Friday, 27 April 2018

Pengaruh penggunaan model pembelajaran Time Token Arends dan CTL serta motivasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam

Pengaruh penggunaan model pembelajaran Time Token Arends dan CTL serta motivasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto 

Achmad Pandu Setiawan a* 

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto 

*Koresponden penulis: pandu_01@jurnal.stitradenwijaya.ac.id 

Abstract 

One-way learning makes students more passive so students tend to sit sweetly awaiting teacher commands. This condition allows students' ability not to develop optimally. While the learning of many directions with the proportion of teacher activity proportional to the students, teachers tend to direct and demand students to be creative so that students' ability will develop optimally. In this type of learning model, students will feel ashamed if they do not express their ideas. Therefore, they are challenged to prepare themselves by learning more optimally. The purpose of this study are: 1) Describing differences in student learning outcomes taught by democratic learning model Time Token Arends with CTL learning model. 2) Describe the difference in learning outcomes with high motivation and low motivation students. 3) Describe the interaction between the Time Token Arends and CTL democratic learning model and achievement motivation on the learning outcomes of Islamic Religious Education. This research is a type of experimental research with quantitative approach. The population of students of class X SMK Negeri Dlanggu, District Dlanggu Mojokerto regency, with simple random sampling system. Data collection techniques using mungunakan questionnaire (questionnaire), while the technique of data analysis using validity test, reliability test, and hypothesis test using t test and F test. From the analysis can be concluded as follows: 1) There are differences in student learning outcomes are taught Time Token Arends democratic learning model with CTL learning model 2) There are differences in learning outcomes with high motivation and low motivation students. 3) There is an interaction between the Time Token Arends and CTL democratic learning model and achievement motivation on the learning outcomes of Islamic Religious Education. From the results of the research as a whole can the authors provide suggestions: 1) For the ranks of organizers of the results of this research should be used as material information and input so that agencies can develop strategic steps in improving and optimizing existing resources by creating an environment that supports quiet learning activities , Comfortable and fun. 2) For universities, the results of this study should be used as a comparison and reference material for further research. 3) For further researchers, to develop similar research may use the reference of this work.

Keywords: Time Token Arends, CTL, Achievement motivation, learning result of Islamic Religious Education


A. Latar Belakang

Pentingnya memahami sebuah kreativitas dalam mengajar akan membuat kita memahamai cara dan proses berpikir yang akan membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Guru kreatif sebaiknya tidak terbatas pada pengembangan ide atau gagasan saja, tetapi termasuk kreatif mencari solusi yang tepat dan terbaik dalam pengambilan keputusan pada saat mengajar. Sudah saatnya kita meninggalkan metode pengajaran yang mengandalkan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar dari soal-soal yang diberikan. Kini, beralih pada proses-proses pemikirian yang kreatif agar kompetensi yang diharapkan dapat benar-benar tercapai. (Amir, 2011).

Munculnya konsep tentang model-model pembelajaran yang semakin banyak jenisnya, seorang guru diharapkan bisa mengajar dengan sekreatif mungkin, agar siswa tidak merasa jenuh dan malas di kelas, jadikan suasana kelas semenarik mungkin setiap pertemuannya. Model pembelajaran time token bisa jadi alternatif guru untuk menyampaikan materi ajarnya, dimana model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dengan cara menambahkan kupon bicara pada saat pembelajarannya yang diharapkan bisa memotivasi siswa untuk belajar. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis (Arends, 1998) dalam widyatun (2012).

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok.

Dalam kurikulum 2004, guru PAI dapat menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, lebih mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi lebih responsif dalam menggunakan pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki motivasi tinggi untuk belajar.

Ketika para pendidik menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan komponen-komponen CTL (Contextual Teaching and Learning), yang sesuai dengan kebutuhan manusia untuk mencari makna dan kebutuhan otak untuk menjalin pola-pola, secara intuitif mereka mengikuti cara yang sesuai dengan penemuan-penemuan dalam psikologi dan penelitian tentang otak. Mereka menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan pengalaman-pengalaman para siswa sendiri untuk memberi makna pada pelajaran. Pada waktu yang bersamaan, tanpa disadari, mereka telah mengikuti tiga prinsip yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern sebagai prinsip yang menunjang dan mengatur segalanya di alam semesta. Melakukan penelitian berbentuk tesis dengan judul model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan CTL serta motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan model pembelajaran CTL kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa motivasi tinggi dengan siswa motivasi rendah kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto ?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan CTL serta motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran demokratis Time Token Arends dengan model pembelajaran CTL kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

2. Mendeskripsikan perbedaan hasil belajar dengan motivasi tinggi dan siswa dengan motivasi rendah siswa kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

3. Mendeskripsikan interaksi antara model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan CTL serta motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

D. Kajian pustaka

1. Pendekatan model pembelajaran demokratis Time Token Arends

Model pembelajaran Time token (Arends, 1998) merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi dalam menyampaikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Model ini memiliki struktur pengajaran yang sangat cocok digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.

Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran Time token adalah materi yang lebih menekankan pada penyampaian pendapat siswa dalam berlangsungnya pembelajaran. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapatnya mengenai suatu masalah yang muncul. Pemahaman tentang materi oleh siswa dalam model ini sangat diutamakan terutama dalam bentuk diskusi yang kebanyakan pendapatnya harus memiliki dasar yang kuat untuk sebuah argument.

2. Model pembelajaran CTL

CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktifitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna (Johnson, 2007).

Dengan menggunakan strategi pengajaran "kontekstual", guru mengekspos peserta didik untuk situasi secara keseluruhan. Peserta didik mulai mengenal dan memahami apa yang paling dan paling penting karena mereka mengasimilasi pengetahuan baru dan menentukan bagaimana menerapkannya dalam mereka praktek dan lingkungan kerja (Baker, 2001) dalam Hickey, & Kritek, (2011). Ketika ditambah dengan pembinaan, kritik yang mendukung, dan kesempatan untuk diskusi dengan teman sebaya, pendekatan kontekstual untuk mengajar dan belajar menjadi strategi yang kuat untuk membantu perawat mencapai kompetensi teknologi (Benner, Sutphen, Leonard, & Day, 2010).

3. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan oleh siswa itu sendiri. Untuk itu maka siswa dituntut untuk bertanggung jawab mengenai taraf keberhasilan yang akan diperolehnya (Hawadi, 2001).

Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Jika sudah terjangkit virus ini mengakibatkan perilaku individu menjadi lebih aktif dan individu menjadi lebih giat dalam melakukan kegiatan untuk mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.

Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland adalah mereka yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara, yaitu membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standard tertentu (McClelland, dalam Morgan 1986). Selain itu mcClelland juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu kecenderungan individu untuk mencapai prestasi secara optimal (McClelland,1987).

4. Hasil Belajar

Burton (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 4) mengemukakan hal senada dengan teori behaviorisme di mana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Kemudian Witherington (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 5) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”. Selanjutnya, Gagne (dalam Slameto, 2010: 13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil prestasi belajar. Hasil prestasi belajar di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menggambarkan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu Pengaruh penggunaan model pembelajaran Time Token Arends dan CTL serta motivasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Motivasi berprestasi, prestasi belajar, terus meningkat karena adanya pengaruh pembelajaran model time token dan CTL yang dilaksanakan dengan baik. Dalam upaya untuk selalu meningkatkan motivasi, prestasi belajar, perlu didukung dengan pembelajaran model time token dan CTL yang dilaksanakan dengan baik.

Penelitian ini dimaksudkan sebagai alat untuk menemukan ada atau tidaknya Pengaruh penggunaan model pembelajaran Time Token Arends dan CTL serta motivasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran demokratis Time Token Arends dengan model pembelajaran CTL kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

2. Terdapat perbedaan hasil belajar dengan motivasi tinggi dan siswa dengan motivasi rendah siswa kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan CTL serta motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen kuasi dengan desain Perbandingan Kelompok Statis atau Rancangan Postes Terhadap Kelompok-Kelompok Non-Ekuivalen (Statistic Group Comparison or Postest Only with Nonequivalent Groups). Dengan skema penelitian sebagai berikut




R

X

O1








R



O2






Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing di pilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang di beri perlakuan disebut kelompok eksperimen (O1) dan kelompok yang tidak di beri perlakuan disebut kelompok kontrol (O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda, menggunakan statistik t-test.

Pada penelitian ini obyeknya adalah Siswa kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto adalah sejumlah 62 siswa yang terdiri dari: Kelas X TKJ 1 sebanyak 31 Siswa dan Kelas X TKJ 2 sebanyak 31 Siswa. Teknik sampling yang dipilih adalah purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel pertimbangan hanya mengambil kelat tertentu sebagai sampel. Adapun dalam penelitian ini penulis menentukan sampel berdasarkan Tabel Isaac & Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 1% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar: Kelas X TKJ 1 sebanyak 31 Siswa diambil menjadi 29 Siswa, Kelas X TKJ 2 sebanyak 31 Siswa diambil menjadi 29 Siswa. Jadi total keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 58 siswa.

H. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Hipotesis Pertama

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik parametrik, yaitu Independent Sample t-test. Uji ini digunakan untuk mengambil keputusan apakah hipotesis diterima atau ditolak.

Hasil analisa uji t (t-test) hasil post-test dari tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 1,902 dengan signifikansi 0,042. Nilai signifikan yang menunjukkan 0,042 < 0,05 maka Ho ditolak. Hal itu juga didukung oleh nilai mean kelas eksperimen sebesar 76,79 lebih besar daripada kelas kontrol sebesar 73,69.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktifitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna (Johnson, 2007).

2. Hasil Analisis Hipotesis Kedua

Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland adalah mereka yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara, yaitu membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standard tertentu (McClelland, dalam Morgan 1986). Selain itu mcClelland juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu kecenderungan individu untuk mencapai prestasi secara optimal (McClelland,1987).

Hasil analisa uji t (t-test) hasil angket motivasi dari tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 1,223 dengan signifikansi 0,026. Nilai signifikan yang menunjukkan 0,026 < 0,05 maka Ho ditolak. Hal itu juga didukung oleh nilai mean kelas eksperimen sebesar 91,48 lebih besar daripada kelas kontrol sebesar 90,03.

3. Hasil Analisis Hipotesis Ketiga

Burton (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 4) mengemukakan hal senada dengan teori behaviorisme di mana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Kemudian Witherington (dalam Usman dan Setiawati, 2001: 5) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”. Selanjutnya, Gagne (dalam Slameto, 2010: 13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Pada output model summary, koefisien determinasi besarnya adjusted R2 sebesar 0,998, hal ini berarti 99,8% variasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan CTL dan Moderat. Sedangkan sisanya (100% - 99,8% = 2,0 %) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

Pada output coefficient, menunjukkan bahwa koefisien b1 sebesar 0,000, dan b2 sebesar 0,000, jadi signifikan karena lebih kecil daripada 0,05. Keputusannya adalah Ho ditolak dan Hi diterima, jadi : Terdapat interaksi antara model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan CTL serta motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kelas X SMK Negeri Dlanggu, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

I. Kesimpulan

Selesainya pembahasan skripsi ini maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran demokratis Time Token Arends dengan model pembelajaran CTL dengan rata-rata hitung pembelajaran demokratis Time Token Arends 76,79 lebih besar (3.10 %) daripada model pembelajaran CTL dengan rata-rata hitung sebesar 73,69.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar dengan motivasi tinggi dan siswa dengan motivasi rendah dengan rata-rata hitung motivasi tinggi 76,79 lebih besar (1.45 %) daripada motivasi rendah dengan rata-rata hitung sebesar 73,69.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran demokratis Time Token Arends dan CTL serta motivasi berprestasi terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam sebesar 99,8%.

J. Saran-Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian dan menutup dengan kesimpulan, maka penulis perlu memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi jajaran pengelola lembaga hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan sehingga Instansi dapat menyusun langkah strategis dalam meningkatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada dengan menciptakan lingkungan yang mendukung aktifitas belajar yang tenang, nyaman dan menyenangkan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, untuk mengembangkan penelitian sejenis dapat menggunakan referensi karya ini.

K. Daftar Pustaka

Amir, M. 2011. Rahasia Mengajar dengan Kreatif, Inspiratif, dan Cerdas. Jakarta: Logika Galileo.

Anshari, G. Z. 2006. Dapatkah pengelolaan kolaboratif menyelamatkan taman nasional Danau Sentarum? (No. Forests and Governance Programme Series no. 7, p. 20p). Center for International Forestry Research (CIFOR), Bogor, Indonesia.

Arends, R., Winitzky, N., & Tannenbaum, M. D. 1998. Exploring teaching. McGraw-Hill.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian - Suatu Pendekatan Praktik Edisi: 2011. Jakarta: Rhineka Cipta

Atkinson, J. W. 1964. An introduction to motivation. psycnet.apa.org

Bakker, A. B., & Leiter, M. P. (Eds.). 2010. Work engagement: A handbook of essential theory and research. Psychology Press.

Benner, P., Sutphen, M., Leonard, V., & Day, L. 2010. Educating nurses. A call for radical transformation [Educando enfermeiros. Um apelo de transformaĆ§Ć£o radical]. San Francisco: The carnegie foundation for the advancement of teaching.

Bugin, B. 2011. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Chatib, M. 2012. Gurunya manusia: Menjadikan semua anak istimewa dan semua anak juara. Bandung: Kaifa.

Daring, K. B. B. I. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. pusatbahasa. diknas. go. Id.

Hakimi, M., Hayati, E. N., Marlinawati, V. U., Winkvist, A., & Ellsberg, M. C. 2001. Silence for the sake of harmony. Domestic violence and womens health in central Java Indonesia. popline.org. diakses tanggal 9 Januari 2016

Hapsari, S. 2005. Bimbingan & Kons SMA Kls X. Jakarta: Grasindo.

Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hickey, M., & Kritek, P. B. 2011. Change leadership in nursing: How change occurs in a complex hospital system. Springer Publishing Company.

Johnson, E. B. 2002. Contextual teaching and learning: What it is and why it's here to stay. Corwin Press.

Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching & learning, terj. Ibnu Setiawan. Bandung: MLC.

Magany, M. T., Tindage, R., & Hutabarat, R. M. 2012. Gereja dan Penegakan HAM, .

Mardiyanto, 2008. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Mulyodiharjo, S. 2010. The Power of Communication. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Pella, D. A., & Inayati, A. 2011. Talent Management: Mengembangkan SDM untuk Mencapai Pertumbuhan dan Kinerja Prima. Jakarta: PT Gramedia.

Semiawan, C., Munandar, U., & Tangyong, A. 1990. Pengenalan dan pengembangan bakat sejak dini. PT. Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Sugiyanto, P. 2007. Perilaku profesional dosen Pegawai Negeri Sipil Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Cet ke – 20

Sukidin, B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia Surabaya.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Suyanto, A. J. 2013. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Erlangga

Widjono, 2007; Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Grasindo. Cet. 2

Widyatun, D, 2012. Pembelajaran Time Token, (online) http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/pembelajaran-time-token.html diakses 11 Januari 2016




No comments:

Post a Comment