dan faktor psikis siswa.
b.     faktor ekstern. faktor ekstern mencakup aspek kualitas pembelajaran yang meliputi faktor kemampuan guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah”.
Ketuntasan belajar dapat ditingkatkan dengan jalan mengaktifkan semua aspek indera pada diri manusia. Menurut Wiraatmadja, (1983) “seseorang yang sedang belajar memperoleh ketuntasan belajarnya sebagai berikut: Melalui indera pengecap sebesar 1%, indera peraba sebesar 1,5%, indera penciuman sebesar 3,5%, indera pendengaran sebesar 11% dan indera penglihatan sebesar 83%”.
E.  Metode Penelitian
1.  Model Pengembangan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah (research and development) atau penelitian pengembangan. Penelitian ini diarahkan pada pengembangan suatu produk pembelajaran Problem based instruction mata pelajaran Pendidikan Agama Islam keterampilan berfikir kritis siswa. Produk yang pembelajaran Problem based instruction.
Proses uji coba penggunaan produk dilakukan menggunakan desain penelitian Dick & Carey. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan. Efek atau pengaruh perlakuan yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat kemenarikan produk hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan produk.
2.  Subjek Penelitian
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SDN Jombatan I Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Subjek dalam penelitian ini adalah para ahli yang menguji kevalidan model pembelajaran Problem based instruction yang terdiri dari pakar pendidikan dan siswa kelas V sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan dan kemudahan pembelajaran Problem based instruction yang dikembangkan. Sedangkan objek penelitian ini adalah pembelajaran Problem based instruction materi melafalkan surah Al Kausar dan makhraj yang benar.
3.  Model Pengembangan
Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk (6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.
F.  Analisis Data
1.  Analisis Data Validasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction Oleh Ahli
Analisis dilakukan dengan membandingkan setiap komponen yang merupakan indikator dengan standar skor minimum. Skor batas minimum tersebut adalah 21. Indikator dengan skor 20 ke bawah harus direvisi.
Dilihat hasil analisis kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction di atas dapat disimpulkan bahwa RPP/ Skenario Pembelajaran sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction tidak ada yang kurang dari 3,0. Pada peilaian ini tidak ada saran untuk revisi.
Dilihat hasil analisis kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction tidak ada yang kurang dari 3,0. Dan tidak ada saran dan komentar untuk Lembar Kerja Siswa (LKS) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction
2.  Analisis Data Validasi Model pembelajaran literasi oleh Siswa
Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Problem based instruction diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.56, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.31. Setelah diujicobakan kepada siswa selaku pengguna langsung telah dilakukan penggantian: Mengubah dengan meningkatkan daya tarik model.
G. Verifikasi/Revisi Produk
Adapun dalam penilaian ahli tidak ada revisi. Produk produk yang sudah direvisi dianggap valid, karena sudah melalui tahapan uji coba baik secara teoretis maupun empiris.

H. Kesimpulan
1.      Secara umum hasil uji ahli dikategorikan cukup dengan kualifikasi 3.9 akan tetapi berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada siswa mengindikasikan bahwa penulis perlu mengubah dengan meningkatkan daya tarik model.
2.      Produk pengembangan Pembelajaran masalah merupakan produk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik siswa.
3.      Kelemahan produk ini membuka peluang peserta didik yang malas untuk tetap pasif dalam kelompoknya dan kemungkinan akan mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal.

I.   Saran-Saran
Berdasar simpulan dari penelitian ini, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.
1.      Dari aspek teoretis, pengembangan ini diharapkan dapat:
a.      Menjadi referensi bagi pengembang selanjutnya.
b.     Menambah khasanah di bidang pendidikan dan pelatihan khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran pembelajaran kooperatif model pembelajaran PBI (Problem Based Intruction).
2.      Dari aspek praktis, pengembangan ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah:
a.      Bagi siswa, hasil pengembangan ini diharapkan dapat membantu mereka belajar aktif untuk mencapai kompetensi dalam belajarnya
b.     Bagi guru, hasil pengembangan ini diharapkan dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang membantu memudahkan guru dalam menjelaskan konsep materi kepada siswa.
3.      Bagi sekolah, dengan meningkatnya kualitas pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah tersebut.

J.   Daftar Pustaka
Abbas, dkk. 2007. Model Pembelajaran PBI Problem based instruction. http://iendah09.wordpress.com/2010/01/17/model-pembelajaran-pbi-problem-based-instruction. (diakses tanggal 19 Desember 2015)
Akker J. 1999. Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, & T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14. Dortrech: Kluwer Academic Publishers.
Akker J., dkk. 2006. Educational Design Research. London and New York: Routledge.
Andayani, M. P. 2015. Problema dan Aksioma: Dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Bomsdorf, B. 2005. Adaptation of Learning Spaces: Supporting Ubiquitous Learning in Higher Distance Education. Paper presented at meeting of Mobile Computing and Ambient Intelligence: The Challenge of Multimedia, Daghtul Seminar Proceedings 05181, Schloss Daghtul, Germany. Retrieved on August 7, 2008 from http://drops.dagstuhl.de/opus/volltexte/2005/371/pdf/05181.BomsdorfBirgit.Paper.371.pdf
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1979. Educational Research: An introduction. New York & London: Longman.
Boyinbode, O.K. & Akintola, K.G. 2008. A Sensor-Based Framework for Ubiquitous Learning in Nigeria. IJCSNS International Journal of Computer Science and Network Security, vol.8, no.11, pp.401-405.
Canale. M & M. Swain. 1980. “Theoretical of Communicative Approaches to Second Language Teching and Learning”. Applied Linguistics. London: Longman.
Casey, D. 2005. u-Learning = e-Learning + m-Learning. In G. Richards (Ed.), Proceedings of World Conference on E-Learning in Corporate, Government, Healthcare, and Higher Education 2005, pp.2864-2871. Chesapeake, VA: AACE.
Castaing, et.al. 1990. Velocity probability density functions of high Reynolds number turbulence. Physica D: Nonlinear Phenomena, 462,
Chen, Y.S., et.al. 2002. A Mobile Scaffolding-Aid-Based Bird - Watching Learning System, Proceedings of IEEE International Workshop on Wireless and Mobile Technologies in Education (WMTE'02, pp.15-22.
Cheng, L. & Marsic, I. 2002. Piecewise Network Awareness Service for Wireless/Mobile
Chiu, et.al. A Meaningful Learning based u-Learning Evaluation Model, Eighth IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies, pp. 77 - 81.
Curtis, M., et.al. 2002. Handheld Use in K-12: A Descriptive Account, Proceedings of IEEE International Workshop on Wireless and Mobile Technologies in Education (WMTE'02, pp. 23-30.
Darsono. Agustinus. 2001. Kantor Depan Hotel. Edisi Revisi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Degeng, I. N. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokratisasi. Makalah Seminar Regional, di Universitas PGRI Surabaya: 19 April 2000.
Depdiknas, B. 2003. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif.
Dey, A.K. & Abowd, G.D. 2000. Towards a Better Understanding of Context and Context Awareness. GVU Technical Report, 1999. Retrieved on August 7, 2008 from ftp://ftp.cc.gatech.edu/pub/gvu/tr/1999/99-22.pdf
Dick, W. & Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America: Scott Foresman and Company.
Dick, W. & Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction. United States of America: Scott Foresman and Company.
Dochev, D. & Hristov, I. 2006. Mobile Learning Applications: Ubiquitous Characteristics and Technological Solutions, Cybernetics and Computer Technologies, vol.6, no.3, pp. 63-74.
Ebbutt, S., & Straker, A. 1995. Children and Mathematics: A Handbook for Teacher.
El-Bishouty, M.M., Ogata, H. & Yano, Y. 2007. PERKAM: Personalized Knowledge Awareness Map for Computer Supported Ubiquitous Learning. Educational Technology & Society, vol.10, no.3, pp.122-134.
Ennis R H. 1985. Goals for A Critical Thinking Curriculum. In A.L. Costa (Ed.). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).
Ennis, C. D. 1996. Students' Experiences in Sport-Based Physical Education: More Than] Apologies are Necessary. Quest, 48(4, 453-456.
Environment for Vocabulary Learning Using RFID Tags, TEL2004 (Technology Enhanced Learning 2004. Retrieved on August 7, 2008 from http://www-yano.is.tokushima- u.ac.jp/ogata/pdf/tel04ogata.pdf
Fischer, G. 2001. User Modeling in Human-Computer Interaction, Journal of User Modeling and User-Adapted Interaction (UMUAI), vol.11, no. 1/2, pp.65-86.
Gay, LR. 1987. Research in Education. New York: McGraw-Hill Book
Hamzah B. Uno. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Heinich, et.al. 1989. Instructional media and the new technologiest of instruction. (Third edition). USA: Macmillan, inc
Hossoubah, Z. 2007. Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.
Hwang, et.al. 2008. Criteria, Strategies and Research Issues of Context-Aware Ubiquitous Learning. Educational Technology & Society, vol.11, no.2, pp.81-91.
Hwang, G-J. 2006. Criteria and Strategies of Ubiquitous Learning. Proceedings of the IEEE International Conference on Sensor Networks, Ubiquitous, and Trustworthy Computing (SUTC'06, vol.2, pp.72-77.
Isjoni, 2009, Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Jones, V. & Jo, J.H. 2004. Ubiquitous Learning Environment: An Adaptive Teaching System Using Ubiquitous Technology. In R. Atkinson, C. McBeath, D. Jonas-Dwyer & R. Phillips (Eds), Beyond the Comfort Zone: Proceedings of the 21st ASCILITE Conference, pp. 468474. Retrieved on March 2, 2009 from
Kuo, et.al. 2007. Standards and Tools for Context-Aware Ubiquitous Learning. Proceedings of Seventh IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies (ICALT 2007, Retrieved on March 2, 2009 from http://csdl.computer.org/comp/proceedings/icalt/2007/2916/00/29160704.pdf
Kwon,O. 2006. The Potential Roles of Context-Aware Computing Technology in Optimization- Based Intelligent Decision-Making. Expert Systems with Applications, no.31, pp.629-642.
Learning, Proceedings of the 2005 IEEE International Workshop on Wireless and Mobile Technologies in Education (WMTE '05, pp.11-20.
Learning. Proceedings of the 2nd IEEE International Workshop on Wireless and Mobile Technologies in Education, pp.27-34.
Liyytinen, K. & Yoo, Y. 2002. Issues and Challenges in Ubiquitous Computing. Communications of the ACM, vol.45, no.12, pp.62 - 65.
Miftahul Huda. 2011 Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Morrison, G., Ross, S., & Kemp, J. 2001. Design effective instruction. New York: John Wiley & Sons
Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Konstruktivistik. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran vol 16 No. 1. [Online]. http://www.berpikir-kritisblogspot.com. [diakses 11 Januari 2016]
Muijs, D., & Reynolds, D. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution. 1995, Mengajar Dengan Sukses, Jakarta: Bumi Aksara.
Northwestern University, Institute for Learning Sciences. Retrieved on March 2, 2009 from http://cogprints.org/637/0/LearnbyDoing_Schank.html
Ogata, H., & Yano, Y. 2004. Context-Aware Support for Computer-Supported Ubiquitous
Ogata, H., Akamatsu, R. & Yano, Y. 2004. Computer Supported Ubiquitous Learning
Plomp, Tj. 1994. Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. 2009. Developmental Research : Studies of Instructional Design and Development.
Slavin, R. E. 2005, Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.
Ross, S. M., & Morrison, G. R. 1996. Experimental research methods. Handbook of research for educational communications and technology: A project of the association for educational communications and technology, 1148-1170.
Sadtono, E. 1987. Antologi Pengajaran Bahasa Asing Khususnya Bahasa Inggris. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikaan dan Kebudayaan.
Sanders, H. I., & Warrington, E. K. 1971. Memory for remote events in amnesic patients. Brain, 94(4, 661-668.
Sarah L. Ash and Patti H. Clayton 2004 The Articulated Learning: An Approach to Guided Reflection and Assessment Innovative Higher Education, Vol. 29, No. 2, Winter 2004 (C _ 2004
Scriven M & Paul R. 1987. Critical Thinking as Defined by the National Council for Excellence in Critical Thinking. On line at http://www.criticalthinking.org/aboutct/define_critical_thinking.cfm. [diakses tanggal 5 Januari 2013].
Seels, B., & Richey, R. 1994. Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekamto, T., & Winataputra, U. S. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI.
Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma. Pustaka.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumarno, A. 2011. Model Pembelajaran Konvensional. Diakses dari http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/model-pembelajaran-konvensional. diakses tanggal 9 Januari 2016 .
Suparman, A. 2001. Desain instruksional. Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, Departemen Pendidikan Tinggi.
Suprijono. A. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, H. G. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Tessmer, M. 1998. Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page. The definition and characteristics of ubiquitous learning 127
Trianto, S. P., & Pd, M. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta, Prestasi Pustaka.
Uemukai, T., Hara, T. & Nishio, S. 2004. A Method for Selecting Output Data from Ubiquitous Terminals in a Ubiquitous Computing Environment. In the Proceedings of the 24th International Conference on Distributed Computing Systems Workshops (ICDCSW04, pp.562-567.
Wang H, Li J, Bostock RM, Gilchrist DG. 1996. Apoptosis: A Functional Paradigm for Programmed Plant Cell Death Induced by A Host- Selective Phytotoxin and Invoked During Development. Plant Cell 8: 375–391.
Weiser, M. 1991. The computer of the 21st century. Scientific American, vol.265, no.3, pp.6675.
Yang, T-Z., Kuo, F-R., Hwang, J-G. & Chu, H-C. 2008 A Computer Assisted Approach for Designing Context-Aware Ubiquitous Learning Activities. 2008 IEEE International Conference on Sensor Networks, Ubiquitous and TrustworthyYoung, E. H., & Hawk, S. S. 1955. Moto-kinesthetic speech training. Stanford University Press.




No comments:

Post a Comment